PADANG, KLIKPOSITIF – Bakda Subuh berjamaah di Mushala kediamannya, Gurbernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi Ansharullah langsung membangunkan koloni lebah tanpa sengat (Trigona) di belakang Pos penjagaan kediaman gurbernur Selasa, 30 Maret 2021.
Didampingi Kepala Dinas Kehutanan Yozarwardi dan beberapa orang penyuluh serta polisi kehutanan, Mahyeldi pagi – pagi panen madu lebah jenis Galo – galo atau Kelulut.
Saat panen madu perdana itu Mahyeldi mencoba sensasi menyeruput madu langsung dari sarang Galo-galo.
Disela-sela panen dengan alat khusus yang dirancang penyuluh, Mahyeldi mengatakan, lebah jenis Galo – galo atau Kelulut sangat potensial dibudidayakan di pekarangan rumah. Menurutnya, lebah jenis ini bisa menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat. Budidayanya tidak begitu rumit, bisa memanfaatkan halaman atau pekarangan rumah sebagai lokasi penangkaran.
“Ide Dinas Kehutanan ini brilian sekali, masyarakat bisa budidaya lebah sambil nanam bunga di pekarangan. Saya waktu Wali Kota Padang pernah mengirim personil ke Malaysia untuk studi tiru budaya Kelulut ini,” ungkapnya.
Dilanjutkan Mahyeldi, budidaya lebah Trigona bisa menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat. Apalagi waktu panen relatif singkat, hanya butuh waktu 45 hari bisa langsung panen.
“Kami akan canangkan satu anak satu setup lebah. Nilai ekonomis cukup bagus, selain itu manfaat madu bisa meningkatkan imunitas, cocok dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini,” terangnya.
Mahyeldi menjelaskan, sekali panen sedikitnya menghasilkan 500 hingga 700 mililiter madu, dengan nilai jual Rp500. 000. Itu baru satu setup atau kotak, jika setiap rumah memiliki anggota keluarga enam orang maka bisa berpenghasilan Rp3000.000 perbulan.
“Madunya bisa dijual ke swalayan – swalayan, atau kita jadikan Sumbar sentral penghasil madu dengan kualitas terbaik dan keasliannya terjamin,” katanya.
Dia menilai, cara budidaya seperti itu dapat menjamin keaslian madu. Selainnya itu madu yang dihasilkan sesuai sumber makanan. Itu artinya madu yang dihasilkan bisa sesuai keinginan pembudidaya.
“Kami akan libatkan Dinas Pertanian untuk menyediakan sumber makanan lebah ini, Jadi bisa ditanami bunga – bunga disekitar koloni lebah, nanti madunya bisa bervariasi,” bebernya.
Karena tertarik, Mahyeldi meminta koloni lebah di kediamannya ditambah beberapa setup lagi. Sehingga setiap kepala punya satu setup lebah.
“Untuk lebih variatif dan punya nilai keindahan setup dikonsep dalam bentuk pot bunga, budidaya jalan, keindahan juga dapat,” pintanya.
Sementara itu Kepala Dinas Kehutanan Yozarwardi menjelaskan, tahun ini Dinas Kehutanan akan fokus mengembangkan lebih jenis Trigona.
Dinas Kehutanan akan membagikan 2.400 koloni untuk masyarakat Sumbar sehingga tercapai swasembada di provinsi itu. Dalam hitung-hitungannya, 2.400 koloni bisa menghasilkan 1,2 ton perbulan.
“Budidaya ini untuk meningkatkan nilai tambah hasil produk kehuntan. Tujuannya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dalam dan sekitar kawasan hutan, kemudian sebagai alternatif usaha bagi masyarakat yang berprofesi di hutan,” terangnya.
Menurut Yozarwardi, budidaya Galo-galo memberikan peluang bagi masyarakat yang selama ini ilegal logging beralih kepada budidaya. Karena budidaya mampu mencukupi kebutuhan bulanan masyarakat.
“lima kotak saja bisa menghasilkan uang Rp.3000.000 lebih, hasilnya mencukupi bulanan dan mereka tidak lagi melakukan ilegal logging,” ungkapnya.
Tantangan kedepan kata Yozarwardi, meningkatkan konsumsi madu masyarakat Sumbar. Saat ini konsumsi madu Indonesia berkisar 10 sampai 18 gram pertahun, perlu ditingkatkan.
“Kalau konsumsi madu kita sampai 50 atau 500 gram pertahun, artinya kita butuh 2,5 ton madu pertahun. Kebutuhan ini akan dicukupi oleh pebudidaya yang kita bantu nantinya,” terang Yozarwardi.
Dilanjutkannya, saat ini madu Galo-galo dipasarkan secara online dan sudah ada beberapa komunitas madu Indonesia fokus pada budidaya di Sumbar.
“Pasarnya semakin terbuka, sebab madu bagus untuk kesehatan dan bisa meningkatkan imunitas tubuh, cocok dengan kondisi pandemi Covid-19. Madu hasil budidaya diberi nama Minanghoney” tukasnya. (*)