Oleh: Kiki Julnasri Priatama
PESSEL, KLIKPOSITIF– Dari luar ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) tampak begitu sepi tak ada aktivitas yang menonjol di sisi kanan dan kiri. Ruang IGD terletak berhadapan langsung dengan ruang isolasi pasien COVID-19. Di sini para medis IGD melayani dan menangani pasien sewaktu-waktu.
Pukul 14.51 WIB, tepatnya Senin, 12 Oktober 2020. Meski terlihat sunyi dan sepi, para tenaga medis tak seperti tergambar dari luar. Mereka tetap siaga, walaupun tak begitu sibuk seperti pantauan Klikpositif.com di IGD Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M. Zein Painan, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat.
Bahkan, di antara mereka ada yang baru sembuh dari COVID-19 dan kembali bertugas seperti sedia kala. Karena memang tuntutan tugas membuat mereka harus selalu tampak siap, meski tak ada yang tahu seperti apa pengorbanan mereka dibalik itu semua.
“Karena ini sudah tanggung jawab. Jadi kami harus selalu siap bagaimanapun kondisinya,” ungkap salah seorang perawat IGD yang saat itu belum beberapa lama sembuh dari COVID-19 pada September 2020 lalu dan tidak berkenan disebutkan namanya itu.
Baru saja sembuh dari penyakit yang hari ini tidak memilih siapa yang akan diincarnya. Namun perawat ini terlihat begitu kuat. Meski sebenarnya, ia sendiri masih dibayang-bayangi rasa kekhawatiran. Apalagi dia sendiri saat ini tengah menyusui bayi yang baru berumur empat bulan dan juga memiliki riwayat asma sehingga rentan terjangkit COVID-19.
“Yang pasti terus waspada, bukan berarti harus mengabaikan pasien. Mungkin lebih teliti dan menjalani prosedur kerja dengan baik,” terangnya.
Kendati demikian, ia bukanlah satu-satunya petugas yang sempat terjangkit COVID-19. Menurut Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Medis RSUD M Zein Painan, dr. Reyantis Capanay, setidaknya ada 35 petugas di RSUD M. Zein Painan.
Saat itu, karena adanya beberapa petugas yang terjangkit COVID-19, beberapa pelayanan sempat ditutup. Sebab, ketika itu memang rumah sakit membuat kebijakan tersebut, karena memang tidak memiliki petugas cadangan untuk siap segera menggantikan petugas yang terjangkit.
“Hanya sehari (sebagian pelayanan ditutup). Karena keterbatasan tenaga petugas. Untuk sementara manajemen terpaksa mengambil kebijakan. Tapi sehari, setelah itu kembali dibuka,” tutur dr. Reyantis.
Sebelumnya,manajemen RSUD mengumumkan pelayanan di poliklinik ditutup pada Senin, 14 September 2020. Pelayanan kembali dibuka keesokan harinya, setelah semua dipastikan aman terkendali.
Saat itu, hasil positif pertama ditemukan pada 11 hingga 12 September 2020 melalui swab berkala di rumah sakit. Setidaknya dari data Kabid Pelayanan ada sebanyak 344 tenaga medis, terdiri dari 52 dokter dan 292 perawat.
Pada saat itu, total kasus di Pessel sudah bertambah menjadi 86 kasus. Diantaranya, 34 sembuh, dua meninggal dunia dan yang diisolasi sebanyak 50 orang termasuk petugas di RSUD M. Zein Painan. Diketahui, RSUD Painan merupakan satu-satunya rumah sakit rujukan pertama di Pessel.
“Yang terpapar itu tersebar ke semua, tidak hanya perawat saja. Ada dari Satpam, ada laundry, ada (dari bidang) farmasinya. Tapi, alhamdulillah kini telah normal kembali,” jelasnya.
Pentingnya Edukasi bagi Masyarakat
Masih minimnya, pemahaman masyarakat tentang COVID-19 saat ini menjadi kendala sendiri bagi perawat dan dokter yang bersiaga di IGD RSUD M. Zein Painan. Kerap bentrok dengan pasien, dan diklaim terlalu berbelit dalam menerapkan pelayanan. Padahal, ada sejumlah aturan yang menjadi tata laksana pelayanan di tengah pandemi ini.
“Selain itu, juga tidak ada keterbukaan keluarga pasien tentang riwayatnya. Padahal terkadang ada dari riwayat mereka kontak dengan pasien positif dan memiliki riwayat perjalanan yang mesti ditangani dengan isolasi dulu, sesuai dengan standar layanan saat ini,” ujar Ahkri Imarta salah seorang perawat jaga IGD di RSUD Painan.
Berhadapan dengan pasien yang memiliki riwayat COVID-19, dan ada di antara mereka yang sudah terjangkit tetap membuat dirinya dengan rekan seprofesinya tidak luntur dalam memberikan pelayanan.
“Terkait keamanan, karena ini juga menjadi tanggungjawab kita. Kita mengutamakan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap. Kekhawatiran ada, tapi kita percaya akan berjalan aman dengan melaksanakan protokol kesehatan yang baik,” jelasnya.
