KLIKPOSITIF – Dasar desain perlengkapan obor api PON XX dibuat menyerupai bentuk tifa, alat musik kebanggaan Bumi Cenderawasih. Tifa bagi masyarakat Papua adalah alat musik tradisional yang mampu menyatukan semua elemen masyarakat.
Tifa adalah alat musik tradisional masyarakat Papua dari wilayah pesisir, daratan rendah, hingga daerah pegunungan di Tanah Papua.
Pada obor PON Papua tersebut diselipkan ornamen yang berisi simbol-simbol yang terinspirasi dari kekayaan alam Papua. Salah satu bentuk ornamennya terdapat warna kuning yang menyimbolkan kemakmuran dan kejayaan wilayah gunung dan pantai.
Obor tifa inilah yang menyalakan api di kalderon Stadion Lukas Enembe, sebagai simbol semangat para duta-duta olahraga terbaik daerah meraih prestasi sepanjang PON Papua berlangsung. Alat musik tradisional tifa terdapat pada kebudayaan masyarakat Papua dari wilayah pesisir, daratan rendah, hingga daerah pegunungan di Tanah Papua.
Bentuk yang unik dari obor ini hasil desain dari sosok bernama Reza Pamungkas. “Desain awal saya buat dengan model sederhana sebanyak lima model, hingga akhirnya pilihan jatuh ke bentuk tifa,” kata Reza di Jayapura.
Dipilihnya obor model tifa karena alat perkusi tradisional ini sudah mencangkup filosofi dan budaya orang Papua. Pada obor tersebut terdapat berbagai ukiran motif asli Papua, namun banyaknya kekayaan budaya di tanah Papua sehingga tidak semua terakomodir dalam obor berbentuk tifa tersebut.
Reza Pamungkas mengaku, desain model tifa ini dibuat melalui pengkajian mendalam, terutama dengan melibatkan antropolog dan kurator muda dari museum Universitas Cenderawasih Enrico Kondologit. Ada tiga makna penting di dalam obor berbentuk tifa ini, terutama menyangkut kehidupan sehari-hari orang Papua dan bagaimana menyatukan perbedaan dengan mendengar bunyi tabuhan tifa yang memanggil orang untuk berkumpul merayakan pesta kemenangan maupun perdamaian.
Tifa sebenarnya bukan sekadar alat pukul atau perkusi, melainkan menyangkut semua filosofi dan kehidupan masyarakat yang ditempelkan di obor tifa. “Ada ornamen alam dan budaya mulai dari motif ular, alat tusuk hidung dari suku Asmat, semua tertera di tifa yang menjadi obor PON Papua,” ujarnya.
Kirab api PON Papua XX diawali dari area Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Migas (PLTMG) Klamono, Kabupaten Sorong, Papua Barat. Lokasi ini merupakan salah satu ladang minyak dan gas yang memiliki sumur tertua (pompa angguk) yang ada di Indonesia. Dari sumur migas inilah, api alam tersebut melakukan perjalanan udara, darat, maupun danau melintasi jarak ribuan kilometer. Klamono sendiri di tanah Papua termasuk dalam wilayah adat Doberai.
Api abadi dari Klamono diambil dalam bentuk lentera dan diiringi oleh obor PON lainnya. Setelah sehari diarak di Kota Sorong, obor api PON Papua dibawa mengelilingi lima wilayah adat di Provinsi Papua selama enam hari berturut-turut dari 27 September hingga 2 Oktober 2021. Kirab Api PON XX dimulai dari Biak (Saereri), Timika (Mee Pago), Wamena (Lapago), Merauke (Anim Ha), Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura (Mamta), dan berakhir di Stadion Lukas Enembe Kabupaten Jayapura.
Satu hal, pesan terpenting dari momen obor api PON XX Papua ini adalah semuanya merupakan produksi dalam negeri. Desain obor api PON ini merupakan karya Reza yang kedua. Sebelumnya, ia mendesain obor PON Jawa Barat 2016.
Antropolog Enrico Kondologit mengungkapkan, selama ini ada salah persepsi di masyarakat seolah tifa hanya dipakai di wilayah pegunungan. Sebenarnya tifa juga dipakai mulai dari masyarakat di wilayah pantai hingga pegunungan terutama di daerah Pegunungan Bintang. Sejak 2010, tifa sudah terdaftar sebagai warisan budaya tak benda.
Motif dan Filosofi Obor
Dijelaskan soal makna yang tertera di obor tifa, terdapat motif alam (gunung, gelombang dan ombak) menggambarkan wilayah adat dari wilayah dari Mamta/Tabi, Mee Pago, dan Lapago. Artinya simbol harapan dan berusaha atau bekerja keras.
Selanjutnya ada motif lipan/lintah di wilayah adat Ha Anim (Asmat, Kamoro, Malind Anim). Itu menandakan kemenangan dan kemujuran dalam perang. Seperti tertulis dalam buku panduan Obor, Lentera, dan Tungku PON XX Papua 2021.
Dalam budaya adat Saireri dan Domberai ada motif ular, pucuk pakis, genemo, dan kelapa. “Ini adalah simbol keuletan dan pertumbuhan,” kata Enrico, seraya menambahkan ada motif lingkaran atau fouw dari Sentani di wilayah Mamta/Tabi yang berasal dari kura kura (ebeuw) dan burung taon taon atau ulang Papua atau Rangkong Papua (Rhyticeros plicatus)–spesies rangkong yang terdapat di kawasan Melanesia. “Ini merupakan simbol kesuburan, umur panjang, dan sabar,” kata Antropolog Uncen tersebut.
Adapun bagian bawah dari obor tifa PON Papua terdapat motif lipan/lintah di noken, gelang tangan dari orang Moni di wilayah Meepago. Itu merupakan simbol kemenangan dan kemujuran dalam perang dan perjalanan.
Motif alam lainya adalah sungai di wilayah selatan, terutama suku Asmat, Kamoro, Malind Anim di wilayah adat Ha Anim. Simbol itu dalah bekerja, kerja sama, kekeluargaan, dan harapan.
Selain itu pada motif dan filosofi lentera adalah motif tusuk hidung “Bipane” dari suku Asmat wilayah Ha Anim. Begitupula motif alam (gunung, gelombang, dan ombak) yang bermakna kekayaan alam dan harapan dalam budaya Saireri, sebagai simbol kehidupan dan adaptasi.
Pada obor tifa juga terdapat motif dan filosofi tungku dalam budaya Papua, misalnya motif alam gunung dan gelombang dan ombak di wilayah Mamta/Tabi, Lapago dan Mee Pago. Memberikan makna harapan dalam berusaha atau bekerja keras. Sedangkan motif tusuk hidung dari kulit kulit kerang di wiliayah Ha Anim menyimbolkan kebesaran, kedewasaan dan tanggung jawab.
Ada pula motif pucuk kelapa dalam obor tifa PON dari wilayah adat Tabi/Mamta merupakan simbol kedewasaan seseorang dan tanggung jawab. Selanjutnya motif alam (ombak, gelombang, dan gunung) di wilayah adat Mamta, Saireri, dan Ha Anim. Sebagai simbol penghargaan terhadap alam dan kesejahteraan. Di ukiran Obor Tifa PON juga terdapat motif Totem (mata leluhur) dari Yali Lapago sebagai simbol pengawasan leluhur.
Sumber: Indonesia.go.id