Duka adalah wajah lain dari cinta; tidak mungkin kita berduka tanpa cinta.
Manusia tidak suka rasa sakit. Maka, manusia akan berusaha melakukan apa pun untuk meredakan rasa sakit. Duka adalah salah satu rasa sakit itu. Duka merupakan emosi sedih yang termasuk ke dalam lima emosi dasar manusia di samping senang, marah, takut, dan jijik. Emosi-emosi tersebut adalah naluri alamiah yang dimiliki manusia tanpa perlu dipelajari.
Apabila sedih adalah sebuah emosi, maka menangis adalah sebuah perilaku yang muncul mendampingi emosi tersebut. Sama seperti senyum dan tawa yang mendampingi rasa senang, maka perilaku menangis itu pun sesuatu yang alami (hal. 23).
Buku ini ditulis Andreas setelah mengalami kehilangan dua sosok yang sangat berarti bagi hidupnya, yakni sang ayah dan putranya. Psikiater lulusan Universitas Indonesia yang di media sosialnya terkenal sebagai psikiater yang senang bercanda ini, menganalogikan upaya menjalani duka dengan aktivitas mencuci piring. Mengapa mencuci piring? Sebab, tidak ada orang yang mau mencuci piring, namun pada akhirnya harus ada seseorang yang perlu melakukannya.
Melalui buku ini sang penulis mengisahkan peristiwa duka yang dialaminya, yakni kehilangan sang anak bernama Hiro yang meninggal dunia pada usia satu setengah tahun. Hiro menderita sindrom Moebius atau wajah topeng. Seorang dengan sindrom Moebius tidak bisa menunjukkan ekspresi wajah karena saraf fasialis yang berperan dalam memunculkan ekspresi wajah tidak berkembang sempurna. Selain itu, Hiro juga mengalami masalah saraf hipoglosus yang memiliki fungsi gerakan lidah, mulut, dan menelan. Gangguan dalam saraf ini membuat menelan jadi sulit dan risiko tersedak meningkat tinggi (hal. 85).
Setelah aneka pengobatan, perawatan, terapi, dan upaya medis lainnya dilakukan, Andreas dan istri sampai pada kondisi harus menerima kenyataan bahwa Hiro tidak bisa ditolong lagi. Bayi itu mengalami koma beberapa hari. Keputusan pahit pun diambil, yaitu DNR. DNR (Do not resuscitate) adalah suatu bentuk kesepakatan antara pihak rumah sakit dan keluarga pasien, yang menyatakan keputusan untuk tidak melakukan resusitasi, yakni pertolongan bantuan hidup dasar. Artinya, ketika seseorang mengalami henti napas dan henti jantung, maka kita tidak lagi memberikan napas buatan, masker oksigen, kompresi dada, atau bantuan obat. Kita membiarkan kondisi alami terjadi. Biasanya tenaga medis menawarkan DNR sebagai pilihan terakhir.
Bayangkan, hati orang tua mana yang tak akan remuk redam! Namun, ketika tindakan DNR diambil, Andreas pun mempraktikkan apa yang disebut mindfulness, yang berarti sadar penuh, hadir utuh. Maksudnya adalah kita sadar penuh tentang dunia internal dan eksternal, merasakan semua sensasi di dalam diri dan di luar diri kita. Hadir utuh berarti seutuhnya ada di sini, kini. Tidak di masa lalu dengan semua penyesalannya dan tidak di masa depan dengan segala ketidakpastiannya (hal. 104).
Hiro meninggal tanggal 10 Desember 2021 pukul delapan pagi. Andreas ‘menemani’ kepergian Hiro bersama istrinya sejak pukul satu dini hari di ruang rawat intensif. Andreas memantau denyut jantung Hiro menit demi menit di layar monitor sambil mengajak berbincang mengungkapkan perasaan cintanya kepada sang anak, ungkapan terima kasih atas kehadirannya memberikan ujian dan pelajaran berharga, serta keikhlasan melepaskan kepergian buah hati yang telah berjuang hidup sejak lahir.
Tentu saja Andreas berduka dan terpuruk. Tidak sedih, tidak menangis, hanya berduka (hal. 59). Namun, sebagai seorang praktisi yang telah mempunyai berbagai ilmu pengetahuan di bidang psikologi dan pengalaman memberi pelayanan kepada para pasien yang mengalami permasalahan jiwa akibat peristiwa duka cita. Maka, Andreas pun harus bangkit dan mencari solusi.
Andreas memilih menyembuhkan duka diri dengan mencuci piring. Solusi praktik ini seolah-olah bermuatan humor. Akan tetapi langkah ini sungguh-sungguh. Andreas menjabarkan metodenya dalam bab-bab “Tutorial Mencuci Piring”, “Tutorial Menyusun Puzzle”, dan “Tutorial Menerima Kematian Seorang Anak”. Jika dilihat judul bab, kesannya begitu mudah. Hidup Terus Berlanjut, Katanya.
Keterangan Buku:
Judul : Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring
Penulis : dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan 8 : Agustus 2024
Tebal : 191 halaman