Hal yang sama, juga diungkapkan dokter jaga IGD RSUD Painan. dr. Riche Anggreini. Ia menyebutkan, saat ini dalam penerapan pelayanan protokol kesehatan memang butuh sosialisasi yang kuat.
“Walaupun sebagian mereka, sudah bisa menyimak melalui media sosial, tapi tidak akan seluruhnya yang memahaminya. Jadi memang butuh sosialisasi keras, terutama saat berada di rumah sakit,” ujarnya.
Pengamat Hukum Kesehatan dari Universitas Ekasakti (UNES) Padang, Firdaus Diezo mengatakan, untuk pelayanan yang optimal saat ini rumah sakit dan petugas medis memang ditantang untuk bekerja ekstra. Sebab, rumah sakit dan petugas harus mampu menjawab setiap kebutuhan pelayanan pada masyarakat.
“Bagaimanapun fasilitas kesehatan, mereka tidak bisa menganggap dirinya hanya untuk upaya kuratif saja. Edukasi tidak bisa diabaikan sama sekali,” ujarnya.
Firdaus menjelaskan, di tengah pandemi ini, tidak semua pasien paham tentang pelayanan yang akan mereka terima. Terlebih di tengah COVID-19, dari sebelumnya tidak ada protokol kesehatan kini telah membuat pola yang berbeda.
“Hal itu diatur sebagaimana amanat Undang Undang nomor 44 tahun 2020 tentang rumah sakit. Hak pasien di sana, setiap pasien harus mendapat informasi,” ungkapnya.
Menurut Firdaus, persoalan edukasi ini mesti harus bisa dilaksanakan dengan maksimal. Sebab, minimnya edukasi mengakibatkan masyarakat kurang memahami tentang pelayanan yang ada dan apa yang menjadi hak mereka.
“Apalagi soal COVID-19 ini, ibarat lampu merah. Orang yng sudah tahu, tapi orang tetap menerobos segala macam. Jadi perlu adanya edukasi yang baik,” jelasnya.
Ia berharap, di tengah masa sulit ini seluruh rumah sakit harus memiliki inovasi yang tidak membuat pelayanan kesehatan jauh dari harapan masyarakat.
“Seluruh pusat fasilitas kesehatan, bagaimana juga terus melakukan edukasi pada masyarakat,” ulasnya.
Secara terpisah, Edon Fernandes (33) dari keluarga pasien yang sempat ditemui KLIKPOSITIF mengakui, penerapan pelayanan di rumah sakit di tengah pandemi ini sudah cukup baik. Namun kendati demikian, tetap masih ada beberapa catatan.
“Ya, mungkin dari perilaku yang perlu diubah. Memang tidak semua. Tapi, saya menemukan ada perawat suka abai dalam mengecek pasien,” ujar pria yang mengaku dari Nagari Asam Kumbang, Kecamatan Bayang-Pessel ini.
Hal serupa juga diakui, Erni (47) keluarga pasien lainnya. Selain tidak ramah. Ia juga menemukan, sejumlah petugas yang tidak disiplin.
“Saat kita minta tolong dicek, dia bilang kenapa ibu nyinyir sekali. Ibu tau, tidak satu pasien yang kami tangani,” Erni mengisahkan pengalamannya.
Semestinya, lanjut Erni, di tengah pandemi ini seluruh petugas harus bisa memberikan pemahaman yang jelas pada pasien dan keluarganya. Sebab, berdasarkan latar belakang yang berbeda, tidak seluruh pasien dapat memahami aturan dengan baik.
“Ya, mungkin harapan saya itu. Karena ini, masih jauh dari harapan saya. Kalau bisa, berbicara dan disiplin setiap perawat harus ditingkatkan. Karena di sana, kita bisa melihat baik atau tidaknya pelayanan Kesehatan yang mereka berikan,” harapnya.
Inovasi untuk Pelayanan Lebih Baik
Kabid Pelayanan Medis RSUD M Zein Painan, dr. Reyantis Capanay menyebutkan, sejak mewabahnya pandemi di Pessel, RSUD Painan sudah mulai lebih awal melakukan penerapan pelayanan yang dianjurkan pemerintah.
Selain, mencegah terjadinya penularan yang masif. Juga mengantisipasi tidak adanya petugas yang terjangkit. Sebab jika itu terjadi, secara otomatis pelayanan akan terganggu.
“Dari mulai IGD sampai poliklinik itu kita perketat. Jadi memang kalau ada demam, yang berisiko. Itu kita perketat melalui skrining,” terangnya.
Selain diskrining, menurutnya saat itu rumah sakit juga tengah fokus melakukan penambahan untuk ruang isolasi. Baik, untuk pasien dalam pengawasan (PDP) maupun yang positif.
Menurut dr. Reyantis, dengan adanya inovasi itu. Pihaknya, kini telah dibantu untuk menambah tenaga baru. Diantaranya untuk penanganan COVID-19 sendiri.
“Jadi alhamdulillah dengan persiapan ruang isolasi ini, kita dibantu Pemda. Kendala soal tenaga, sudah bisa kita atasi. Karena untuk COVID-19 sudah ada relawan khusus,” pungkasnya.
Penulis merupakan peserta terpilih dari “Program Jurnalisme Pelayanan Publik di Masa COVID-19” oleh GIZ Jerman dan KemenPAN RB.