Riset Guru Besar Unand Prof Afrizal: Tempuyung dan Kajibeling Cegah Penuaan Dini dan Asam Urat

Hayati Motor Padang

PADANG, KLIKPOSITIF- Berdasarkan hasil penelitian Prof. Dr. Afrizal, MS ekstrak daun tempuyung dan kejibeling dapat mencegah penuaan dini (anti aging) dan asam urat.

Tidak hanya itu, kedua ekstrak tumbuhan ini juga mempunyai sifat sebagai antioksidan, baik terhadap radikal DPPH, B-carotene-linoleate maupun xanthine oxidase. Secara umum, yang paling kuat sifat antioksidannya adalah ekstrak metanol.

Ekstrak kedua daun ini dapat menghambat pertumbuhan kristal kalsium oksalat, ekstrak yang paling kuat menghambat adalah ekstrak air. Aktivitas antioksidan yang paling kuat dari ekstrak ini adalah terhadap xanthine oxidase.

“Dengan demikian, kedua tumbuhan ini berpotensi sebagai obat atau pencegah penyakit yang berhubungan dengan pembentukan batu ginjal atau penyakit saluran kemih (dengan kata lain memperlancar laju pembuangan urine),” ungkap Prof Afrizal saat orasi ilmiahnya yang berjudul “Potensi Tempuyung dan Kajibeling sebagai tumbuhan obat” di Convention hall Unand, Sabtu 26 Oktober 2024.

Selain itu, kedua tumbuhan ini juga bisa mengobati atau mencegah penyakit tumor dan kanker, diabetes dan juga pada proses penuaan, serta asam urat (dengan merebus beberapa lembar tumbuhan ini, lalu diminum).

Hasil penelitian “Potensi Tumbuhan Lokal Sumbar untuk Pencarian Bahan Baku Obat Bahan Alam” di orasi ilmiah Prof. Dr. Mai Efdi, M.Si menyebutkan flora Sumbar memiliki potensi besar untuk penemuan obat yang berakar pada pengetahuan tradisional dan penyelidikan ilmiah.

Misalnya, pandanus amaryllifolius (pandan) memiliki sifat anti inflamasi dan antimikroba dan curcuma longa (kunyit) kandungan kurkumin berpotensi untuk mencegah dan mengobati kanker.

“Namun perjalanan dari tumbuhan ke farmasi penuh tantangan. Seperti pengrusakan habitat, perubahan iklim dan praktik pemanenan yang tidak berkelanjutan mengancam kelangsungan hidup banyak tumbuhan obat,” kata Prof Mai Efdi.

Untuk mengatasi tantangan ini, upaya konservasi dan praktik pemanenan berkelanjutan sangat penting. Inisiatif kolaborasi antara masyarakat lokal, ilmuwan dan pembuat kebijakan dapat membantu melestarikan keanekaragaman hayati di Sumbar sekaligus menumbuhkan lingkungan yang kondusif untuk penemuan obat.

Diketahui, Unand kembali mengukuhkan enam Guru Besar Tetap yang berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Fakultas Ilmu Budaya (FIB).

Enam guru besar yang dikukuhkan yaitu Prof. Dr. Phil. Gusti Asnan (Sebagai Profesor dalam Bidang Ilmu Sejarah Maritim pada Fakultas Ilmu Budaya), Prof. Dr. Dahyunir Dahlan, S.Si., M.Si. (sebagai Profesor dalam Bidang Ilmu Fisika pada Fakultas MIPA), Prof. Dr. Dra. Rahmayeni, M.Si. (sebagai Profesor dalam Bidang Ilmu Kimia Anorganik pada Fakultas MIPA), Prof. Dr. Zulhadjri, S.Si., M.Eng. (sebagai Profesor dalam Bidang Ilmu Kimia Anorganik pada Fakultas MIPA), Prof. Dr. Mai Efdi, M.Si. (sebagai Profesor dalam Bidang Ilmu Kimia Organik Bahan Alam pada Fakultas MIPA), dan Prof. Dr. Afrizal, M.S. (sebagai Profesor dalam Bidang Ilmu Kimia Organik pada Fakultas MIPA).

“Pengukuhan ini memberikan makna bahwa guru besar sudah berkecimpung di bidangnya selama bertahun-tahun, kita mendapatkan informasi tentang laut dan imajinasi orang minangkabau melalui Prof. Dr. Gusti, memahami tingkatan lapisan tipis atau thin film melalui Prof. Dr. Dahyunir, memahami semikonduktor magnetik lewat Prof. Dr. Dra. Rahmayeni, mendengarkan material cerdas berbasis keramik Feroelektrik melalui Prof. Dr. Zuhdadjri, dan memahami potensi bahan alam sebagai obat melalui Prof. Dr. Mai Efdi dan Prof. Dr. Afrizal,” ucap Ketua Dewan Profesor Prof. apt. Marlina, Ph. D.

Rektor Universitas Andalas Efa Yonnedi, Ph. D mengatakan guru besar merupakan pemimpin intelektual dalam reputasi universitas, guru besar bukan hanya sebagai pendidik, tapi sebagai seorang agen dan inovator masa depan.

“Dalam era dunia yang berkembang pesat, peran guru besar sangat penting untuk menghadapi era global,” kata rektor.

Rektor juga menekankan pentingnya komersialisasi dari hasil riset, serta mendorong agar buku yang telah dicetak menjadi literatur Nasional yang bisa dijual belikan pada toko buku nasional.

Exit mobile version