SETELAH 24 tahun mengabdi di lingkungan Perusahaan Gas Negara (PGN) Group, Yosviandri (50), mengaku kaget ketika diamanahkan untuk memimpin PT Semen Padang sejak bulan Januari 2018. Namun demikian, jabatan tersebut diterimanya karena ini tugas yang harus dijalankan.
Yang terpenting baginya, ia tidak sendirian di Semen Padang, karena banyak kawan-kawannya yang telah lama mengabdi di perusahaan kebanggaan Ranah Minang itu.
“Saya kaget begitu tahu saya ditempatkan di sini, karena karir saya dimulai tidak di sini. Inikan berbelok. Namun demikian, ini perintah negara dan harus dijalankan,” kata pria yang terakhir menjabat sebagai Dirut PT PGAS Solution, anak perusahaan PT PGN, pada Leader Cafe XXVIII Transformational Leadership Baliak Kampuang yang digelar di Wisma Indarung, Senin (19/3/2018).
Profil pria berkaca mata itu pun dikupas. Pada acara yang dipandu oleh Handayani Yosep sebagai host, Yosviandri pun membeberkan lika liku hidupnya sejak kecil hingga kini dipercaya menjabat sebagai Dirut PT Semen Padang. Pria kelahiran 30 Januari 1968 itu mengaku tidak sendiri.
“Kita bersama-sama, tidak ada pemimpin yang sukses sendirian. Yang jadi perhatian adalah Kebersamaan. Tetaplah di perahu yang sama menuju tujuan yang sama. Kalau kita menjadi keluarga besar yang kuat, Insya Allah kita bisa melewati tantangan yang berat di tengah persaingan industri semen yang begitu ketat,” kata lelaki yang bergabung dengan PT PGN itu pada tahun 1994.
Sebagai seorang pemimpin, Yosviandri telah menjadi role model bagi bawahan dan sejawatnya. “Beliau adalah Best Mentor. Selalu ada hal-hal baru yang disampaikan kepada saya untuk menambah value bagi saya dan perusahaan,” kata sahabatnya di PT PGAS Solution, Khairul Huda.
Sementara rekannya yang lain, Mukhlis, mengatakan Yosviandri pribadi yang disiplin. “Beliau setengah tujuh sudah datang ke kantor, dan pulang jam 4 sore. Tidak dilebih-lebihkan,” kata Mukhlis. Hal yang sama juga disampaikan mantan Asisten Yosviandri, Farach. “Pak Yos itu orangnya kritis, tegas, dan disiplin. Karena selalu datang jam 7 kurang sebelum jam kantor,” katanya.
Dengan semua karakter yang dimilikinya, Yosviandri telah mendapatkan berbagai macam penghargaan dari PGN dan nasional. Salah satunya sebagai Transformational Leader tahun 2016.
Transformational Leader menjadi Brand Identity Yosviandri bagi rekan-rekannya, karena ia mampu berperan sebagai katalis bagi perubahan yang akan dilaksanakan pemimpin yang berperan meningkatkan sumber daya manusia yang ada dan berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja yang tinggi bagi anggotanya.
“Dulu, ketika saya menjabat Kabag Transformasi di PGN, banyak penolakan terhadap transformasi. Tapi satu orang yang mendukung, itulah Pak Yosviandri. Beliau merupakan pemimpin yang mampu melakukan internalisasi transformasi, menyemangati agar semua memiliki semangat untuk satu tujuan, dan mampu membangun komunikasi yang baik,” kata Chaedar yang kini menjabat Dirut PT PGAS Solution.
Yosfiandri juga dikenal memiliki idealisme yang tinggi, selalu menemukan cara-cara baru dalam menyelesaikan pekerjaan serta selalu memperhatikan bawahannya dengan sikap empati dan kepedulian yang dimiliki.
