Sosialisasi dan Pemicuan Jamban Sehat Di Jorong Tanjung Haro Utara Nagari Sikabu-kabu Padang Panjang Kecamatan Luak

Oleh: Widia Putri

Iklan -Klikpositif Program Februari Hayati

KLIKPOSITIF — Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan bidang penyehatan lingkungan masih sangat besar. Dahulu pendekatan pembangunan sanitasi nasional masih berbasis pendekatan sektoral, yaitu dengan menyediakan subsidi perangkat keras (WC dan Septictank komunal).

Ternyata pendekatan itu belum mampu memberikan perubahan perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi. Saat ini pendekatannya dilakukan dengan sanitasi berbasis pemberdayaan masyarakat. Dengan pendekatan ini, diharapkan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik, serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat.

Pemicuan adalah salah satu cara mendorong perubahan perilaku hygiene dan sanitasi individu atau Masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku, dan kebiasaan individu atau Masyarakat.

Sasaran pemicuan adalah komunitas Masyarakat (RW/ dusun/ desa), bukan perorangan/ keluarga, yaitu:

  1. Semua keluarga yang belum melaksanakan stop buang air besar sembarangan
  2. Semua keluarga yang telah memiliki fasilitas jamban sehat tetapi belum memenuhi syarat kesehatan.

Beberapa pesan yang disampaikan kepada masyarakat:

  1. Buang air besar sembarangan akan mencemari lingkungan dan akan menjadi sumber penyakit
  2. Buang air besar dengan cara yang aman dan sehat berarti menjaga harkat dan martabat diri dan lingkungan
  3. Jangan jadikan kotoran yang dibuang sembarangan untuk penderitaan orang lain dan diri sendiri
  4. Cara hidup sehat dengan membiasakan keluarga buang air besar yang aman dan sehat berarti menjaga generasi untuk tetap sehat.

Oleh karena itu, pada bulan Desember 2023, Widia Putri, ST, yang menjabat sebagai PPK Air Minum Balai Prasarana Permukiman Wilayah Sumatera Barat dan merupakan mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Magister Teknik Lingkungan melakukan kunjungan untuk monitoring keberlanjutan kegiatan Pamsimas dan sekaligus sosialisasi dan pemicuan jamban sehat di Nagari Sikabu Kabu Padang Panjang Kab. Limapuluh Kota.

Dari kunjungan tersebut diperoleh informasi masih terdapat sebagian kecil warga yang belum menggunakan atau mengakses jamban sehat, dan apabila dikelompokkan, bisa dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:

Dari hasil diatas, kemudian didalami hal apa yang kemudian menjadi titik balik perubahan perilaku yang mereka lakukan, dari semula buang air besar sembarangan menjadi buang air besar di jamban sehat. Baik bagi warga yang belum mempunyai sarana di rumah maupun yang sudah punya sarana di rumah menyampaikan bahwa kegiatan pemicuan CLTS (Community Lead Total Sanitation) memicu mereka dan menjadi titik balik perubahan perilaku.

Kebiasaan yang selama ini mereka lakukan, sangat berbahaya, tidak hanya bagi dirinya sendiri, keluarga, tetapi juga bagi warga Masyarakat lain sekaligus lingkungannya. Tinja atau kotoran yang dihasilkan dari kebiasaan buang air besar sembarangan ini sangat berdampak buruk bagi kesehatan dan bisa mencemari lingkungan.

 

Buang air besar di tempat terbuka pastinya harus membuka aurat dan berpeluang dilihat orang dan bisa mengundang syahwat orang lain yang tentu saja membuat berdosa. Beberapa hal tersebut masuk dalam aspek atau elemen takut dosa.

Aspek yang bisa mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat adalah keamanan dan privasi. Mereka seharusnya kuatir dan takut apabila pada saat melakukan aktifitas buang air besar diintip orang lain, bahkan ada ancaman hewan liar, binatang buas, ular, serangga beracun dan lain sebagainya, terutama apabila aktifitas ini dilakukan pada malam hari. Aspek lainnya yang mempengaruhi adalah mereka dapat berfikir apabila ada anggota keluarganya yang sedang sakit atau mempunyai orang tua yang susah berjalan dan harus buang air besar, tentu akan beresiko apabila melakukan aktifitas di tempat-tempat yang disebutkan diatas (elemen kenyamanan).

