JAKARTA,KLIKPOSITIF – Pemeringkatan perguruan tinggi dunia mengalami pergeseran dari Eropa Barat dan Amerika ke Asia Timur, bahkan ke Amerika Latin termasuk Brasil dan Meksiko.
Meski pada World University Ranking 2024 dan 2025 perguruan tinggi di Indonesia masih tercecer peringkatnya, namun melihat trend pergeseran itu perguruan tinggi di Indonesia masih memiliki peluang untuk terus memperbaiki peringkatnya di level dunia.
Akan tetapi kemajuan dunia pendidikan tinggi di Indonesia tidak bisa ditempuh sendirian oleh kampus negeri. Kebijakan yang dibangun oleh pemerintah harus inklusif, pendidikan tinggi dibangun secara gotong royong.
Harapan dan optimisme itu disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di agenda Serah Terima Jabatan Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Saat ini jika melihat perankingan perguruan tinggi dunia, Universitas Indonesia menjadi yang paling tinggi peringkatnya dibandingkan perguruan tinggi yang lain. Sementara dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) masih berada di peringkat 1.200 an.
Namun demikian, peringkat PTM seperti UMY, Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) masih lebih baik jika dibandingkan dengan PTS lain asal Indonesia.
“Artinya Indonesia jangan merasa sudah cukup di level kebijakan Perguruan Tinggi Negeri. Itu perjalanan masih panjang,” katanya dikutip dari situs resmi Muhammadiyah, Kamis 2 Januari 2025.
Pemerintah tak cukup hanya membangun kebijakan untuk PTN, sebab jika dibandingkan dengan perguruan tinggi asal Malaysia dan Singapura, bahkan jika dibandingkan dengan Thailand, peringkat perguruan tinggi asal Indonesia masih kalah.
“Jangan pernah merasa Indonesia itu sudah maju di bidang pendidikan masih tertinggal kalau kita pakai komparasi perkembangan dunia dan ranking dunia, jadi istilahnya jangan merasa jadi jago kandang,” imbuhnya.
Oleh karena itu Haedar Nashir mengingatkan pemerintah supaya dalam membangun pendidikan tinggi lebih inklusif. Sebab dasar tata ketatanegaraan dan sistem ketatanegaraan Indonesia menurut Bung Karno adalah gotong royong.
(*)