Sikap empati ini juga yang membuat Pak Yos selalu menjadi sahabat terbaik bagi orang-orang yang dipimpin. Baginya, keluarga, sahabat dan silaturahmi adalah hal yang sangat penting dalam perjalanan hidupnya.
Yosfiandri merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Marah Ismet Taher dan Arnizam. Kakak pertamanya bernama Mindasari, dan adik laki-lakinya bernama Alviandri.
Yosviandri kecil tumbuh dan berkembang menjadi anak yang aktif dan mandiri penuh inisiatif dan sangat suka mempelajari segala sesuatu sendiri alias otodidak. Ia bahkan sudah bisa membaca sebelum masuk TK karena sering mendengar sang paman yang mengajarkan Kakakknya belajar membaca.
Masa kecil pak Yos dilewati dengan berpindah dari satu daerah ke daerah lain/ mengikuti sang ayah yang bertanggungjawab atas peralatan teknis Radio Republik Indonesia di 27 stasiun yang ada di Indonesia.
Lahir di kota Padang, lalu sempat hidup di Pontianak (Kalimantan Barat), pindah ke Ibu Kota, Jakarta hingga kembali lagi ke Padang. Setelah sang ayah meninggal pada tahun 1982 di Jakarta, saat ia berumur 14 tahun Yosviandri bersama sang mama yang berprofesi sebagai guru serta kakak dan adiknya harus pindah ke Padang.
Kepergian Sang Ayah yang menjadi sosok idola, sahabat, guru bagi beliau tentu bukan hal yang mudah. Namun ia dan keluarganya begitu kuat dan tegar menghadapi kenyataan tersebut. Bahkan menurut adik beliau, Alviandri momen ini merupakan momen penting perubahan sikap seorang Yosviandri.
Di Kota Padang, Yosviandri melanjutkan pendidikan nya di di SMP N 1 Padang, kemudian dilanjutkan ke SMA N 1 Padang dan menempuh pendidikan tinggi di Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Andalas.
Di mata teman-temannya, Yosfiandri dikenal sebagai sosok yang humble, humoris, supel dan juga usil. Namun yang paling inspiring buat teman-temannya. Ia juga dikenal sangat menyayangi ibunya.
Kasih sayang Yosviandri kepada Ibu dan keluarganya menjadi hal yang tak terbantahkan. Sejak dulu hingga kini, meski telah menjadi Top Leader di Perusahaan besar ia tetap mengutamakan keluarga di tengah kesibukannya. Ia juga dikenal sangat peduli dengan kesehatan dan keamanan keluarganya.
Perjalanan karir Pak Yos hingga posisi sekarang tentunya tidaklah instan. Setelah menamatkan pendidikan di Jurusan Teknik Mesin Universitas Andalas pada tahun 1993, Yosviandri sempat bekerja di beberapa perusahaan sampai akhirnya bergabung di Perusahaan Gas Negara atau PGN pada tahun 1994. Dari 500an pelamar, beliau termasuk dalam 20-an orang yang berhasil.
Yosviandri menapaki jenjang karirnya dari bawah, mulai dari menjadi asisten madya, manager hingga menjadi Direktur Operasi PGAS Solution, anak perusahaan PGN pada Mei 2016. Karirnya semakin meningkat pada Februari 2017 saat menjadi Direktur Utama PT PGAS Solution hingga Januari 2018
Dan, sesuai dengan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Semen Padang pada Februari 2018, Yosviandri akhirnya dipercaya menjadi Direktur Utama PT Semen Padang. Takdir membawanya Baliak ka Kampuang untuk mengabdi dan memberi kontribusi terbaiknya di PT Semen Padang.
Menurut sang istri, Yosviandri dan bawahannya selalu dekat dan seperti keluarga. “Semua merasa kehilangan,” kata Risna Nofalia.
Menurut sang ibu, Arnizam, Yosviandri kecil suka bekerja sendiri dan mencari sendiri apa yang akan dikerjakan. Ketika SD, gurunya meminta tolong sama Yosviandri untuk mencari arti kata-kata dalam kamus.
