Sebelum Berangkat ke Mesir, Calon Mahasiswa Baru Asal Indonesia Akan Dilatih Penguasaan Bahasa Arab

Diusulkan program pendalaman bahasa Arab di Al-Azhar dipindahkan ke Indonesia.

Peresmian Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab (PUSIBA) Al Azhar di Indonesia, di Universitas Islam Assyafiiyyah, Jatiwaringin, Bekasi.

Peresmian Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab (PUSIBA) Al Azhar di Indonesia, di Universitas Islam Assyafiiyyah, Jatiwaringin, Bekasi. (sandy/kemenag.go.id)

Klikpositif Supernova Honda (3000 x 1000 piksel)

KLIKPOSITIF – Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab atau PUSIBA adalah mitra Kementerian Agama dalam mempersiapkan calon mahasiswa baru Al-Azhar. PUSIBA di Indonesia merupakan satu-satunya cabang Al-Azhar yang ada di luar Mesir dan keberadaannya diakui oleh Universitas Islam tertua di dunia tersebut.

Sebagai cabang, PUSIBA diberi kewenangan untuk mempersiapkan calon mahasiswa baru Al-Azhar di Indonesia, utamanya terkait dengan penyiapan kemampuan bahasa. “Pembukaan PUSIBA sebagai cabang resmi Pusat Bahasa Al-Azhar di Indonesia atas inisiatif Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (LHS), pada Juni 2016,” terang Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran (LPMQ) Kemenag yang juga Sekjen OIAA cabang Indonesia, Muchlis M Hanafi di Jakarta, Selasa (02/02).

“Atas arahan menteri agama saat itu, Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) cabang Indonesia menindaklanjutinya hingga dilakukan penandatanganan kerja sama atau MoU dengan Al-Azhar pada Desember 2018,” ujarnya yang dikutip dari laman Kemenag.

Menurut Muchlis, PUSIBA cabang Indonesia diresmikan pada Juni 2019 bersamaan dibukanya pembinaan calon mahasiswa baru untuk angkatan pertama. Saat itu, peresmian dilakukan oleh Menag LHS, Deputi Grand Syeikh Al-Azhar, Wakil Rektor al-Azhar, dan Pembina OIAA cabang Indonesia M Quraish Shihab.

Muchlis menjelaskan, berdirinya PUSIBA tidak terlepas dari usulan Menag LHS saat berkunjung ke Mesir dan bertemu dengan Grand Sheikh Al-Azhar Ahmed Al-Thayeb. Dalam pertemuan yang berlangsung pada 25 Juli 2016 itu, LHS mengusulkan agar program pendalaman bahasa Arab di Al-Azhar dipindahkan ke Indonesia.

LHS, kata Muchlis, saat itu mengatakan bahwa pihaknya sering mendengar keluhan dan masukan dari banyak pihak, antara lain terkait kemampuan berbahasa Arab calon mahasiswa Al-Azhar asal Indonesia. Akibatnya, ada sejumlah mahasiswa yang tidak bisa langsung masuk kuliah karena harus mengikuti matrikulasi bahasa. LHS melihat, masa tunggu kuliah selama satu tahun di negeri orang, rawan memunculkan persoalan ekonomi, sosial, keamanan, keimigrasian, dan lainnya. Untuk itu, diusulkan agar pendidikan dan pelatihan bahasa Arab bagi calon mahasiswa baru asal Indonesia dilakukan di Indonesia, sebelum keberangkatan ke Mesir.

Grand Syeikh Al-Azhar menyambut baik dan mendukung usul tersebut. Gayung bersambut, Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Al-Azhar yang saat itu dipimpin, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, menindaklanjutinya. Saat ini, di bawah kepemimpinan TGB. M. Zainul Majdi, Pusat Bahasa Al-Azhar Cabang Indonesia, sudah bisa dimulai.

Untuk memperkuat kemitraan, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kemenag menandatangani kerja sama dengan OIAA cabang Indonesia yang membawahi PUSIBA cabang Indonesia. Penandatanganan kerja sama ini terkait dengan seleksi, pendaftaran, pelatihan bahasa, pemberangkatan, dan pembinaan calon mahasiswa Indonesia di Universitas Al-Azhar, Kairo.

“Kerja sama ini ditandatangani oleh Direktur Diktis M Arskal Salim dan saya selaku Sekjen OIAA pada 31 Januari 2020. Jadi perjanjian ini sudah berlangsung selama setahun,” ujar Muchlis.

Ruang lingkup kerja sama ini, lanjut Muchlis, secara garis besar mencakup dua hal. Pertama, penyiapan calon mahasiswa Indonesia yang akan belajar ke Universitas Al-Azhar, mulai dari proses seleksi, pelatihan bahasa, pemberkasan, pendaftaran, hingga pemberangkatan dan penempatan di Kairo, hingga pembinaan selama menjalani pendidikan di Mesir.

Kedua, pembinaan mahasiswa Indonesia di Mesir dalam aspek pengembangan kemampuan akademik-keilmuan, keterampilan dan keahlian, serta spirit pengabdian kepada bangsa dan negara.

“Sejak tahun lalu, Kemenag dan PUSIBA menjalin kemitraan dalam mempersiapkan calon mahasiswa dengan didukung oleh beberapa pusat bahasa UIN. Namun, sehubungan pandemi Covid-19, Kemenag memutuskan tidak menyelenggarakan seleksi,” tutur Muchlis.

“PUSIBA, sesuai kewenangannya membuka kelas persiapan bahasa selama enam bulan, Juni hingga November 2020,” tutupnya.

Exit mobile version