Satgas Covid Pessel Akui Rustam Miliki Komorbid Alergi Saat Divaksin, Ini Penjelasannya

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat mengakui, Rustam (53) warga yang mengalami kejadian penyakit luar biasa pasca vaksin memiliki komorbid alergi

Kondisi Rustam warga yang mengalami kejadian penyakit kulit luar biasa pasca vaksin

Kondisi Rustam warga yang mengalami kejadian penyakit kulit luar biasa pasca vaksin (Kiki Julnasri/Klikpositif.com)

Klikpositif Supernova Honda (3000 x 1000 piksel)

PESSEL, KLIKPOSITIF– Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat mengakui, Rustam (53) warga yang mengalami kejadian penyakit luar biasa pasca vaksin memiliki komorbid (penyakit penyerta) alergi.

Sekretaris Satgas Covid-19 Pessel, Dailipal mengatakan, hal itu berdasarkan hasil diagnosa pihak rumah sakit. Selain alergi, hasil diagnosa rumah sakit, pasien juga memiliki gula tinggi.

“Gulanya di atas 400,” ungkapnya kepada KLIKPOSITIF di Painan, Senin 27 Desember 2021.

Seperti diketahui, Rustam (53) warga Nagari Taratak, Kecamatan Sutera-Pessel mengalami kulit mengelupas usai menjalani vaksinasi. Ia mengalami kondisi itu malamnya, setelah divaksin siangnya pada 8 November 2021.

Selain mengalami gatal-gatal pada kulitnya. Rustam juga mengalami nyeri panas di dadanya, hingga kini kondisi nya masih belum pulih dan dirawat di RSUD M. Zein Painan pada bagian penyakit dalam.

Menurut Dailipal, terkait hasil uji klinis, Rustam masih menunggu penelitian pihak rumah sakit. Kendati demikian, kondisi Rustam diklaim sudah membaik.

“Belum sampai sana informasinya, cuma yang jelas dari pertama kita terima, pasien ini jauh membaik,” terangnya.

Terkait penanganan Rustam, Dailipal mengatakan, saat ini Pemkab sudah menanggung biaya pengobatannya. Namun untuk biaya lainnya diluar pengobatan, Dailipal mengaku, Pemkab masih menunggu hasil uji klinis.

Karena menurutnya, untuk tanggungan biaya lainnya diluar pengobatan, Pemkab mesti melihat hasil uji klinis. “Karena kepastian belum ada,” terangnya.

Exit mobile version