Solok, Klikpositif – Bisnis tanaman Atsiri terus berkembang di Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Banyak jenis tanaman Atsiri yang dibudidayakan oleh masyarakat. Mayoritas tanaman Nilam dan sereh wangi.
Berbeda dengan orang kebanyakan, seorang pemuda asal Kayu Jao Kabupaten Solok, Tony Devisa malah tertarik dengan tanaman Atsiri yang terbilang jarang di Indonesia. Bahkan bibitnya didatangkan dari negara asalnya.
Ada beragam jenis tanaman Atsiri yang ia kembangkan di kebun miliknya di Kayu Jao, Kecamatan Gunung Talang. Mayoritas merupakan tanaman yang bernilai jual tinggi. Salah satunya Tea Tree.
“Bibit awalnya langsung dari Australia. Kemudian sejak tahun 2018 kita kembangkan sendiri, sehingga bisa diperbanyak,” kata lulusan Bina Nusantara University Jakarta itu, Selasa (21/3/2023).
Dari kerja kerasnya itu, saat ini sudah ada 4 hektare kebun Tea tree. Panen awal bisa dilakukan ketika tanaman sudah berumur 9 bulan. Dari masing-masing hektare, bisa menghasilkan tea tree basah 500 kilogram dengan harga jual Rp3 ribu per kilogram.
Sepintas, tanaman tea tree mirip dengan pohon Pinus. Namun, memiliki aroma yang menyenangkan. Hasil penyulingan tea tree biasanya digunakan sebagai bahan skincare, deodoran dan produk kecantikan lainnya.
“Tea tree ini punya potensi yang sangat bagus di samping tanaman Atsiri lainnya. Kita juga sudah punya penyulingan sendiri untuk produk mentahnya. Ke depan, akan kita kembangkan untuk para petani,” terang lulusan ilmu komunikasi itu.
Selain Tea Tree, Toni juga mengembangkan lemon tea tre (Leptospermum Petersonii). Tanaman ini merupakan jenis pohon kecil endemik yang tumbuh di Australia timur. Aromanya persis seperti bau jeruk.
“Kalau tanaman ini biasanya juga disuling untuk diambil minyaknya. Bisa untuk bahan parfum hingga bahan pengharum makanan. Lemon tea tree ini baru setengah hektare kita kembangkan, hasilnya sekitar 200 kilogram,” bebernya.
Setidaknya, ada 30 jenis tanaman Atsiri yang dikembangkan Toni di lahan miliknya yang berada di daerah Kelok Jariang, Jorong Kayu Jao. Sebagian ada yang cocok dengan geografis daerah, ada juga yang tidak.
“Kita rintis dulu, mana yang cocok dan berpotensi. Jika nanti bagus, akan kita kembangkan lebih besar dan mengajak petani untuk ikut membudidayakannya,” terang Tony didampingi manager pengembangan, Muhammad Rizki.
yang terbaru, Tony juga telah mengembangkan Kayu Masoi (Cryptocarya Massoy) yang berasal dari Tanah Papua. Kayu ini masih satu kerabat dengan Kayu Manis. Kayu ini diambil kulitnya untuk disuling dan menjadi bahan baku parfum.
“Usinya baru 2 tahun, ada sekitar 10 ribu batang. Bibirnya dari Papua. Ini nantinya juga menjadi investasi jangka panjang,” terangnya.
Tony juga tak menyebut secara rinci berapa penghasilan dari usahanya mengembangkan tanaman Atsiri. Namun, kata dia, tanaman Atsiri punya potensi besar untuk perekonomian.
Ditilik dari latar pendidikan, Tony memang bukan lulusan bidang pertanian atau perkebunan. Namun, sejak kecil, keluarganya memiliki usaha perkebunan teh. Bahkan luas areal kebun teh yang dikelola keluarganya sekitar 100 hektare.
Dari usaha perkebunan keluarga yang juga bekerjasama dengan masyarakat itu, menyerap tenaga kerja lebih kurang 100 orang. Tony berharap, dengan pengembangan usaha tanaman Atsiri ini, nantinya bisa membantu masyarakat sekitar.
“Kita coba kembangkan dulu. Jadi daerah ini tidak hanya menjadi sentra perkebunan teh, namun ke depannya juga bisa berkembang menjadi sentra perkebunan tanaman atsiri. Potensi ekonominya juga besar. Tidak hanya bagi kita, tapi masyarakat juga,” tutupnya.