AGAM, KLIKPOSITIF – Sore itu, Yunika Fernandes pemilik Rumah Songket Tenun Minang sedang bersiap-siap menyelesaikan beberapa pekerjaan yang harus di tuntaskan, saat kami sampai di rumah songketnya di Jalan Bukitinggi – Payakumbuh km 10 Koto Hilalang, Lambah, Kec. Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Saat memasuki rumah songketnya, mata kita langsung di sambut dengan alat tenun kayu besar yang di lengkapi dengan benang-benang yang siap di jadikan songket. Sedangkan di dinding rumah songket itu terpajang berbagai hasil kerajinan songket, mulai dari selendang, saluak (tutup kepala laki-laki), songket, Mukena, Salempang, Kain Sarung, dll.
“Ini beberapa hasil karya dan kerajinan kami yang dikerjakan bersama tim yang terdiri dari anak muda, ibu-ibu dan nenek-nenek atau tetua yang ada di kampung,” katanya beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan, usaha songket yang di jalankannya kebanyakan di lakukan oleh perempuan. “Hal ini dilakukan sebagai upaya pemberdayaan perempuan yang ada di lingkungan sekitar. Selain itu, pemberdayaan anak muda dalam menjalankan usaha songket ini menjadi strategi kami dalam mengenalkan songket kepada anak muda agar mereka tidak melupakannya,” jelasnya.
Selain menggaet anak muda dalam menjaga dan mengenalkan songket ini, ia juga melakukan beberapa inovasi motif yang di kembangkan sendiri, kemudian untuk SDM, ia menyiapkan SDM yang tak hanya bisa menenun, namun juga memberikan pengetahuan soal songket itu sendiri, khususnya tim yang muda. “Sedangkan untuk tetua saya fokuskan untuk menghasilkan songket terbaik dan menurunkan ilmunya kepada generasi berikutnya,โ jelasnya.
Ia mengatakan, dengan melibatkan anak muda dalam hal ini, tentunya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang berkunjung ke galerinya. โDi sini kita sediakan alat menenun yang dari kayu. Alat ini bisa dicoba oleh siapapun yang berkunjung ke sini,โ katanya.
Galeri Songketnya sendiri sudah banyak dikunjungi tamu dari berbagi kota dan negara tetangga, Malaysia. Ia memanfaatkan momen Kota Bukittinggi yang ramai dikunjungi wisatawan dengan edukasi terhadap songket.
Untuk saat ini, songket yang dihasilkan di galerinya di bandrol antara Rp10 ribu hingga Rp900 ribu. Selain itu, untuk pemasaran produk, ia juga melakukan beberapa inovasi, seperti memanfaatkan media sosial dan berbagai platform penjualan online dalam memasarkan produknya. Sedangkan untuk offline, ia bekerjasama dengan dinas terkait yang ada di daerahnya.
“Sehingga pasarnya tak hanya di Sumbar, namun juga di luar Sumbar hingga ke negara tetangga Malaysia. Saya berharap ini bisa terus besar dan nantinya bisa dikenal oleh banyak orang,” paparnya.
Alih Profesi
Yunika yang dulunya berprofesi sebagai seorang Apoteker berani keluar dari zona nyamannya untuk melestarikan songket tersebut.
โDulunya saya seorang Apoteker, namun karena tertarik dengan songket yang semakin hari semakin tidak begitu dipedulikan oleh anak muda, maka saya keluar dan mencoba melanjutkan usaha ini. Sebelumnya, ini merupakan usaha keluarga besar yang dijalankan bersama, namun saat ini saya fokus mengembangkannya agar tetap lestari,โ paparnya.
Perempuan yang akrab di sapa Ika ini dulunya hanya membantu keluarga dalam menyediakan bahan untuk songket, namun setelah fokus pada bidang ini, ia membuat beberapa gebrakan dan inovasi agar songket ini tetap dilirik orang.
Bantuan BRI
Diakui Yunika, sejauh ini pihaknya juga sudah terbantu dengan BRI melalui pelatihan dan jaringan yang diberikan. Pelatihan yang diberikan berupa manajemen dan pemasaran yang di bisa di terapkan dalam usaha ini.
“Selain itu, jaringan pemasaran dan mengikutsertakan dalam beberapa kegiatan sangat membantu dalam pemasaran produk. Semoga kedepannya bisa lebih baik dan tercapai apa yang sudah saya rencanakan,โ paparnya.
