PADANG, KLIKPOSITIF – Mengubah cara berpikir yang telah melekat bertahun-tahun pada sebuah masyarakat bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan dan celaan saat akan melakukannya, terutama di kampung sendiri yang telah menganggap itu suatu kebiasaan, terlebih soal mata pencaharian untuk bertahan hidup.
Itulah yang dialami Ritno Kurniawan saat pulang dari tanah perantauan setelah menuntut ilmu di Yogyakarta. Ritno cukup prihatin dengan ketergantungan mata pencaharian masyarakat di wilayahnya dalam pembalakan liar di hutan di wilayah Nyarai, Lubuk Aluang, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Ritno Kurniawan pulang kampung bukan karena sulit mendapatkan pekerjaan. Ia justru menciptakan pekerjaan baru. Ia mengubah para pembalak liar menjadi pemandu wisata di Kawasan Ekowisata Nyarai, Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Ia kini memimpin 170 pemandu, 80 persennya mantan pembalak liar.
Kawasan ekowisata ini juga mulai ramai pengunjung. Sebulan, rata-rata ada 1.500-2.000 wisatawan berkunjung ke sana. Keberhasilan ini bermula dari keprihatinan Ritno saat pulang kampung, usai menamatkan pendidikannya di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, pada 2012 lalu.
Ia melihat Hutan Gamaran, Padang Pariaman, digunduli. Setiap hari tak kurang 15-20 balok kayu dihanyutkan di sungai. Tapi, semangatnya muncul setelah ia menyaksikan keindahan sejumlah air terjun di Hutan Gamaran, salah satunya Nyarai. Ia ingin membangun kawasan ekowisata.
Ritno memulainya dengan membentuk Pokdarwis (kelompok sadar wisata) LA Adventure (Lubuk Alung) pada Agustus 2013. Tak mudah mengawalinya. Ninik mamak mencurigai motif Ritno. Para pemuda dan pembalak takut kehilangan pendapatan. Pada akhirnya Ritno berhasil meyakinkan mereka. Dulunya, para pembalak mendapatkan Rp 150 ribu per minggu, kini sebagai pemandu wisata mereka bisa mendapatkan Rp 50-80 ribu per hari. Hutan aman, lingkungan terjaga, pendapatan dan ekonomi Lubuk Alung pun berkembang.