KLIKPOSITIF – Baru-baru ini Batik Sampan yang merupakan batik ciri khas Kabupaten Pariaman tampil di Citayam Fashion Week di Kawasan SCBD Jakarta.
Batik tersebut ditampilkan oleh Wali Kota Pariaman Genius Umar dan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Pariaman, Ny. Lucy Genius, pada Sabtu (23/7/2022).
Lalu, seperti apa sebenarnya “Batik Sampan” tersebut?
Batik Sampan dikembangkan kembali di Kota Pariaman pada 2019.
Beberapa waktu lalu, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Pariaman, Ny. Lucy Genius menegaskan ingin Batik Sampan sebagai ciri khas Batik Kota Pariaman.
“Batik sampan adalah batik asli Pariaman yang telah ada sejak lama,” kata Lucy.
Ia menjelaskan, seiring dengan berjalanya waktu batik ini tergerus oleh zaman.
Batik Sampan ini berupa batik tulis dan Lucy mengharapkan bisa menjadi ikon baru, Batik Kota Pariaman pada skala nasional.
Citayam Fashion Week tampaknya menjadi salah satu wadah wali kota dan juga ketua Dekranasda tersebut mempromosikan Batik Sampan tersebut ke nasional.
Salah satu pembuatan batik tulis di Kota Pariaman ada di Desa Punggung Ladiang, dan juga Desa Sungai Kasai.
Batik ini memiliki motif khas Pariaman seperti salah satunya motif tabuik.
Batik Sampan Cenderamata Baru di Pariaman
Syal batik sampan yang produksi perajin di daerah itu menjadi cenderamata baru di Kota Pariaman.
Harga batik sampan relatif terjangkau, yaitu sekitar Rp100 ribu per helai.
Batik ini juga pernah menjadi cinderamata bagi tamu ke daerah tersebut, salah satu menteri yang pernah mengenakan batik tersebut adalah Sandiaga Uno saat berkunjung ke Pariaman.
Sejarah Batik di Pariaman
Prof. Herwandi dalam orasi ilmiahnya saat pengukuhan guru besar tetap dalam bidang Ilmu Arkeologi pada Fakultas Ilmu Budaya Unand pada tahun 2019 lalu menjelaskan, batik di Sumatera Barat sudah ada sejak pada abad ke 13.
“Tradisi perbatikan di Sumbar dapat dikatakan sudah sangat tua, dan diasumsikan sudah melalui 5 periode besar,” katanya.
Periode pertama berdasarkan peninggalan arkeologis seni batik mulai masuk ke Sumbar pada abad ke 13.
Tandanya dengan adanya patung Amoghapasa di Dharmasraya yang mempresentasikan seorang tokoh memakai kain carik bermotif batik.
Patung itu telah dikirim dari Jawa oleh Raja Singosari, Kartanegara ke Dharmasraya ketika terjadinya peristiwa Pemalayu pada tahun 1286.
Sementara sejarah batik di Pariaman bermula pasca kemerdekaan (1946), namun mati suri.
Tercatat ada sejumlah pengusaha yang melakukan kegiatan industri batik di Pariaman yakni, Bagindo Idris, Sidi Ali, Sidi Zakaria, Sutan Salim Sutan Sjamsudin.
Dua tahun kemudian Payakumbuh mulai muncul pula sentral produksi batik yang kelola oleh Waslim (asal Pekalongan) dan Sutan Razab.