KLIKPOSITIF β Dalam lanskap digital saat ini, emoji memberikan kontribusi besar pada komunikasi, tetapi seberapa baik pengaruhnya terhadap dunia korporat?
Bagi sebagian orang, simbol-simbol ini merupakan alat yang efisien untuk berkomunikasi di tempat kerja, sementara bagi yang lain, emoji tampak tidak profesional.
Lebih dari 60 persen pekerja di Korea Selatan menggunakan emoji di tempat kerja, menurut survei terbaru yang dilakukan oleh platform bimbingan belajar Preply.
Sementara sekitar 90 persen dari pengguna emoji tersebut bertukar emoji dengan rekan kerja di tempat kerja, penggunaan dengan rekan senior jauh lebih jarang, dengan hanya 30,6 persen manajer senior dan 24 persen CEO yang menerima emoji.
Seorang pengguna di Blind, platform daring anonim untuk karyawan terverifikasi, bertanya apakah emoji cocok untuk berkomunikasi dengan rekan senior. Seorang komentator menjawab, “Jangan lakukan itu, terutama emoji hati.”
Alat bantu visual
Di antara pengguna emoji yang disurvei, sebagian besar menganggap isyarat visual emoji kondusif untuk menyampaikan emosi, sehingga memperkaya komunikasi berbasis teks.
Dalam skenario tempat kerja di mana teks biasa dapat disalahartikan, representasi visual melalui emoji membantu meminimalkan kesalahpahaman dan menghindari potensi konflik.
Seperti yang dikomentari pengguna Instagram itstaehyunie dalam menanggapi survei The Korea Herald tentang topik ini di Instagram Stories, emoji membantu mengekspresikan “emosi dan nada” dalam “teks yang monoton.”
Emoji umumnya digunakan sebagai pelumas sosial, dengan 33 persen pengguna emoji yang disurvei menggunakannya untuk mendekati rekan kerja dengan cara yang ramah dan 26 persen menggunakannya untuk membina hubungan yang lebih dekat.
Choi Chang-hyun, seorang pekerja kantoran yang tinggal di Seoul berusia akhir 20-an, percaya bahwa penggunaan ikon lucu dalam komunikasi membantu menciptakan suasana yang lebih mudah didekati dan kolaboratif.
“Emoji, jika digunakan dengan tepat, membantu membentuk lingkungan kerja yang positif, karena hubungan tempat kerja yang baik menghasilkan komunikasi dan kerja sama yang lebih baik,” katanya.
Dilansir dari laman Asianews, salah satu area di mana penggunaan emoji menjadi hal yang lumrah adalah dalam respons, sering kali dalam ruang obrolan grup.
Membalas dengan emoji atau menambahkan reaksi terhadap pesan merupakan cara yang mudah untuk mengakui pesan, sehingga tidak perlu membalas secara lengkap.
Namun, menanggapi melalui emoji tampaknya mengandung risiko pengirim dianggap tidak tulus atau kasar, terutama jika pesan asli berasal dari orang yang lebih tua yang lebih suka menerima respons yang sopan dan tepat dari bawahannya.
Pengguna Instagram borislianto menunjukkan bahwa suka atau tidak, emoji akan menjadi bagian dari komunikasi di tempat kerja di masa mendatang: “Ketika Gen Z sedang naik daun, penggunaan emoji akan sangat besar dalam beberapa hari mendatang.”
‘Terlalu kasual’
Mereka yang tidak setuju dengan penggunaan emoji mengatakan bahwa emoji tidak pantas untuk komunikasi formal.
Bagi sebagian orang, teks saja sudah cukup untuk menyampaikan makna tanpa perlu ikon bergambar.