KLIKPOSITIF – Guru Besar Universitas Muhammadiyah Prof Hamka (UHAMKA) Tono Saksono mengatakan menggunakan kriteria baru dalam penentuan awal bulan Hijriah mulai tahun 2022 ini adalah Scientific blunder.
Kriteria itu mengacu hasil kesepakatan Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) pada 2021.
Manyadur laman Muhammadiyah, sebelumnya Kemenag menggunakan kriteria hilal (bulan) penentuan awal Hijriah adalah pada ketinggian 2 derajat.
Elongasi 3 derajat, dan umur bulan 8 jam.
Sementara MABIMS bersepakat untuk mengubah kriteria tersebut menjadi ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.
Scientific blunder
Dosen Ilmu Falak ini mengatakan, kriteria baru yang akan berlaku pada tahun ini merupakan sebuah scientific blunder.
Menurutnya, adanya kriteria baru ini semakin menguatkan anggapannya bahwa MABIMS hanya mampu berpikir parsial.
โKriteria baru ini, sangat berpotensi untuk memaksa umat Islam wilayah ASEAN tidak berpuasa saat hilal itu sudah sangat besar,”
“Padahal kriteria baru dari MABIMS ini termasuk scientific blunder,โ ujarnya dalam Gerakan Subuh Mengaji yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah โAisyiyah Jawa Barat pada Ahad (27/03).
Dampak pengunaan kriteria MABIMS terhdap awal Puasa
Ia menjelaskan, dengan ketinggian hilal sebesar 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat ini akan berpotensi untuk memaksa umat Islam Indonesia dan ASEAN memulai puasa pada 3 April 2022.
“Padahal sejak subuh dan sepanjang 2 April 2022, hilal telah besar di wilayah ASEAN,”
“Bahkan lebih besar dari yang ada di benua Amerika,” jelasnya, melansir laman Muhammadiyah, Senin (28/3).
Jika memaksakan menggunakan kriteria imkan rukyat yang baru ini, ucap Tono, akibatnya selama sebulan penuh selama Ramadan umat Islam Indonesia akan melaksanakan semua ibadahnya sekitar 12 jam lebih lambat dari Muslim Amerika dan Eropa.
Padahal seharusnya ibadah Muslim Indonesia dan ASEAN justru sekitar 12 jam lebih awal.
โAkibat dari penerapan yang keliru, hilal harus dapat dirukyat saat maghrib di wilayah lokal, kalender umat Islam jadi kacau balau”.
Ia menambahkan, belum lagi umat Islam di ASEAN akan beribadah 12 jam lebih lambat dari muslim di Amerika dan Eropa,โ
Tono menyarankan agar umat Islam dunia segera mengadopsi kriteria Kelender Islam Global dan mengawali Ramadan 1443 H pada 2 April 2022.