Oleh : Hadi Almagribi (Pengamat Politik)
Salah satu narasi negatif yang dibangun oleh lawan politik Rusma Yul Anwar-Nasta (RA-Nasta) ialah bahwa bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan (Pessel) itu tidak punya jaringan di pusat. Maksud lawan politik tersebut ialah bahwa Pessel tidak akan mendapatkan banyak dana dari pusat jika pemimpinnya tidak punya jaringan di pusat, padahal pembangunan tidak bisa dilakukan dengan hanya mengandalkan dana APBD Pessel sebab dananya terbatas dan 60 persen lebih habis untuk belanja rutin sehingga dibutuhkan dana APBN untuk pembangunan.
Narasi negatif tersebut salah dan mudah dibantah. Dalam Pilkada 2024 RA-Nasta diusung oleh Gerindra, yaitu partai yang diketahui oleh Prabowo, presiden terpilih, dan PSI, partai yang diketuai oleh Kaesang Pangarep, adik Gibran Rakabuming, wakil presiden terpilih. Selain itu, mereka diusung oleh partai yang bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM), yaitu Golkar, Demokrat, Perindo, Gelora, PKS, dan PKB.
Satu hal yang perlu diingat oleh lawan politik RA-Nasta ialah bahwa Nasta merupakan kader Gerindra. Jadi, RA-Nasta bukan hanya diusung oleh Gerindra, tetapi kader Gerindra sendiri pun menjadi bakal calon Wakil Bupati Pessel. Karena itu, RA-Nasta akan mudah berkomunikasi dengan pemerintah pusat, yang presidennya merupakan Ketua Umum DPP Gerindra, Prabowo.
Yang tidak kalah penting ialah bahwa RA-Nasta didukung penuh oleh Andre Rosiade, Ketua DPW Gerindra Sumbar. Andre dikenal sebagai anggota DPR yang membawa paling banyak program pembangunan dari pusat karena kepiawaiannya dalam melobi dan hubungan dekatnya dengan pejabat-pejabat di pusat. Hal itu tidak terlepas dari kedekatannya dengan Prabowo. Andre dalam kampanyenya pada Pileg 2024 bahkan menyebut Prabowo sebagai “apak ambo” (bapaknya). Dengan pengibaratan kedekatan hubungannya dengan Prabowo tersebut, Andre dapat meminta kue pembangunan dengan mudah kepada Prabowo sebagaimana anak meminta sesuatu kepada bapak.
Dukungan penuh Andre Rosiade kepada RA-Nasta berarti bahwa pasangan tersebut punya jalur khusus untuk berurusan dengan Prabowo. Dengan kata lain, RA-Nasta tidak sekadar punya jaringan di pusat, tetapi lebih daripada itu, mereka punya jalur khusus untuk berkomunikasi dengan Prabowo, yaitu melalui Andre.
Jangan juga lupakan peran PSI terhadap dukungannya kepada RA-Nasta. Hubungan emosional adik kakak antara Kaesang sebagai Ketua Umum DPP PSI dengan Wakil Presiden terpilih, Gibran, tidak bisa dipinggirkan. Bagaimanapun, hubungan kekeluargaan tersebut berdampak besar terhadap komunikasi politik dan lobi politik. RA-Nasta dapat berkomunikasi dengan Ketua DPW PSI Sumbar, Sukma Trianda Putra, dan Ketua DPD PSI Pessel, Ferry Taliwang, jika ada komunikasi yang hendak mereka bangun dengan Kaesang.
Selain itu, peran partai-partai lain yang mengusung RA-Nasta tak bisa dikecilkan. Demokrat, Golkar, PKS, Gelora, dan PKB merupakan partai-partai besar yang punya anggota yang terdapat di komisi-komisi di DPR, serta berkemungkinan mempunyai menteri di kabinet Prabowo-Gibran. Partai-partai itu melalui kader-kader mereka di pemerintahan dan DPR akan membantu pemerintahan RA-Nasta di Pessel jika RA-Nasta diberi amanah oleh masyarakat kabupaten itu untuk memimpin.
Jadi, siapa bilang RA-Nasta tidak punya jaringan di pusat?