Kota Solok, Klikpositif – Pelestarian dan pengembangan silek tuo Minangkabau merupakan urgensi yang perlu menjadi perhatian semua kalangan. Silek tradisi sebagai identitas masyarakat Minang harus diperkenalkan sejak usia dini.
Beranjak dari itu, Dinas Kebudayaan Sumbar melalui UPTD Taman Budaya mengusung event Galanggang Silek Tuo Solok Raya. Program tersebut merupakan fasilitasi dari pokok pikiran anggota DPRD Sumbar asal Solok, Daswippetra Dt. Manjinjiang Alam.
Galanggang Silek Tuo Pusako Lamo diawali dengan Focus Group Discussion (FGD), Sabtu (9/9/2023) di aula Mami Hotel. FGD melibatkan tuo silek daerah Solok Raya, LKAAM, Praktisi hingga IPSI Kota Solok.
Dalam kesempatan itu, Ketua Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI) Sumbar, Prof. Indra Yuda menjelaskan, para Tuo Silek, anak sasian, Niniek mamak memiliki tanggungjawab besar dalam memperkenalkan silek Tuo kepada masyarakat luas hingga pemerintah.
“Buka ruang dialog, diskusi tentang silek Tuo. Serta dengan menampilkan silek tuo dalam setiap momen di tengah masyarakat,” ungkap Indra Yuda.
Menurut Indra Yuda, setidaknya ada sejumlah strategi dalam pelestarian silek tuo Minangkabau, khususnya di Solok. Pertama, mempertahankan dengan menjaga serta merawat keaslian silek tuo di masing-masing sasaran, sesuai adat dan budaya.
Kemudian, meningkatkan penggunaan silek dalam berbagai peristiwa sosial budaya. Silek senantiasa ditampilkan dalam setiap helat sosial di masyarakat. Serta dibarengi dengan sosialisasi yang masih kepada masyarakat terhadap silek tradisi. Pengenalannya harus sejak usia dini.
Yang tidak kalah penting, ulas dosen UNP itu, harus ada perubahan tata kelola sasaran silek tuo atau tradisi. Pengembangan mengikuti alur kemajuan zaman seperti penyesuaian pola rekrutmen, metode latihan, adanya kurikulum.
“Jurus-jurus yang sudah ada perlu modifikasi dengan pendekatan teknik olah raga dan seni bela diri yang lebih baru. Jadi ada pengembangannya sehingga menyesuaikan dengan perkembangan budaya dan aspek lainnya,” jelasnya.
Dalam memasifkan seni silek tradisi, juga perlu disokong oleh dunia pendidikan. Silek bisa menjadi salah satu ekstrakurikuler di sekolah yang ada di Solok Raya, mulai dari sekolah dasar hingga SLTA.
“Silek juga perlu ajang yang kompetitif seperti festival dan kejuaraan. Sehingga silek menjadi seni beladiri yang terus menarik untuk dipelajari. Ajang lomba atau festival juga menjadi motivasi bagi generasi muda untuk lebih mendalami silek,” tutupnya.
Sementara itu, anggota DPRD Sumbar, Daswippetra menjelaskan, pada dasarnya, silek Minangkabau punya dua fungsi. Sebagai penjaga diri dan parik paga nagari atau sistem pertahanan nagari.
Menurutnya, silek dapat membentuk karakter dan kepribadian generasi muda yang tangguh, kstaria, berani membela kebenaran dan bertanggungjawab. Silek membentuk pribadi luhur yang berbudaya dan beradab.
“Pada hakikatnya, silek untuk menjalin silaturahim sesama manusia, mendekatkan diri pada Allah SWT. Silek sebagai seni tradisi bersandarkan pada agama, sesuai dengan petuah, Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah,” bebernya.
Sebagai identitas masyarakat Minang, Silek perlu dilestarikan. Jangan sampai silek hanya tinggal nama di masa mendatang. Dan tanggungjawab semua pihak agar silek tetap hidup di tengah masyarakat Minang.
“Melalui Galanggang Silek Tuo Pusako Lamo Solok Raya ini, kami mengajak semua pihak untuk melestarikan silek tuo. Kita memasifkan ruang diskusi, penampilan hingga festival silek di tengah masyarakat. Sehingga menjadi daya tarik untuk dipelajari,” tutupnya.
Praktisi Silek, H. Sofyan Nadar menuturkan, silek Minang berbeda dengan bela diri lainnya. Silek memiliki nilai adab dan etika yang sangat kuat. Inilah yang membentuk kepribadian masyarakat Minang.
“Setiap aliran Silek memiliki keistimewaan masing-masing. Keistimewaan itu menambah kekayaan khazanah Silek Minang. Kekayaan ini jangan sampai hilang ditelan zaman, perlu dilestarikan,” ajaknya.
Dibalik keunikan silek Minang, juga ada problematika yang membuat Silek Minang sulit berkembang. Ada kecendrungan guru tidak mengajarkan ilmu secara utuh kepada murid.
“Ini yang menyebabkan Silek Minang tidak berkembang. Guru tidak mengajarkan sepenuhnya kepada murid atau sasian. Lama kelamaan, jurus silek kian berkurang dan kualitas silek semakin menurun,” tutupnya.