PADANG, KLIKPOSITIF — Polda Sumatera Barat menyampaikan permohonan maaf terkait insiden yang terjadi antara petugas dengan wartawan yang melakukan peliputan saat pengamanan unjuk rasa selama enam hari dikantor Gubernur dan saat pemulangan warga Air Bangis di Mesjid Raya Sumbar, Sabtu (5/8/2023).
Hal ini disampaikan Kabidhumas Polda Sumbar Kombes Pol Dwi Sulistyawan, saat menggelar kegiatan kemitraan dengan awak wartawan yang posko di Polda Sumbar, Senin (7/8/2023).
“Atas nama Kapolda Sumbar, kami menyampaikan permohonan maaf bila ada anggota yang melakukan kesalahan saat melakukan pengamanan tersebut,” katanya.
Dirinya berharap, kemitraan antara Polri dengan awak wartawan, khususnya Polda Sumbar dan Polres jajaran tetap terjaga dengan baik.
“Bagi rekan media yang mengalami insiden saat peliputan dan merasa dirugikan, sekali lagi permohonan maaf yang sebesar-besarnya,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah jurnalis yang sedang meliput di Masjid Raya Sumatera Barat pada Sabtu 5 Agustus 2023 mendapatkan kekerasan, intimidasi dan penghalangan oleh personel kepolisian.
Saat itu, sedang terjadi kerusuhan dalam proses pemulangan masyarakat Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat, yang bertahan di lokasi, setelah menggelar demonstrasi sejak 31 Juli hingga 4 Agustus 2023 di Kantor Gubernur Sumatera Barat.
Dari data yang didapatkan AJI Padang, sedikitnya 4 orang jurnalis yang menjadi korban. Jurnalis Tribunnews Nandito Putra, dipiting oleh polisi berpakaian bebas saat sedang merekam kondisi sambil live streaming untuk medianya. Ia sebelumnya juga dilarang mengambil gambar dan ponselnya juga berupaya direnggut.
Nandito menjelaskan, sekitar jam 15.30 WIB, dirinya sedang melakukan siaran langsung di Facebook Tribunpadang.com dan merekam situasi pemulangan warag Jorong Pigogah Pati Bubur di pelataran Masjid Raya Sumbar.
Mulanya kegiatan siaran langsung berjalan lancar tanpa ada gangguan. Setelah dua menit merekam kondisi warga, dirinya mengarahkan kamera ke arah aparat polisi yang sedang menarik-narik seorang perempuan.
“Saya mengikuti kerumunan itu hingga jarak lebih kurang tiga meter. Namun tiba-tiba saat saya merekam, tiba-tiba datang beberapa orang berpakaian preman dan menarik saya. handphone saya sempat diambil paksa. Lalu aparat tersebut menanyakan apa tujuan saya dan saya menjelaskan kalau saya sedang liputan,” katanya.