KLIKPOSITIF – Hari tepat 101 tahun lalu Presiden ke-2 RI HM Soeharto lahir pada 8 Juni 1921 di Kemusuk, Yogyakarta.
Soeharto yang menjabat sebagai Presiden selama 32 tahun sejak 1967 hingga 1998 memiliki banyak kisah dan kenangan bagi negara ini.
Populer dengan sebutan ‘The Smiling General’ atau Sang Jenderal yang Tersenyum, Soeharto merupakan Presiden terlama Indonesia.
Selama Orde Baru (Orba) kepemimpinanya terkenal dengan Kabinet Pembangunan I hingga Kabinet Pembangunan VII sebelum lengser pada 1998.
Lalu siapa saja tokoh Sumbar yang pernah menjabat pada masa kepemimpina Sang Jenderal?
Berikut tokoh minang yang pernah menjabat di masa Orba
1. Bustanil Arifin
Mantan Menteri Koperasi dan Kepala Bulog (1983-1993),
Lahir di Padangpanjang, Sumatera Barat, 10 Oktober 1925, ia mengaku banyak belajar dari Pak Harto, bukan hanya masalah kepemimpinan.
Bustanil menjabat Danton Inf. Div. Gajah I di Medan Area (1946), Danki Inf. 22 Div. Gajah I di Lhok Seumawe, Aceh (1948).
Biro Pengajaran PPPLAD (merangkap guru) di Cimahi (1956). Kemudian dipercaya menjabat Kabag Personalia & Pendidikan Palad di Jakarta (1961).
Deputi Pengadaan & Penyaluran Bulog di Jakarta (1969).
Kemudian ia menjabat Konsul Jenderal RI di New York, AS (1972) sebelum menjabat Kepala Badan Urusan Logistik di Jakarta (1973 -1983) saat kepemimpinan Soeharto.
Dan Dirut PT PP Berdikari di Jakarta (1973 -1983).
Kemudian ia diangkat menjabat Menteri Muda Urusan Koperasi merangkap Kepala Bulog (1978-1983).
Menteri Koperasi/Kepala Bulog Kabinet Pembangunan IV (19 Maret 1983-21 Maret 1988) dan Kabinet Pembangunan V (21 Maret 1988-17 Maret 1993).
Selain itu, Bustanil juga aktif sebagai Deputi Ketua TMII (1974), Bendahara Yayasan Dharmais (1975).
Anggota Dewan Penyantun Yayasan Jantung Indonesia (1978) dan Anggota Dewan Penyantun Universitas Padjadjaran (1978).
Juga Ketua Yayasan Pendidikan Koperasi (1982) dan Ketua Yayasan Pengembangan Manajemen Indonesia (1981)
2. Muhammad Alwi Dahlan
Sebelum menjabat Menteri Penerangan dalam Kabinet Pembangunan VII yang dipimpin oleh Presiden Soeharto (Maret – 21 Mei 1998).
Alwi Dahlan pernah menjabat sebagai Asisten Menteri Negara bidang Keserasian Kependudukan, Lingkungan, dan Kependudukan di Kementerian Lingkungan Hidup (1979-1993)
Serta Kepala BP-7 (Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) (1993-1998).
Pada 5 Juli 1997, ia menjadi Guru Besar dalam bidang ilmu komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia (UI).
Alwi menyelesaikan pendidikan dasarnya di Padang, lalu melanjutkan ke Bukittinggi.
Setelah menyelesaikan SMA, ia kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Jakarta.
Kemudian, Alwi berangkat ke Amerika Serikat pada tahun 1958
Tahun 1961 Alwi menyelesaikan studi S1-nya di American University, Washington DC, US, dan mendapat gelar “BA”.
Setelah itu ia melanjutkan studinya ke Universitas Stanford dan mendapat gelar Master of Arts (MA) dalam bidang ilmu komunikasi tahun 1962.
Kemudian pada tahun 1967, Alwi mendapat gelar doktor (PhD) dalam ilmu komunikasi dari Universitas Illinois, kota Urbana, AS.
3. Jenderal Polisi (Purn) Prof. Dr. Awaludin Djamin, Drs., MPA
Awaloeddin lahir di Padang, Sumatera Barat, 26 September 1927.
Karirnya sebagai polisi berawal sebagai Komisaris Polisi Tingkat I, Jawatan Kepolisian Negara, Jakarta tahun 1955.
Namun, untuk mencapai posisi puncak sebagai Kepala Polri tahun 1978-1982, ia melewati berbagai tugas dan jabatan tidak hanya di lingkungan kepolisian.
Selain pernah menjadi anggota DPR, ia juga sempat menjadi menteri tenaga kerja tahun 1966-1968.
Bahkan, sebelum memimpin Polri, ia lebih dulu menduduki posisi Duta Besar untuk Jerman Barat periode tahun 1976-1978.