“Mungkin gurunya tahu saya juga seorang guru. Setelah pulang dari sekolah, sampai rumah dia nanya ke saya, bagaimana cara melihat kata-kata ini dalam kamus. Kemudian diajarkan. Setelah itu dia ambil buku catatan dan kamus, kemudian dia cari sendiri artinya. Bukannya makan terlebih dahulu, tapi Yosviandri langsung mengerjakan tugas dari gurunya begitu pulang sekolah,” aku Arnizam.
Alam Takambang Jadi Guru
Pengalaman hidup yang dijalani sedari kecil, dan sukses di lingkungan kerja, menurut Yosviandri, itu merupakan buah dari pelajaran ‘alam takambang jadi guru’ yang menjadi prinsip hidupnya
Prinsip itu, katanya, menyatu dalam jiwanya setelah membaca buku Giring-Giring Perak saat masih duduk di bangku SMP. “Kehidupan ini memberikan kita pelajaran, banyak ilmu. Banyak yang kita dapat, sejauh kita bisa menangkap hikmahnya. Kalau kita tidak mampu, maka berlalu saja seiring waktu,” kata Yosviandri.
Menurutnya, alam lebih banyak berbicara dari pada mulut manusia. Melewati masa remaja tanpa ayah, kata Yosviandri, harus dijalani. “Saya tidak punya cita-cita yang aneh ketika kecil. Waktu Ayah ada, saya selalu andalkan beliau. Ketika ayah tidak ada, siapa lagi yang diandalkan. Biarkan saja hidup ini menbawa kita ke mana. Tuhan itu menciptakan manusia bukan untuk disia-siakan,” ujarnya.
Menjadi seorang pemimpin di perusahaan, Yosviandri menyebut bahwa dalam mengambil setiap keputusan, dirinya tidak menunggu masukan dari orang lain atau bawahan, karena kalau di minta saran orang lain, maka jika terjadi kesalahan maka dirinya tentu akan menyalahkan orang lain. “Namun begitu, saya selalu meminta doa dari orangtua agar keputusan yang saya ambil sudah benar dan tepat,” tuturnya.
Jadi Mentor Fotografi
Di luar kesibukan kerjanya, Yosviandri ternyata memiliki hobi fotografi. Kemana pun dia pergi, Yosviandri selalu membawa kamera DSLR.
“Saya gak bisa nyanyi, gak bisa main musik. Saya hanya mendengarkan musik, makanya saya nyalurkan hobi menjadi fotografer, kenapa? karena foto itu memberikan makna. Saya pun juga sudah ada beberapa foto yang saya jadikan buku. Saya belajar otodidak. Saya juga gabung di komunitas fotografi PGN Solution,” akunya.
Dia berbagi tips pada mereka yang punya hobi fotografi. Untuk mendapatkan foto yang bagus, harus memotret dengan hati dan jangan lupakan momen, karena momen tidak datang dua kali. Kemudian angle juga harus diperhatikan. Termasuk cahaya. “Tapi, ada cahaya atau pun tidak gak masalah,” bebernya.
Dalam hal kepemimpinan, Yosviandri meminta kepada jajaran PT Semen Padang untuk tidak melihat dirinya lebih jauh ke atas. Karena menurutnya, bawahan yang melihat dirinya sebagai pemimpin dengan lebih jauh ke atas, maka sama dengan merendahkan diri.
“Melihat pimpinan lebih jauh itu tidak boleh, karena merendahkan derajat. Pimpinan itu sama dengan bawahan. Ilustrasinya seperti ini, tidak ada jenderal yang memenangkan perang, karena punya prajurit. Kalau ada kesalahan, berarti dia tidak bisa membentuk prajurit yang memenangkan peperangan,” kata ayah dari Nadya Chairani (22) dan Muhammad Arigulhakim (17) itu.(*)