KATASUMBAR – Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
(Kemendikbudristek) menggelar Workshop Sosialisasi Kurikulum Merdeka Belajar.
Kurikulum Merdeka Belajar diketahui, berfokus kepada anak didik dengan memberikan ruang seluas-luasnya kepada setiap siswa supaya bertumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrahnya.
Hal tersebut diungkapkan Kepala BSKAP Kemendikbudristek Zulfikri Anas. Menurutnya, dalam Kurikulum Merdeka Belajar guru berperan penting melakukan assesment terhadap anak didik sejak awal.
“Supaya bisa lebih mengenal tentang potensi diri yang ada pada peserta didik sehingga kebutuhan yang harus dipenuhi,” katanya di Padang, Senin (7/8/2023).
Sehingga, lanjut Zulfikri, dapat merasakan makna pendidikan, dan diharapkan tumbuh semangat mencintai pendidikan sepanjang hayat.
Ia menambahkan, keberhasilan penerapan Kurikulum Merdeka Belajar, bukan pada kelengkapan dokumen-dokumen administrasi atau kepatuhan administrasi.
“Namun lebih kepada terjadinya perubahan pembelajaran sehingga setiap anak didik tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrahnya masing-masing,” ujarnya.
Masih kata Zulfikri, prinsip Kurikulum Merdeka Belajar adalah untuk penyederhanaan dari sebelumnya yang dirasa padat materi dan kemudian rumit administrasinya.
“Kurikulum Merdeka fokus pada materinya esensial dan administrasi menjadi lebih sederhana, dan terpenting tahu tujuan serta langkah-langkah pembelajaran, dan assesmentnya, artinya dirancang untuk bisa diterapkan dalam situasi seminim apapun,” katanya.
Anggota Komisi X DPR RI Lisda Hendrajoni mengatakan, implementasi Kurikulum Merdeka Belajar belajar yang merupakan upaya menyesuaikan dengan tuntutan zaman dalam menyiapkan generasi masa depan bangsa Indonesia.
“Sebagaimana ungkapan ‘didiklah anak-anak mu sesuai dengan zamannya’, karenanya kita mengapresiasi dan mendukung implementasi program kurikulum merdeka sehingga sesuai dengan kebutuhan sekarang,” katanya.
Ia mengatakan, hanya saja tinggal bagaimana kesiapan infrastruktur sarana prasarana penunjang dan kualitas sumber daya manusia (SDM) seperti tenaga guru yang harus mendapatkan perhatian.
Pihaknya tak menyangkal masih terdapat keterbatasan yang dihadapi sekolah-sekolah dalam implementasi program kurikulum merdeka, tetapi semangat ini dalam pelaksanaan dari sekolah-sekolah harus diapresiasi.
“Kita kaget juga, ternyata sudah mencapai 80 persen sekolah di Indonesia mulai dari tingkat SD hingga SLTA yang telah menerapkan kurikulum merdeka. Makanya kita memotivasi guru untuk tetap terus belajar dan berjuang ke arah yang sebenarnya sesuai dengan tuntutan kurikulum merdeka,” katanya.
Penerapan terus berproses, tambah dia, tentu termasuk para guru mesti terus mencari pengetahuan dan kecakapan supaya dalam pelaksanaan dapat berjalan sesuai yang diharapkan.