Diklaim Tertinggi di Sumbar, Ternyata Kasus Stunting Balita di Kabupaten Solok hanya 16,2 Persen

Sekda Kabupaten Solok, Medison menandatangi komitmen penurunan stunting daerah.(Ist)

Sekda Kabupaten Solok, Medison menandatangi komitmen penurunan stunting daerah.(Ist)

Hayati Motor Padang

Solok, Klikpsotif – Pemerintah Kabupaten Solok mengklaim, jumlah kasus stunting di daerah tersebut hanya 16,2 persen. Angka itu jauh lebih kecil dari data prevelensi stunting yangdirilis Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 sebesar 40,1 persen. Tertinggi di Sumatra Barat.

Menurut Sekda Kabupaten Solok, Medison, Pemeritah Kabupaten Solok telah melakukan penimbangan dan pengecekan massal terhadap seluruh balita di Kabupaten Solok. Hasilnya, hanya 16,2 persen balita yang mengalami gangguan pertumbuhan atau stunting.

“Berdasarkan data by name by address pada aplikasi e-PPGBM, angka stunting Kabupaten Solok hanya sebesar 16,2%. Hasil itu berdasarkan dari hasil penimbangan masal pada bulan Agustus 2021,” Ungkap Medison saat rembuk stunting, Rabu (7/9/2022) di Arosuka.

Kendati ada perbedaan data yang signifikan, menurut Medison tidak menjadi persoalan. Pemerintah Kabupaten Solok akan tetap melakukan upaya dalam penurunan angka stunting.

Pihaknya menargetkan, pada tahun 2024, angka kasus stunting di Kabupaten Solok turun menjadi 14 persen. Target itu sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah dalam Rencana Pemembangunan Jangka Menengah Negara (RPJMN).

“Stunting tidak hanya mempengaruhi tinggi badan balita secara fisik. Akan tetapi juga menghambat perkembangan otak sehingga mempengaruhi tingkat kecerdasan dan kesehatan dalam jangka panjang,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Solok, Zulhendri mengatakan, pihaknya telah melakukan intervensi terhadap penanganan kasus stunting dan cacingan terhadap anak-anak balita.

“Bagi penderita stunting yang tidak punya jaminan kesehatan, akan kita bantu pembiayaan pengobatannya melalui RSUD Arosuka. Selain itu juga ada Baznas juga akan ikut membantu,” terangnya.

Dinkes mengharapkan, jorong dan wali nagari untuk turut melakukan survey ke pelosok-pelosok. Agar tidak ada yang terlewatkan untuk pendataan stunting. Termasuk peran aktif organisasi profesi kesehatan serta sekolah PAUD dan TK.

Exit mobile version