Terkait Pelatihan yang Dilakukan di Hotel Luar Daerah, Kadispar Pasbar : Hanya Buang-buang Anggaran

Kepala Dinas Pariwisata Pasaman Barat menyebut pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan di hotel di luar daerah Kabupaten Pasaman Barat hanya buang-buang anggaran

Kepala Dinas Pariwisata Pasaman Barat Decky H Saputra saat meresmikan dengan ditandai penyerhan SK Pokdarwis Situak di Objek Wisata Sampuran Rajo Panjang

Kepala Dinas Pariwisata Pasaman Barat Decky H Saputra saat meresmikan dengan ditandai penyerhan SK Pokdarwis Situak di Objek Wisata Sampuran Rajo Panjang (Irfansyah Pasaribu)

PASBAR, KLIKPOSITIF – Kepala Dinas Pariwisata Pasaman Barat menyebut pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan di hotel di luar daerah Kabupaten Pasaman Barat hanya buang-buang anggaran.

“Bisa kita lihat, mana hasil dari sejumlah pelatihan-pelatihan SDM yang dilaksanakan di luar daerah itu. Hanya buang-buang anggaran, biaya mahal tapi hasil nya nol,” sebut Decky usai meresmikan Pokdarwis Situak, Selasa (19/10/2021).

Menurutnya pelatihan di hotel tak perlu lagi dilakukan, karena biaya nya sangat mahal. Kata dia anggaran pelatihan yang ada hendaknya bisa dinikmati oleh pelaku usaha di Pasaman Barat.

“Putaran uang tidak di daerah kita, hendaknya para pengambil kebijakan harus memikirkan itu. Bagi saya lebih baik melakukan pelatihan SDM dimana wilayah Pokdarwis itu berada,” katanya.

Dengan demikian terang Decky putaran uang bisa membangkitkan perekonomian warga setempat. Baginya pelatihan bukan sekedar pemberian materi tetapi harus dipraktekkan langsung.

“Kita ini orang pariwisata, tentu bagaimana mengenalkan potensi yang ada, bagaimana kita mengenalkan daerah kita, sementara kita sendiri lebih suka menikmati daerah lain,” terangnya.

“Anggaran yang dibuat hanya untuk daerah lain, lebih baik dimana pokdarwis itu berkembang dengan demikian masyarakat bisa langsung melihat dan mendengar. Edukasi nya dapat, uang nya dapat dan masyarakat pun bisa langsung mengerti,” sambungnya.

Menurutnya belajar dari pengalaman di setiap kebijakan sebelumnya itu sangat perlu. Dengan demikian bisa melihat sejauh mana dampak positif yang diberikan dari pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan sebelumnya untuk dunia pariwisata.

“Mana hasil pelatihan-pelatihan sebelumnya, hasil nya hanya buang-buang anggaran dan aji mumpung buat peserta dan pembuat kebijakan untuk melihat daerah luar. Ini sangat memiriskan, kasihan pajak masyarakat dihabiskan tanpa hasil yang jelas,” sesalnya.

Untuk itu Decky berkomitmen membuat pariwisata Pasaman Barat berbasis masyarakat. Misal dalam arah penentuan kemajuan pariwisata diambil berdasarkan usulan-usulan langsung dari masyarakat itu sendiri.

“Kita hanya sebagai pelayan dan pembuat regulasi, tentu kebijakan yang dibuat berdasarkan kearifan lokal disetiap destinasi, sehingga dengan demikian aturan-aturan adat di lokasi destinasi wisata bisa ditegakkan,” jelasnya.

Disamping itu Decky menekankan kepada Pokdarwis dalam membangun pariwisata hendaknya tanpa merusak alam. Menurutnya nilai wisata alam yang masih terjaga keasriannya itu sangat mahal.

“Ini perlu kami sampaikan, destinasi wisata kita bukan skala daerah atau nasional tetapi internasional, artinya dengan potensi alam yang ada saat ini telah berskala internasional. Wisatawan mancanegara lebih suka dengan keasrian,” ungkapnya.

Untuk itu tegas dia perlu dibenahi SDM para Pokdarwis yang bersentuhan dengan alam tentang bagaimana cara melayani para wisatawan. Baginya Pokdarwis merupakan ujung tombak wisata Pasaman Barat.

Kemudian bagi pemandu wisata alam yang penuh dengan resiko selama memandu agar memiliki lisensi atau sertifikat yang berstandar internasional. Menurutnya wisatawan itu adalah tamu yang harus dimuliakan dan dijaga keselamatannya sehingga bisa merasa nyaman selama berwisata di Pasaman Barat.

“Jika wisatawan ini puas dengan wisata alam kita yang ada, secara tidak langsung mereka sendiri yang akan membantu mempromosikan daerah kita, ketika mereka pulang ke negara asal nya,” katanya.

Decky juga mengungkapkan saat ini Pariwisata Pasaman Barat berada pada peringkat paling bawah di Sumbar dan belum masuk dalam peta wisata di Sumbar apalagi dalam peta wisata nasional.

“Bukan berarti kita tak ada wisata, wisata kita sangat kaya. Kita semua ada, baik wisata gunung, bukit, sungai, danau dan laut. Akan tetapi selama ini tidak keseriusan dalam menyentuh dan mengelola destinasi pariwisata yang ada,” ungkapnya.

Kemudian ditambahkannya saat ini telah ada sembilan titik warisan geologi di Kabupaten Pasaman Barat, Sumbar yang sudah di akui oleh kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia.

Sedangkan dari 9 titik warisan geologi itu telah ditetapkan 3 titik berstandarkan nasional dan 1 titik berstandarkan internasional yakni Danau Laut Tinggal. Sedangkan untuk menjadi geopark nasional dibutuhkan 30 titik destinasi alam.

“Saat ini baru ada 9 titik. Target kita bisa tercapai 30 titik destinasi alam yang tersebar dari ujung Kecamatan Kinali sampai ke ujung Kecamatan Ranah Batahan,” tutupnya.

Exit mobile version