BUKITTINGGI, KLIKPOSITIF – Gempa di Bukittinggi terjadi tengah malam, Jumat 16 September 2022.
Gempa yang terjadi sekitar pukul 23.54 WIB itu cukup mengagetkan sebagian warga.
Bahkan tak sedikit warga yang sudah tertidur pulas, terbangun akibat merasakan guncangan gempa tersebut.
Guncangan gempa itu terjadi sekitar 2 detik dan membuat kaca jendela bergetar.
Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi ini memiliki parameter dengan magnitudo M=2.9.
Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 0.36 LS dan 100.33 BT atau tepatnya berlokasi di darat pada 7 kilometer Barat Daya Bukittinggi, Sumbar pada kedalaman 10 kilometer.
Kepala Stasiun Geofisika Padang Panjang, Suaidi Ahadi, dalam keterangan tertulisnya menyebut guncangan gempa bumi ini dirasakan di Bukittinggi dengan skala intensitas II-III MMI.
Menurutnya, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Sumatera Segmen Sianok.
BMKG mengimbau kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Mengenal Segmen Sianok Penyebab Gempa di Bukittinggi
Segmen Sianok merupakan salah satu dari 19 segmen Patahan Sumatera, yang terletak di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Untuk di Sumbar sendiri terdapat 7 segmen. Selain Segmen Sianok, juga ada Segmen Angkola, Segmen Barumun, Segmen Sumpur, Segmen Sumani, Suliti, serta Segmen Siulak.
Khusus segmen Sianok, merujuk dari data Ahli Geologi Sumbar, Ade Edward, untuk kecepatan pergeseran di Segmen Sianok mencapai 23 mili meter per tahun.
Tipe pergesear segmen ini adalah strike slip atau pergeseran horizontal searah bidang patahan/sesar.
Panjang Segmen Sianok ini mencapai 90 kilometer, yang memanjang dari sisi timur laut Danau Singkarak, melewati sisi barat daya Gunung Marapi, hingga Ngarai Sianok Bukittinggi.
Bahaya Gempa di Segmen Sianok
Potensi maksimal gempa di Segmen Sianok mencapai magnitudo 7,3. Untuk di garis bawahi, itu untuk potensi maksimal.
Artinya, gempa yang terjadi di Segmen Sianok bisa saja di bawah magnitudo 7,3 dan tidak membahayakan keselamatan manusia.
Namun jika terjadi gempa dengan magnitudo 6 atau 7, bisa saja menimbulkan banyak kerusakan bangunan dan adanya korban jiwa dan luka-luka.
Gempa terbesar dalam sejarah yang tercatat terjadi di Segmen Sianok ini adalah gempa yang terjadi pada tahun 1926 dengan magnitudo 7,0.
Saat itu, kerusakan bangunan terjadi antara Bukittinggi hingga Danau Singkarak. Ratusan warga dikabarkan meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan.
Tak hanya itu, gempa di segmen ini juga pernah terjadi secara beruntun pada 6 Maret 2007 dengan magnitudo 6,4 dan 6,3 yang berselang sekitar 2 jam.
Lebih dari 50 orang meninggal dunia akibat dampak dari gempa tersebut. Sementara kerusakan terparah terjadi di kawasan Tanah Datar dan Padang Panjang.
Gempa kuat ini bisa saja terjadi di masa mendatang. Namun hingga saat ini, belum ada teknologi yang bisa mendeteksi kapan gempa itu akan terjadi.
Menurut Ahli Geologi Sumbar, Ade Edward, gempa-gempa yang berafiliasi dengan zona Patahan Sumatera merupakan gempa-gempa berkekuatan sedang hingga kuat.
Potensi kedalamannya tergolong dangkal, kurang dari 20 kilometer.
Jika terjadi gempa kuat dengan kedalaman yang dangkal, maka dapat mengakibatkan kerusakan yang hebat.
Selain itu, gempa kuat dan dangkal juga sangat memungkinkan terjadinya bencana ikutan berupa tanah longsor, dan hal ini akan menambah risiko kerugian.
Oleh karena itu, membangun bangunan yang ramah gempa dan aman dari ancaman longsor jadi salah satu solusi atas ancaman gempa dan longsor akibat dampak gempa.