PADANG, KLIKPOSITIF – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) temukan adanya patahan baru di Sumatera Barat (Sumbar).
Patahan baru itu berada di sekitar pusat gempa di kawasan Pasaman Barat (Pasbar).
Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, patahan baru itu tercatat dari data seismisitas yang selama ini belum pernah teridentifikasi.
“Jadi ada patahan baru yang selama ini belum teridentifikasi karena selama ini tidak ada rekaman data dari seismik di situ selama ratusan tahun,” ujar Dwikorita Karnawati, Selasa (01/03/2022).
Ia mengatakan, teridentifikasinya patahan baru ini sangat penting, karena selama ini kawasan itu tidak menjadi perhitungan.
Selain itu, data ini juga sangat penting untuk kepentingan mitigasi ke depan, yaitu untuk tata ruang.
Sebelumnya BMKG beranggapan itu adalah zona yang relatif aman, karena tidak pernah terekam adanya kegempaan.
“Namun kemarin justeru itu menjadi pusat gempa. Pusat gempa ada di situ, sehingga perlu diwaspadai,” jelas Dwikorita.
Ia melanjutkan, BMKG juga melakukan pemetaan mikroseismik dan makroseismik.
Tujuan pemetaan adalah, dengan terekamnya patahan baru ini, maka zona rawan atau zona kerentanan gempa bumi menjadi ada penyempurnaan.
Saat ini, kawasan tersebut bukan lagi menjadi zona aman, tetapi sudah menjadi zona merah.
“Artinya berpotensi mengalami guncangan dengan intensitas MMI yang sudah tercatat sampai VIII,” paparnya.
Ia mengungkapkan, VIII MMI itu, pada tingkat skala guncangan dapat mengakibatkan rumah engineer structure bisa roboh
Ini berarti penting bagi pemerintah daerah untuk menyiapkan tata ruang saat rekonstruksi pasca gempa.
Diberi Nama Segmen Talamau
Kepala Pusat Seismologi Teknik BMKG Rahmat Triyono menyebut gempa susulan saat ini telah mencapai 164 kali.
Menurutnya, jumlah itu merupakan update gempa bumi di Pasaman Barat per 28 Februari 2022 pukul 06.00 WIB.
Rahmat menjelaskan, sebaran gempa susulan menunjukan bahwa ini gempa di luar zona, baik Segmen Sianok maupun Segmen Angkola.
Menurutnya, itu adalah patahan baru, yang untuk sementara dinamakan Segmen Talamau.
“Di utara, Segmen Angkola, di bawahnya Segmen Sianok. Panjang segmen tidak sampai ke Talamau. Sementara ini disebut Segmen Talamau,” ujarnya.
Rahmat Triyono mengatakan, belum ada kepastian apakah segmen ini tersendiri (mandiri) yang baru terbentuk, atau segmen yang sudah ada tapi belum diketahui.
Ada juga kemungkinan segmen ini merupakan panjangan atau terusannya dari Segmen Sianok. Namun belum ada kepastian terkait semua kemungkinan itu.
Meski demikian, menurutnya ada kesamaan patahan baru ini dengan segmen di sekitarnya.
“Mekanismenya juga sesar mendatar, sama arah bidang strike nya juga sepertinya kelurusan dari Segmen Sianok,” ulasnya.
Rahmat melanjutkan, data itu merupakan temuan dari data seismisitas, serta dari data tim BMKG yang turun ke lapangan.
“Teman-temen di lapangan juga menemukan adanya jejak-jejak, yang tentunya akan kami dalami lagi. Ini hanya sebagai kesimpulan sementara,” jelasnya.
Rahmat Triyono juga menjelaskan, sebelumnya sensor menunjukan dampak guncangan gempa terparah di Pasbar adalah VI MMI.
Namun data temuan tim BMKG di lapangan berbeda, yakni mencapai VII hingga VIII MMI.
Ancaman-ancaman di Sesar Sumatera ini membuat BMKG akan membuat suatu pemodelan.
Pemodelan itu menurut Rahmat bukan untuk menakut-nakuti, namun sebuah upaya mitigasi.
“Supaya masyarakat, pemerintah daerah juga menyadari bahwa ada ancaman gempa di darat, yang ini real, sebuah ancaman,” jelasnya.
Didahului Gempa Pembuka
Seperti pemberitaan sebelumnya, gempa kuat terjadi di Pasaman Barat, Sumbar, pada Jumat 25 Februari 2022.
Gempa ini berawal dari Gempa Pembuka (foreshocks) yang terjadi pukul 08.35 WIB, dengan magnitudo 5,2.
Gempa itu terjadi di wilayah 18 kilometer Timur Laut Pasaman Barat, dengan kedalaman gempa 10 kilometer.
Pada pukul 08.39 WIB, atau empat menit setelah itu, terjadi gempa kedua yang merupakan Gempa Utama (mainshock).
Gempa itu lebih besar dan bermagnitudo 6.2 yang kemudian ada pemutakhiran jadi 6.1.
Gempa tersebut terjadi di wilayah 17 kilometer Timur Laut Pasaman Barat, dengan kedalaman 10 kilometer.
Setelah itu, terjadi serangkaian Gempa Susulan (aftershocks), namun magnitudonya di bawah gempa utama.
Tidak hanya dalam negeri, kejadian gempa di Pasbar ini juga menjadi pemberitaan banyak media di luar negeri.