KLIKPOSITIF – Sebuah molekul yang ditemukan dalam jamur parasit Himalaya telah ditemukan untuk membunuh sel tumor dalam uji klinis Fase I, meningkatkan harapan bahwa hal itu dapat memberikan dasar untuk perawatan kanker yang lebih efektif.
Dikenal sebagai cordycepin, senyawa ini diproduksi oleh apa yang disebut jamur ulat , yang terkenal karena kegemarannya membunuh dan membuat mumi larva ngengat.
Temuan ini dilaporkan dalam jurnal Clinical Cancer Research .
Juga dikenal sebagai 3'-deoxyadenosine (3'-dA), cordycepin termasuk dalam kelas agen antivirus dan antibakteri yang disebut analog nukleosida, yang dipandang sebagai kandidat yang sangat menjanjikan untuk obat kanker baru. Dianggap sebagai antioksidan kuat, 3'-dA telah menjadi bahan pokok pengobatan tradisional Tiongkok selama berabad-abad.
Namun, masalah besar dengan 3'-dA adalah bahwa ia memiliki bioavailabilitas yang sangat rendah, yang berarti ia tidak dengan mudah menemukan jalannya ke sel kanker ketika tertelan dalam bentuk alaminya. Ini karena dipecah oleh enzim yang disebut adenosin deaminase (ADA) dalam beberapa menit setelah memasuki aliran darah.
Meskipun tetap utuh, cordycepin tidak dapat memasuki sel tumor dengan sendirinya, dan membutuhkan bantuan transporter nukleosida yang disebut hENT1. Begitu berada di dalam sel, ia kemudian harus dimetabolisme oleh enzim yang disebut adenosine kinase (ADK) sebelum dapat memberikan efek anti-kankernya.
Untuk mengatasi rintangan ini, tim peneliti memodifikasi cordycepin menggunakan teknologi ProTide. Ini melibatkan penambahan tutup pelindung fosforamidat ke sebuah molekul, sehingga memungkinkannya untuk menolak dipecah sebelum mencapai targetnya di dalam tubuh.
Penulis penelitian mengungkapkan bahwa senyawa mereka yang dimodifikasi, yang disebut NUC-7738, “mengatasi mekanisme resistensi kanker yang membatasi aktivitas 3'-dA.”
“ProTide NUC-7738 tahan terhadap degradasi ADA dan mampu melepaskan 3-dAMP aktif ke dalam sel, di mana ia dengan cepat diubah menjadi metabolit anti-kanker utama,” tulis mereka. Yang penting, senyawa anti-tumor ini tetap aktif setidaknya selama 50 jam dan terbukti antara tujuh dan 40 kali lebih kuat daripada cordycepin alami dalam menghancurkan berbagai sel kanker yang berbeda.
Pemberian obat kepada pasien kanker manusia dengan tumor stadium lanjut yang resisten terhadap pengobatan, para peneliti mencatat bahwa senyawa tersebut “ditoleransi dengan baik dan telah menunjukkan sinyal yang menggembirakan dari aktivitas anti-kanker.” Analisis molekuler mengungkapkan bahwa obat tersebut tampaknya menginduksi kematian sel kanker, terutama dengan mengganggu jalur pensinyalan utama yang memungkinkan proliferasi sel-sel ini.
Masih ada beberapa cara sebelum NUC-7738 tersedia sebagai pengobatan kanker, meskipun para peneliti sudah merencanakan uji klinis Fase II mereka dan percaya bahwa obat mereka suatu hari nanti dapat memberikan pilihan yang menyelamatkan jiwa bagi pasien kanker di seluruh dunia.