Tak heran, sebelum pelantikan ia sibuk mempersiapkan diri dan latihan baris-berbaris.
Sebelum acara pelantikan oleh Presiden, Menhankam (waktu itu) Jenderal Jusuf sempat berseloroh, ‘Bagaimana, sudah pintar baris-berbaris?’
Dilantik sebagai Kepala Kepolisian RI pada 26 September 1978.
Saat itu kondisi kepolisian Tanah Air tengah mengalami berbagai masalah.
Setelah mempelajari situasi dengan saksama, jenderal lulusan ilmu administrasi ini mengeluarkan berbagai kebijaksanaan dalam rangka membenahi Polri.
Ribuan anggota Polri yang ketahuan melakukan pelanggaran ditindak tegas.
Sistem keamanan lingkungan (siskamling) merupakan gagasannya
4.Ir. H. Azwar Anas
Azwar Anas lahir di Padang, Sumatera Barat, 2 Agustus 1931
Ia adalah mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat pada masa Kabinet Pembangunan VI (1993-1998).
Sebelumnya ia menjabat sebagai Menteri Perhubungan pada masa Kabinet Pembangunan V (1988-1993).
Ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Sumatera Barat selama dua periode (1977-1987).
5. Bustanil Arifin, SH
Lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 10 Oktober 1925.
Ia pernah menjabat Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Menteri Koperasi Kabinet Pembangunan V.
Ia menyelesaikan pendidikan HIS (1940) dan MULO (1942) di Medan.
Bustanil Arifin menjadi perwira pada tahun 1946.
Bustanil menjabat Danton Inf. Div. Gajah I di Medan Area (1946), Danki Inf. 22 Div. Gajah I di Lhok Seumawe, Aceh (1948) dan Biro Pengajaran PPPLAD (merangkap guru) di Cimahi (1956).
Kemudian dipercaya menjabat Kabag Personalia & Pendidikan Palad di Jakarta (1961) dan Deputi Pengadaan & Penyaluran Bulog di Jakarta (1969).
Bustanil lalu menjabat Konsul Jenderal RI di New York, AS (1972) sebelum menjabat Kepala Badan Urusan Logistik di Jakarta (1973 -1983)
Dan Dirut PT PP Berdikari di Jakarta (1973 -1983).
Kemudian ia menjabat Menteri Muda Urusan Koperasi merangkap Kepala Bulog (1978-1983)
Menteri Koperasi/Kepala Bulog Kabinet Pembangunan IV (19 Maret 1983-21 Maret 1988) dan Kabinet Pembangunan V (21 Maret 1988-17 Maret 1993).
Selain itu, Bustanil juga aktif sebagai Deputi Ketua TMII (1974), Bendahara Yayasan Dharmais (1975).
Anggota Dewan Penyantun Yayasan Jantung Indonesia (1978) dan Anggota Dewan Penyantun Universitas Padjadjaran (1978).
Juga Ketua Yayasan Pendidikan Koperasi (1982) dan Ketua Yayasan Pengembangan Manajemen Indonesia (1981).
6. Sjahril Sabirin, SE, MA, PhD
Ia lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 14 Oktober 1943.
Setelah lulus kuliah, Sjahril bekerja di Bank Indonesia melalui proses test tahun 1969.
Ia mengawali karirnya di Bank Indonesia sebagai staf umum di Urusan Ekonomi dan Statistik.
Sjahril mendapat kesempatan melanjutkan pendidikannya di Williamstown, USA pada 1973, untuk mengambil gelar MA bidang pembangunan ekonomi.
Kemudian memperoleh beasiswa dari USAID untuk program doktor (Ph.D) bidang Ekonomi Moneter dan Internasional di Vanderbilt University, USA.
Gelar PhD tersebut diperolehnya pada tahun 1979.
Setelah mendapatkan gelar doktornya, Sjahril kembali bertugas di Bank Indonesia hingga akhirnya menjadi salah satu anggota direksi (Dewan Gubernur) pada tahun 1988-1993.
Kemudian setelah bertugas sebagai Direktur BI selama 5 tahun, ia mencoba melamar pekerjaan di Bank Dunia (World Bank), Washington DC, USA.
Ia bekerja sebagai Senior Financial Economist untuk wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara dengan masa dinas 3 tahun.
Setelah habis masa tugasnya di Bank Dunia, Sjahril memutuskan kembali ke Indonesia.
Tiba di Indonesia, ia menjadi Gubernur Bank Indonesia pada Kabinet Pembangunan VII di masa pemerintahan Soeharto dengan masa kerja 14 Maret 1998 – 21 Mei 1998.
Tahun 1998, pada pemerintahan presiden B.J. Habibie, Sjahril kembali menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia.
Saat Bank Indonesia telah menjadi lembaga bank sentral yang independen.
Komitmen dengan lahirnya UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, landasan hukum yang kuat untuk menjamin independensi Bank Indonesia.