Salut, Hanya Bermodal HP Siswa Madrasah Ini Terbitkan Empat Novel

Selama pandemi ini, siswa bernama Nurul Aini berhasil menerbitkan empat novel. Bahkan, keempat karya itu ditulis hanya dengan smartphone yang dibelikan ayahnya untuk menunjang PJJ.

Nurul Aini, siswa MA Mathlaul Anwar Pandeglang produktif menulis novel

Nurul Aini, siswa MA Mathlaul Anwar Pandeglang produktif menulis novel (kemenag.go.id)

Klikpositif Supernova Honda (3000 x 1000 piksel)

KLIKPOSITIF – Ada banyak cara untuk menjadi produktif di saat pandemi. Salah satunya yang dilakukan oleh siswa Madrasah Aliyah (MA) Mathlaul Anwar Pasir Durung, Bungur Copong, Picung, Pandeglang.

Waktu luang selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) dia manfaatkan untuk menulis. Selama pandemi ini, siswa bernama Nurul Aini berhasil menerbitkan empat novel. Bahkan, keempat karya itu ditulis hanya dengan smartphone yang dibelikan ayahnya untuk menunjang PJJ.

Siswi yang memiliki nama pena Aini Rahmat itu mengaku mulai serius menulis sejak tahun 2020, seiring adanya kebijakan pembelajaran daring. “Mulai suka nulis itu tahun 2019. Dari situ belajar dasar-dasarnya. Cuman mulai bener-bener serius nulis itu tahun 2020. Karena kan waktu luangnya banyak, kan pas ada daring. Kadang ngisi waktu luang pas selesai ulangan itu nulis-nulis,” katanya kepada Humas, di Pandeglang, Senin (27/9/2021).

Keempat novel yang sudah terbit berjudul: 1) Sejarah Cinta; 2) Dokter, Cita-cita, Cinta, dan Rahasia; 3) Sesat; dan 4) Bulan Berandal. Aini mengaku saat ini tengah menggarap tiga novel lainnya yang sudah hampir selesai.

“Ada tiga novel lagi yang sedang digarap.Yaitu, A Women, Nostalgia SMA Tahun 1990, dan Tragedi Gunung Karang,” tuturnya.

Menulis dengan smart phone, menurut Aini, cukup menyulitkan. Namun, itu tidak menyurutkan semangat karena hanya itu sarana yang dimilikinya. “Kesusahan tulisannya itu kecil, kurang leluasa kalau ngetik. Kadang pusing juga karena terlalu dekat sama mata. Susah mau koreksinya juga,” imbuhnya.

Dalam kondisi pandemi, Aini juga merasa kesulitan dalam memasarkan produknya. Apalagi, harga buku relatif tidak murah. Tapi Aini tidak menyerah. Dia berharap, hasil menulis ini bisa ditabung untuk membeli laptop sehingga bisa lebih leluasa dan lebih produktif lagi dalam menumpahkan ide dan imajinasinya.

“Pengen jadi lebih baik lagi, lalu ada fasilitas lebih baik lagi untuk bikin novel, seperti leptop, kacamata ultraviolet dan tempat nyaman untuk nulis. Selama ini nulis tergantung di mana aja yang nyaman, banyaknya di ruang keluarga. Gak di kamar karena gak punya kamar sendiri,” pungkasnya.

Exit mobile version