LIMA PULUH KOTA, KLIKPOSITIF –Pandemi COVID-19 di dunia membuat setiap orang lebih berhati-hati dalam segala hal. Termasuk saat ada orang yang pingsan, tergeletak, dan meninggal dunia tiba-tiba.
Hal ini terjadi di Kabupaten Lima Puluh Kota, tepatnya di Nagari Solok Bio Bio, Kecamatan Harau. Salah seorang warga, Buyung (53 tahun) meninggal dunia secara mendadak sekitar pukul 09.15 WIB, Selasa 12 Mei 2020 di kediamannya.
Namun warga setempat yang mengetahuinya tidak mampu berbuat apa-apa mengingat kondisi virus corona yang tengah mewabah. Wakil Bupati Ferizal Ridwan pada KLIKPOSITIF Rabu 13 Mei 2020 pagi menjelaskan bahwa saat itu tidak ada warga yang berani mendekati dan menolongnya atau mengurusnya.
“Hingga petugas kecamatan bersama petugas medis datang dan ternyata juga hanya mampu melihat dari jauh. Kemudian menanyakan riwayatnya sebelum meninggal kepada warga dan memiliki kesimpulan tidak masalah untuk diurus, tapi tetap saja tidak ada yang berani menyentuhnya,” kata Wakil Bupati Lima Puluh Kota lewat WhatsApp.
Ia menjelaskan hingga akhirnya dirinya didatangi oleh tokoh masyarakat yaitu Mainanda untuk diminta pendapat sekitar pukul 14.00 WIB. Kemudian ia pun turun menuju lokasi di Solok Bio Bio untuk menenangkan warga dan keluarga yang bersangkutan.
“Barulah sekitar 14.25 WIB kami sampai di rumah duka dan menemui bahwa almarhum belum diurus dan belum dipindahkan dari posisinya saat tergeletak. Sehingga kami pun memutuskan untuk menanyakan kepada wali nagari, tokoh masyarakat, dan warga yang mau membantu menyelenggarakan jenazah,” kata Ferizal Ridwan.
Namun tidak ada yang berani menjawab pertanyaan Wakil Bupati Lima Puluh Kota yang akrab disapa Buya Feri tersebut. Ia pun langsung meminta 10 Alat Pelindung Diri (APD) sederhana agar pemakaman dapat segera diselenggarakan.
“Alhamdulillah kami bersama Wali Nagari Solok Bio Bio, dua orang perangkat nagari, dan seorang Bhabinkantibmas Joni bersedia membantu menyelenggarakan jenazah. Mulai dari memandikan hingga menyelenggarakan salat jenazah dan mengurus pemakaman,” kata Buya Feri.
Di sisi lain, Feriza Ridwan mengaku prihatin saat proses salat jenazah karena hanya diikuti oleh 3 orang yaitu dirinya, perangkat nagari, dan sang istri almarhum. Ia berharap ke depannya hal serupa tidak terjadi lagi di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota.
“Maaf, apakah seharusnya kita berbuat seperti ini? Apakah ini harus bicara kewenangan? Meskipun adanya camat yang hadir dalam kesempatan ini atau apakah karena pilkada atau karena pencitraan? Mohon maaf, urusan kemanusiaan adalah di atas dari kemuliaan jabatan,” ujar Ferizal Ridwan.