PESSEL, KLIKPOSITIF- “Makin banyak membaca makin banyak tahu dan merasa makin bodoh.” Begitulah ungkapan Rusma Yul Anwar ketika menggambarkan bahwa kekayaan pengetahuan yang diperoleh dari membaca buku justru membuatnya memahami bahwa banyak hal yang belum ia ketahui. Hal itu membuatnya merasa masih bodoh dan ingin terus belajar untuk menambah pengetahuan.
Pada suatu sore belum lama ini di Kinol Bistro, kafe di kawasan Pondok, Padang, Rusma bercerita banyak hal tentang kisah hidupnya, salah satunya tentang hobinya membaca buku. Bupati Pesisir Selatan (Pessel) 2021-2024 yang sedang cuti kampanye pilkada itu mengatakan bahwa ia hobi membaca buku sejak bisa membaca, yaitu ketika duduk di bangku sekolah dasar di Painan. Kesukaannya membaca tidak muncul begitu saja, tetapi karena pengaruh lingkungan.
“Saya suka membaca karena orang tua saya suka membaca, terutama ayah. Ayah saya pegawai Dinas Penerangan di Pemkab Pessel. Beliau pensiun pada 1993. Di rumah kami memang banyak buku karena ayah suka membeli buku. Saya membaca buku-buku koleksi ayah,” ujar Bupati Pessel itu.
Rusma bercerita bahwa ketika SMA, ia sudah tamat membaca buku-buku legendaris, seperti “Di Bawah Bendera Revolusi” karya Sukarno, “Madilog” dan “Dari Penjara ke Penjara” karya Tan Malaka, “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck” karya Hamka, dan Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Ia membaca buku bertema apa saja, seperti sastra, agama, filsafat, sejarah, sosial, dan ilmu pengetahuan. Selain membaca buku, ia membaca koran, majalah, dan sebagainya.
“Saat SMA sudah membaca majalah Voice of America. Ketika kuliah di IKIP Padang (kini Universitas Negeri Padang), saya harus membawa pulang koran Kompas dan Merdeka jika pulang ke Painan. Kalau tidak membawa kedua koran itu, saya dimarahi ayah. Ayah sendiri sudah berlangganan majalah Intisari,” tutur Wakil Bupati Pessel 2016-2021 itu.
Karena sering membaca Voice of America, Rusma bercita-cita menjadi diplomat. Ia ingin bekerja di luar negeri dan berhubungan dengan orang-orang dari berbagai bangsa.
Karena itu, Rusma ingin kuliah di Jurusan Hubungan Internasional setelah tamat SMA pada 1982. Akan tetapi, di Sumatera Barat waktu itu belum ada perguruan tinggi yang memiliki jurusan tersebut.
“Dulu cita-cita saya bukan jadi guru. Cita-cita awal saya jadi diplomat. Karena itu, saya ingin kuliah di Jurusan Hubungan Internasional. Kampus yang ada jurusan itu hanya ada di Pulau Jawa. Karena kampus itu jauh, ayah tak mengizinkan saya untuk kuliah di Jawa,” ucap Kepala Dinas Pendidikan Pessel 2011-2015 itu.
Akhirnya, Rusma mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru (sipenmaru) di IKIP Padang. Ia bercerita bahwa waktu itu ia angkatan pertama di Indonesia yang mengikuti ujian sipenmaru memakai sistem komputer. Ujian sipenmaru yang menggunakan sistem komputer ketika itu hanya ada di IKIP Padang dan IKIP Yogyakarta.
“Saya coba-coba ikut sipenmaru di IKIP Padang dengan Jurusan PMP (Pendidikan Moral Pancasila). Ternyata lulus. Dulu kuliah di IKIP pasti jadi guru,” ujarnya.
*Pentingnya membaca buku*
Menurut Rusma, membaca sangat penting untuk mengembangkan kemampuan otak. Ia mengatakan bahwa kemampuan otak manusia tidak terbatas karena makin diasah, kemampuan tersebut makin luas. Cara mengasahnya ialah dengan membaca.
“Membaca adalah bagian penting dari pendidikan. Makanya dalam kampanye saya, saya sampaikan bahwa pendidikan itu perlu karena pendidikan mampu mengubah dunia. Saya berpesan kepada anak-anak muda hari ini untuk memperluas kemampuan berpikir dengan membaca,” tuturnya.
Rusma mengaku masih hobi membaca buku hingga kini. Menurutnya, belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan sepanjang hayat. Karena itu, ia menyempatkan diri membaca buku di sela-sela padatnya kegiatan dan tugas yang harus dikerjakan sebagai bupati.
Rusma menyadari bahwa maju atau mundurnya sebuah daerah pada masa depan bergantung pada kualitas sumber daya manusia (SDM) generasi muda suatu daerah tersebut hari ini karena mereka yang akan memimpin Pessel pada masa depan. Menurutnya, salah satu cara meningkatkan kualitas SDM ialah dengan membaca buku.
Karena menyadari pentingnya buku dan hobi membaca bagi masa depan sebuah daerah, Rusma selama menjadi bupati rutin melakukan pengadaan buku melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pessel untuk menambah koleksi buku perpustakaan daerah setempat. Ia berpendapat bahwa makin banyak buku, makin banyak pilihan buku untuk dibaca. Ia melakukan hal itu untuk mendorong anak-anak muda Pessel untuk gemar membaca.
“Di rumah saya ada ratusan buku. Saya dan ayah dulu suka membeli buku. Buku-buku itu akan saya sumbangkan untuk perpustakaan daerah Pessel agar bermanfaat untuk banyak orang. Rencananya akhir tahun ini buku-buku itu akan saya sumbangkan,” katanya.
Sebagai bupati, Rusma memang fokus pada pembangunan SDM melalui pendidikan di Pessel. Ketika memutuskan untuk terjun ke dunia politik dengan ikut Pilkada Pessel 2015, ia berniat menjadi kepala daerah untuk memperbaiki keadaan Pessel, terutama persoalan pendidikan dan kemiskinan. Menurutnya, tanpa pendidikan, sebuah daerah sulit untuk maju.
“Hasil investasi bidang pendidikan memang tidak bisa dapat dilihat langsung seperti investasi pembangunan infrastruktur fisik. Hasilnya baru terlihat pada masa depan. Hasil politik etis Hindia Belanda, dengan menyekolahkan para pendiri bangsa, seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir, baru terlihat puluhan tahun sesudah mereka bersekolah, yaitu memerdekakan Indonesia,” tuturnya.