SOLOK, KLIKPOSITIF — Bambu tipis atau yang lebih dikenal dengan nama ‘Talang’ di Kabupaten Solok, selain bisa dimanfaatkan sebagai media masakan khas Minangkabau seperti Lamang, Bambu juga bisa diolah menjadi berbagai alat musik.
Ditangan Junaidi Rajo Biso (47) warga Jorong Batu Sangka Nagari Dilam Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok, Bambu tua bisa disulap menjadi berbagai alat musik khas minang Kabau seperti Saluang, Bansi dan Pupuik Sarunai.
Untuk bisa sampai di rumah Bapak tiga anak ini, perlu usaha lebih. Sebab Nagari Dilam terletak cukup jauh dari pusat Kabupaten Solok.
Butuh waktu lebih kurang 1,5 jam untuk bisa sampai di lokasi itu. Jalanan mengular dengan tanjakan tinggi menyambut kedatangan kita di Nagari Dilam yang persis di ujung Kecamatan Bukit Sundi tersebut.
Saat ditemui, Junaidi tampak tengah sibuk bekerja di teras rumahnya. Puluhan bambu yang baru dipotong berjejar di atas meja untuk disulap menjadi Saluang.
Membuat Saluang
Bermodalkan sebuah pisau skinner dan amplas, dengan telaten Junaidi mulai memotong bambu dengan rapi.
Di satu sisi bagian bambu yang lebih besar dibuat miring kearah dalam dan sisi ujung yang lebih kecil diameternya potong rata.
Usai dipotong, dengan menggunakan ujung pisau Junaidi mulai membuat lobang nada. Agar nadanya pas, lubang paling ujung berjarak satu kali diameter bambu.
Tak cukup sampai disitu, usai kelima lobangnya siap dibuat dengan pisau, lalu dibersihkan dengan kayu khusus yang juga terbuat dari bambu, seraya dibersihkan juga dengan amplas yang digulung dan dimasukkan dalam lobang.
Tiupan saluang yang baru dibuat junaidi sekitar 15 menit tersebut sungguh sangat merdu sekali, selain pandai membuat alat musik, lulusan ASKI atau ISI padang Panjang tahun tahun 1994 ini juga mahir memainkan berbagai alat musik, termasuk Saluang, Bansi hingga pupuik sarunai.
“Biasanya satu Saluang bisa siap sekitar lebih kurang 30 hingga 45 menit, tergantung dari motif ukirannya” katanya.
Usai disesuaikan nadanya, sebut Junaidi, saluang akan diamplas sehingga lebih mulus. Setelah itu barulah dilakukan pembuatan motif ukiran.
Uniknya, Junaidi tidak membuat motif dengan alat seperti solder melainkan menggunakan bara tempurung kelapa yang dibakar.
Motif yang dibuat beragam, mulai dari motif rumah gadang minang Kabau, Saik Wajik dan motif lainnya.
Karena sudah terbiasa, Junaidi tak perlu lagi membuat polanya terlebih dahulu namun langsung dibuat jadi.
Membuat Saluang Semenjak Tahun 90-an
Dalam rumah bagian depan yang dulunya bekas warung, berjejer rapi dalam etalase kaca puluhan Saluang, Bansi dan pupuik sarunai yang telah jadi.
Di sampingnya juga ada 2 buah talempong Bambu yang dibuat sendiri oleh Junaidi. Sungguh multi talenta.
Menurut Junaidi, ia sudah menekuni profesi pembuat alat musik tersebut sejak tahun 90’an silam. Awalnya ia belajar dari kakak kandungnya.
“Biasanya dalam satu hari saya bisa membuat sekitar 20 hingga 30 alat musik sehari,” bebernya.
Semua alat musik yang dihasilkan Junaidi dibandrol dengan harga 100 ribu rupiah baik saluang, Bansi hingga pupuik sarunai.
Ketekunan Junaidi menggeluti usahanya dalam mempromosikan musik seni tradisi minang kabau ini patut diacungi jempol. Bahkan ia juga pernah melanglang buana ke Negri Jiran.
Untuk bahan pembuat alat musiknya, Junaidi memperolehnya dari lingkungan sekitar. Kepandaiannya membuat alat musik tersebut dijadikannya sebagai mata pencaharian sampingan.
“Lumayanlah untuk tambahan uang, Kalau laku disyukuri. Kalau ndak ya nggak apa-apa,” jelas Junaidi.
Junaidi juga kerap mengisi berbagai acara atau kegiatan tradisi mulai dar pesta pernikahan, Alek Nagari dan lain sebagainya dengan bayaran seadanya.
Ia berharap ada perhatian dari pemerintah setempat untuk memajukan dan mengembangkan seni tradisi yang sudah ia kembangkan sejak puluhan tahun silam.
“Saya punya mimpi, Nagari Dilam bisa menjadi salah satu pusat wisata seni tradisi dan budaya di Kabupaten Solok,” tuturnya.