Sementara itu, Regional CEO BRI Padang, Moh.Harsono mengatakan, BRI terus memberikan dukungan kepada UMKM dalam mengembangkan usahanya, baik berupa modal usaha atau pelatihan lainnya.
“Dengan memberikan empowerment / pelatihan kepada UMKM dalam bentuk soft skill dan hard skill yang bersinergi bersama PNM, Rumah BUMN, scoring UMKM melalui link UMKM, pembentukan klaster usaha, pelatihan figur inspiratif lokal (FIL) dan Desa BRILIAN,” katanya melalui pesan singkat WhatsApp, Jumat, 22 Maret 2024.
BRI sendiri telah memberikan pinjaman KUR selama 2023 sebanyak 89.388 deb dengan penyaluran sebesar Rp. 4.06 T. “Nilai terendah yg diberikan kepada UMKM dgn plafond pinjaman Rp 1 juta dan nilai tertinggi dengan plafond pinjamam Rp 100 juta (KUR Mikro),” paparnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Sumbar, Endrizal mengatakan, pemerintah provinsi terus melakukan berbagi upaya dalam mendukung perkembangan UMKM di Sumbar.
“Banyak upaya-upaya yang telah kita lakukan dalam menaikkan level UMKM agar terus naik kelas, mulai dari pelatihan, mengelompokkan kelas UMKM, berkolaborasi dengan berbagai pihak yang ahli di bidangnya, memperkuat dengan modal usaha melalui kerjasama dengan stakeholder terkait dan membuka jaringan yang lebih luas bagi mereka dalam memasarkan produknya,” katanya saat di hubungi di Padang, 19 Maret 2024.
Ia mengklaim pemerintah daerah terus meningkatkan kelas UMKM agar bisa terus naik kelas dan memperbaiki ekonomi keluarga. “Sehingga tak hanya ekonomi keluarga, namun juga berefek kepada masyarakat sekitar dalam memberikan lapangan kerja,” terangnya.
Senada dengan itu, Guru Besar Ekonomi Pembangunan Universitas Andalas (Unand), Prof.Dr. Syafruddin Karimi, SE,MA mengatakan, ekosistem pembangunan UMKM adalah pondasi penting.
“Ekosistem itu akan membentuk sikap pelaku usaha yang positif terhadap kegiatan entreprenur. Selanjutnya akan mendorong tumbuhnya kegiatan entreprenur. Komponen ekosistemnya meliputi aspek kapasitas produktif dan peluang pasar,” jelasnya.
Penguasaan teknologi, modal manusia, modal usaha, dan digitalisasi harus mendukung sebagai bukti ekosistem yang kondusif buat pengembangan entreprenur sudah terpasang.
“Kita tentu tidak perlu lagi mendengarkan keluhan keluhan klasik dari UMKM: kesulitan modal dan susah mendapatkan kredit. Ini pada sisi produksi, butuh pemihakan kebijakan. Sebaliknya pada sisi pasar juga butuh pemihakan pemerintah sebagai market driver. Tentu sudah disiapkan peta pasar kita di mana saja UMKM telah mengisi pasar,” jelasnya.
Ia menilai, permodalan dari pinjaman bank memiliki dampak yang besar dalam memperkuat usaha UMKM, membantu mereka berkembang dan meningkatkan kontribusi mereka terhadap pertumbuhan ekonomi.
“Pinjaman modal memungkinkan UMKM untuk mengembangkan usaha mereka, meningkatkan produksi, dan memperluas jangkauan pasar. Melalui pinjaman modal, UMKM dapat meningkatkan pendapatan usaha mereka, yang pada gilirannya dapat menghasilkan lebih banyak sumber daya,” paparnya.
Pinjaman modal yang disalurkan dengan baik juga dapat membantu dalam pengembangan ekosistem bisnis yang lebih luas, termasuk kemitraan dan jaringan yang mendukung pertumbuhan UMKM secara keseluruhan.
Dampak ganda lainnya adalah peningkatan lapangan kerja karena pertumbuhan usaha yang didukung oleh pinjaman modal, membantu mengurangi tingkat pengangguran.
“Dengan demikian, pinjaman modal memiliki efek ganda yang signifikan bagi UMKM, tidak hanya dalam meningkatkan kinerja bisnis mereka tetapi juga dalam mendukung pertumbuhan ekonomi lokal secara keseluruhan,” tutupnya.