KLIKPOSITIF – Semen Padang FC berpotensi batal melakoni laga terakhir di kompetisi BRI Liga 1 2024/2025 di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Pada laga terakhir yang bakal digelar pada 24 Mei mendatang, Kabau Sirah harusnya bertandang ke Stadion Kanjuruhan, yang baru saja kembali dipakai ketika Arema FC menjamu Persik Kediri pada Minggu (11/5) lalu.
Namun laga perdana di Kanjuruhan tersebut harus dinodai dengan aksi penyerangan yang dilakukan oleh oknum suporter pada bus pemain Persik.
Penyerangan itu terjadi ketika bus yang ditumpangi oleh pemain, dan tim pelatih Persik Kediri meninggalkan Kanjuruhan, usai membekuk Arema FC dengan skor 0-3.
Akibat kejadian itu, kaca bus pecah. Pelatih Divaldo Alves sampai mengalami memar, dan asisten pelatih Persik juga luka ringan.
Manajemen Arema FC pun merespon kejadian tersebut dengan reaksi keras. General Manager (GM) Arema FC, Yusrinal Fitriandi mengaku kecewa dengan tingkah pendukung klub yang dipimpinnya tersebut.
Bahkan, ia mengatakan, pihaknya mempertimbangkan untuk tidak bermain di Stadion Kanjuruhan dalam waktu dekat.
“Kita kecewa dengan beberapa stakeholders pertandingan kemarin. Tiga tahun kami berusaha mempertahankan eksistensi klub. Bersungguh-sungguh untuk kembali ke rumah sendiri.”
“Sementara itu banyak pihak tiada henti mencaci maki klub, yang disatu sisi klub berusaha bertahan dan tabah menghadapi padahal klub mengalami masa sulit dengan keterbatasan dana, karena tidak ada pemasukan lantaran harus terusir,” katanya dikutip dari laman resmi Arema FC.
Ia menilai, aksi yang dilakukan oleh oknum suporter tersebut membuat usaha yang dilakukan manajemen merasa tidak dihargai.
“Rasanya hanya cukup sisa tenaga, semangat dan niat tulus mempertahankan klub ini.”
“Kami terasa sudah berdarah darah, sekuat daya dan upaya kami lakukan, namun hasilnya seakan-akan kita tidak dihormati di sini.” tegasnya.
Apalagi menurut dia, selama tiga tahun pasca tragedi Oktober 2022 lalu, manajemen tidak mendapatkan dukungan dari suporter.
“Tiga tahun mereka tidak dapat memberi dukungan ke Arema FC, begitu kita pulang, alih-alih dukungan yang didapat tapi justru tuntutan kesempurnaan yang berlebihan harus dituruti,” imbuhnya.
Di sisi lain, ia menyebut, manajemen merasa menjadi pihak yang selalu disalahkan atas berbagai permasalahan yang timbul termasuk pelemparan bus tim tamu.
“Manajemen selalu jadi bahan cercaan, seolah pelaku utamanya pelemparan bus, entah itu oknum atau seseorang atau kelompok yang merasa bahwa perilakunya tidak salah.”
“Sekali lagi kejadiannya terjadi di area zona 4 diluar kawasan stadion dan jauh dari kewenangan Panpel. Semestinya bisa diantisipasi,” pungkasnya.(*)