Cahaya Biru Ponsel Mengganggu Tidur Anda? Ini Penjelasannya

Klikpositif Supernova Honda (3000 x 1000 piksel)

KLIKPOSITIF – Studi dari Universitas Basel dan Universitas Teknik Munich, mempelajari efek perubahan cahaya biru-kuning yang dikalibrasi pada jam sirkadian manusia. Para peneliti memaparkan 16 subjek pada tiga jenis cahaya berbeda selama satu jam sebelum mereka tidur malamnya.

Setelah menggunakan cahaya latar/kontrol berwarna biru redup, kuning, dan putih konstan, penulis penelitian menetapkan bahwa tidak ada bukti konklusif untuk efek perubahan substitusi senyap yang dikalibrasi dalam warna cahaya sepanjang sumbu biru-kuning pada jam sirkadian manusia. atau tidur.

Dilansir dari laman Healthline, cahaya sendiri dapat menjadi pengganggu umum terhadap pola tidur manusia, namun mungkin tidak seperti yang terlihat pada perangkat modern dalam beberapa tahun terakhir.

Bagaimana cahaya mempengaruhi pola tidur?

Mata manusia mengubah cahaya menjadi impuls listrik melalui serangkaian kerucut, batang, dan “sel ganglion retina fotosensitif intrinsik” (ipRGCs). Cahaya biru, yang dipancarkan dari perangkat seperti ponsel pintar dan tablet, adalah bentuk cahaya dengan panjang gelombang pendek, dan diubah menjadi warna biru melalui kerucut, yang merespons cahaya terang; sel batang hanya beroperasi dalam kondisi cahaya redup dan tidak dapat membedakan warna.

IPRGC di mata menerima informasi tentang intensitas cahaya, bukan warna, dan juga menjaga ritme sirkadian teratur. Melanopsin fotopigmen, yang diekspresikan oleh ipRGCs, membantu mengatur penekanan melatonin di malam hari. Kerucut mengirimkan informasi ke ipRGCS, yang menunjukkan bahwa warna cahaya dapat memengaruhi ritme sirkadian reguler dan kemampuan seseorang untuk tertidur atau tetap tertidur.

Sebuah studi pada tahun 2019 menunjukkan bahwa paparan cahaya yang tidak tepat waktu – yaitu cahaya buatan dari perangkat yang kita gunakan sepanjang hari – dapat berdampak buruk pada tidur dan kesehatan. “Namun proses yang digunakan otak kita untuk memodulasi ritme sirkadian internal cukup kompleks,” kata Dr. Alexander Solomon, ahli bedah mata di Pacific Neuroscience Institute di Pusat Kesehatan Providence Saint John di Santa Monica.

“Ada ‘jam’ utama yang diatur oleh sel-sel melanopsin ini (yang, sekali lagi, masih paling sensitif terhadap cahaya biru) namun aktivitas lain seperti waktu makan dan olahraga juga dapat memberi masukan pada jam utama tersebut. Saya pikir jika seseorang mengalami kesulitan tidur dan bangun secara teratur pada waktu teratur yang diperlukan untuk gaya hidup mereka, salah satu perubahannya adalah dengan menggunakan kacamata pemblokir cahaya biru atau pengaturan ponsel/layar serupa, tetapi juga mengurangi paparan cahaya terang secara keseluruhan,” paparnya.

Exit mobile version