Aspek lainnya adalah gengsi atau harga diri, karena anak-anak gadis mereka ada yang sedang beranjak remaja dan kuatir, malu apabila harus buang air besar di sembarang tempat. Mereka juga punya kekhawatiran bahwa perilaku buang air besar sembarangan ini berdampak terhadap kesehatan mereka dan orang lain, karena mereka menjadi tahu, bahwa tinja atau kotoran manusia banyak mengandung zat berbahaya (virus, bakteri, parasite dsbnya) yang bisa menyebabkan penyakit sekaligus melalui media lain bisa menularkan kepada orang lain. Hal-hal diatas merupakan elemen pemicuan yang berhasil memicu dan menjadi titik balik perubahan perilaku di masyarakat.

Pertanyaan berikutnya, bagaimana dengan tantangan keterbatasan kemampuan keuangan seperti yang dibahas di awal? Bahwa ternyata, tangga sanitasi, pilihan sarana jamban sehat, bertingkat, bisa dimulai dari yang minim biaya tetapi sehat. Tetapi bagi mereka yang masih mempunyai kemampuan dan ingin membangun sarana jamban sehat yang permanen, lebih bagus secara kualitas, mereka bisa mendapatkan fasilitasi kredit untuk membangun jamban sehat dari Lembaga keuangan, BPR, koperasi, wirausaha sanitasi dsbnya yang memang sudah banyak menawarkan fasilitasi kepada warga masyarakat yang belum punya sarana atau butuh peningkatan kualitas sarana.

Wali jorong tanjung haro utara mengucapkan terima kasih kepada Widia Putri yang sudah melakukan sosialisasi dan pemicuan jamban sehat kepada warganya. Semoga warga secepatnya untuk segera membangun jamban sehat di rumahnya masing-masing dan berharap dengan sosialisasi ini kesadaran masyarakat akan perlunya jamban sehat semakin tinggi di tengah-tengah masyarakat, sehingga jorong yang sehat dan bersih dapat terwujud di Nagari ini.

 

Pada saat melakukan pemicuan di Jorong Tanjung Haro Utara Nagari Sikabu Kabu Padang Panjang, Widia Putri mengatakan pola penyesuaian perubahan perilaku ini bisa dilakukan dengan cara “dipaksa” dalam artian bahwa  warga Masyarakat yang masih egois untuk melakukan aktifitas buang air besar sembarangan harus dipaksa berubah, mereka harus ‘dipaksa” memikirkan orang lain dan lingkungan, tidak boleh egois , karena apa yang mereka lakukan berdampak buruk bagi orang lain, lingkungan termasuk buat dirinya sendiri dan lingkungannya.

Menurut Widia Putri, melalui pemicuan, warga diajak berfikir, menganalisa perilaku, kondisi lingkungan sekaligus mengambil Keputusan atas opsi-opsi. Akses atau menggunakan sarana, merupakan gabungan perubahan perilaku, kesadaran individu dan kontrol lingkungan sekaligus disukung ketersediaan sarana.

Pemicuan sebagai pendekatan yang digunakan dalam Upaya pemberdayaan Masyarakat, idealnya terus dilakukan untuk memastikan terjadinya perubahan perilaku di masayarakat untuk membangun sarana secara mandiri, beratnggungjawab terhadap perilakunya, demi dirinya sendiri dan demi orang lain sekaligus lingkungannya.

Tidak bisa semuanya bergantung kepada pemerintah, karena ada hal yang menjadi tanggung jawab masing-masing orang, rumah tangga secara privat, termasuk jamban sehat keluarga, dan ada juga hal yang menjadi tanggung jawab pemerintah secara public (bangun sarana air minum komunal, jalan, jembatan, bangunan Gedung, sekolah, dsbnya.

Exit mobile version