Dalam beberapa bulan terakhir, kota Padang digemparkan oleh serangkaian peristiwa tawuran antar pelajar yang meresahkan masyarakat. Puncaknya adalah ketika seorang remaja harus kehilangan nyawanya akibat terlibat dalam salah satu tawuran tersebut. Tragedi ini bukan hanya menyisakan duka bagi keluarga yang ditinggalkan, tetapi juga memicu pertanyaan mendalam tentang peran pola asuh dan komunikasi antara orang tua dan anak dalam mencegah perilaku agresif di kalangan remaja.
Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua memainkan peran penting dalam membentuk kepribadian dan perilaku anak-anak. Terdapat beberapa tipe pola asuh yang umum ditemui, yaitu pola asuh otoriter, permisif, demokratis, dan tidak terlibat. Setiap pola asuh ini memiliki dampak yang berbeda terhadap perkembangan anak. Pola asuh otoriter cenderung mengandalkan kontrol yang ketat dan disiplin yang keras. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini sering kali menjadi patuh, namun bisa juga berkembang menjadi pemberontak karena merasa tertekan.
Di sisi lain, pola asuh permisif memberikan kebebasan yang berlebihan kepada anak-anak tanpa batasan yang jelas, yang dapat menyebabkan anak menjadi manja dan kurang disiplin. Pola asuh demokratis adalah yang paling ideal, di mana orang tua memberikan kebebasan namun tetap menetapkan batasan yang jelas. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini cenderung memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan kemampuan untuk mengambil keputusan yang baik. Sementara itu, pola asuh tidak terlibat, di mana orang tua kurang memberikan perhatian dan bimbingan, dapat menyebabkan anak merasa diabaikan dan mencari perhatian di luar rumah, termasuk melalui perilaku agresif seperti tawuran.
Di kota Padang, seperti di banyak tempat lainnya, pengaruh lingkungan sosial juga turut berperan dalam membentuk perilaku remaja. Ketika pola asuh di rumah tidak cukup kuat untuk membimbing anak-anak, mereka cenderung mencari pengaruh dari teman sebaya dan lingkungan sekitar, yang bisa jadi kurang positif. Kondisi sosial-ekonomi juga dapat menjadi faktor penyebab, di mana tekanan hidup dan kurangnya akses terhadap pendidikan berkualitas membuat anak-anak lebih rentan terhadap perilaku menyimpang.
Komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak adalah kunci untuk membangun hubungan yang sehat dan mencegah perilaku agresif. Sayangnya, banyak orang tua yang tidak menyadari pentingnya komunikasi yang baik dengan anak-anak mereka. Komunikasi yang buruk dapat menyebabkan anak merasa tidak dipahami dan kurang diperhatikan, yang pada akhirnya mendorong mereka mencari perhatian di luar rumah melalui cara-cara yang negatif. Komunikasi yang baik harus bersifat dua arah, di mana orang tua tidak hanya memberikan instruksi atau teguran, tetapi juga mendengarkan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh anak. Dengan demikian, anak merasa dihargai dan lebih terbuka untuk berbicara tentang masalah yang mereka hadapi. Orang tua juga perlu belajar untuk tidak menghakimi dan memberikan solusi yang konstruktif ketika anak menghadapi masalah.
Kejadian tawuran yang menelan korban jiwa seperti bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Peristiwa ini harus menjadi alarm bagi semua pihak, terutama orang tua, sekolah, dan pemerintah, untuk lebih serius dalam menangani masalah tawuran di kalangan remaja. Beberapa faktor yang mungkin berkontribusi dalam kejadian ini antara lain adalah kurangnya pengawasan dari orang tua, pengaruh negatif dari teman sebaya, dan kurangnya perhatian dari pihak sekolah. Dalam banyak kasus, remaja yang terlibat dalam tawuran sering kali merasa tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari keluarga mereka dan mencari pengakuan di luar rumah.
Mereka juga sering kali berada di lingkungan yang kurang mendukung, di mana teman-teman sebaya mendorong mereka untuk terlibat dalam tindakan kekerasan. Faktor sosial-ekonomi juga tidak bisa diabaikan. Banyak remaja yang tumbuh dalam kondisi ekonomi yang sulit merasa frustrasi dan kurang mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri. Hal ini bisa mendorong mereka untuk mencari pelampiasan melalui cara-cara yang tidak sehat seperti tawuran.
Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah anak-anak mereka terlibat dalam tawuran. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan lebih aktif mengawasi dan membimbing anak-anak mereka. Orang tua harus memastikan bahwa mereka selalu mengetahui di mana anak-anak mereka berada dan dengan siapa mereka bergaul. Selain itu, orang tua juga perlu memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak cenderung meniru apa yang mereka lihat dari orang tua mereka.
Oleh karena itu, orang tua harus menunjukkan sikap yang positif dan konstruktif dalam menghadapi masalah. Untuk mendekati anak remaja, orang tua harus menggunakan teknik komunikasi yang efektif. Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah dengan selalu terbuka dan jujur kepada anak-anak mereka. Orang tua harus memberikan ruang bagi anak-anak untuk berbicara tentang perasaan dan masalah mereka tanpa takut dihakimi. Selain itu, orang tua juga perlu belajar untuk mendengarkan dengan empati. Dengan mendengarkan dengan empati, orang tua bisa lebih memahami apa yang dirasakan oleh anak-anak mereka dan memberikan dukungan yang mereka butuhkan.
Andai orang tuanya menerapkan pola asuh yang lebih demokratis dan memiliki komunikasi yang lebih terbuka, mungkin anak mereka akan merasa lebih nyaman untuk berbicara tentang masalah yang dihadapinya. Hal ini bisa membantu mencegah pelaku ย terlibat dalam tawuran dan berujung pada tragedi yang menimpa dirinya. Kasus ini seharusnya menjadi pelajaran bagi semua orang tua untuk lebih memperhatikan cara mereka mendidik dan berkomunikasi dengan anak-anak mereka. Perubahan kecil dalam pendekatan pola asuh dan komunikasi bisa memberikan dampak besar dalam kehidupan anak-anak mereka.
Tragedi yang menimpa korban tawuran seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya pola asuh dan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak. Orang tua, sekolah, dan masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi perkembangan remaja. Dengan komunikasi yang baik dan pola asuh yang tepat, kita bisa mencegah anak-anak kita terjerumus ke dalam perilaku yang merugikan diri mereka sendiri dan orang lain. Harapan kita adalah agar tragedi tawuran tidak lagi terulang di masa depan. Mari kita bersama-sama berkomitmen untuk lebih peduli dan aktif dalam membimbing serta mengawasi anak-anak kita, demi masa depan yang lebih baik bagi mereka dan bagi kita semua.
Revi Marta
Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNAND