JAKARTA, KLIKPOSITIF – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyebut internet lemot ternyata berhubungan erat dengan migrasi analog ke digital.
Hal ini disampaikan Direktur Penyiaran Kemenkominfo RI, Geryantika Kurnia dalam Diskusi Publik Virtual Sosialisasi Analog Switch Off (ASO) dan Seremoni Penyerahan STB bersama Komisi I DPR RI, Selasa 6 Desember 2022.
Geryantika mengatakan manfaat dari migrasi digital ini akan membuat kecepatan sinyal internet menjadi bertambah dan cenderung stabil.
“Migrasi ini kita akan mendapatkan bonus internet yang lebih cepat, kita memang tidak bisa lepas dari internet,” jelas Geryantika.
Menurut dia, migrasi dari analog ke digital seperti yang sedang gencar dilakukan pemerintah, tak hanya sekedar mendapat tayangan lebih jernih. Tapi, poin utamanya adalah kecepatan internet yang merata dan stabil.
“Indonesia termasuk negara yang terlambat dari negara lain, termasuk negara ASEAN ada Indonesia dan timor Leste yang terlambat. Ada lembaga atau badan dibawah PBB yang namanya ITU, dimana ITU merupakan suatu badan yang tugasnya menata frekuensi. Tahun 2007 ITU mengadakan konferensi yang menetapkan frekuensi 700 yang digunakan TV analog ini ternyata lebih banyak manfaatnya jika pindah ke digital,” kata Geryantika.
Tahun 2007, kata dia, sudah ditetapkan komitmen bersama secara internasional bahwa semua negara harus pindah dari TV analog ke TV digital. Komitmen yang kedua adalah negara-negara ASEAN, dimana pada tahun 2014 yang menyepakati konferensi tepatnya di Indonesia yaitu Yogyakarta dengan kesepakatan bahwa negara ASEAN pindah dari Analog ke Digital paling lambat tahun 2020.
“Dan negara ASEAN lainnya sudah pindah, namun Indonesia belum. Sebenarnya Indonesia sudah merencanakan pada tahun 2018, namun problemnya pada waktu itu, kita dengan industri terburu-buru sehingga peraturan belum maksimal. Sehingga ada yang menggugat dimana harus ditetapkan oleh UU,” sambungnya.
Pemerintah, kata Geryantika, juga menyiapkan bantuan khusus bagi keluarga miskin untuk menerima STB secara gratis.
Syaratnya, mereka harus terdaftar di kementerian sosial dan sudah di verifikasi datanya.
“Ada 5,6 juta STB untuk rumah tangga miskin. Dan STB ini dari stasiun TV dan juga dari pemerintah. Ada dari grup SCM 1,2 juta STB. Grup MNC ada 1,1 juta STB, dari grup Trans ada 600 STB, dari Metro ada 700 STB, dan yang lainnya. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir,” jelas dia panjang lebar.
Terakhir, kata dia adalah pentingnya sosialisasi, dimana masyarakat harus diberikan sosialisasi bahwa ada migrasi dari TV analog ke TV digital.
“Ternyata di analog ini sangat boros frekuensi, sedangkan digital lebih efisien. Dimana analog hampir menggunakan 320 mz tapi digital hanya 72 Mz, dan jika ada frekuensi yang berlebih akan menghasilkan 181 ribu kecepatan bisnis baru. Dan ini akan ada lapangan kerja baru yaitu sekitar 322 ribu, kemudian ada pajak negara hampir 70 triliun dan pendapatan dari digital ini hampir 400 lebih triliun,” tuturnya.
Sosialisasi ini juga dihadiri Anggota DPR RI Komisi I Alimin Abdullah dan Dosen IBM Bekasi Hamluddin.
(*)