KLIKPOSITIF – Gempa yang mengguncang Sumatera Barat, Rabu 30 September 2009 pukul 17:15 menyisakan duka pilu bagi banyak orang. Khususnya warga Sumbar.
Guncangan lindu ini membuat banyak orang kehilangan, membuat banyak orang larut dalam duka.
Termasuk salah satunya Ismael, warga Nagari Lubuak Laweh, Kabupaten Padang Pariaman. Ia adalah salah satu korban yang selamat.
Ismael adalah salah satu korban yang selamat meskipun sekujur tubuh tertimbun longsor dan kampungnya hilang ditelan bumi.
Kondisi itu membuatnya seakan bertaruh dengan maut. Sebab kala di dalam timbunan longsor, ia tak bisa berbuat banyak demi menyelamatkan diri.
“Saat gempa mengguncang, saya berlari ke belakang rumah. Pada saat saya berada di pintu dapur.”
“Seketika, rumah saya sudah tertimbun longsor begitupun dengan saya.”
“Badan saya tertimbun sedalam leher bahkan kaki saya terjepit puing-puing bangunan,” kenang Ismael.
Sejurus setelah gempa merubuhkan rumahnya, Ismael tersadar bahwa ternyata tak hanya dirinya saja yang jadi korban.
Tapi hampir semua orang di tanah tempat ia lahirkan itu. Tak cuma itu, longsoran tanah akibat gempa juga menelan sebagian besar Nagari Lubuak Laweh.
Mayat bergelimpangan, rumah-rumah tertimbun bagaikan kuburan rumah. Semua rata dengan tanah.
“Saya berteriak untuk mencari pertolongan dalam ketakutan dan berharap ada yang menolong.”
“Bukannya pasrah, tetapi badan yang tertimbun itu tidak bisa digerakkan,” ungkapnya
Di sisi lain, ia mengaku saat itu juga terdengar suara-suara minta tolong dari kejauhan yang tidak tahu asalnya.
Mendengar jerit pilu itu, Ismael pun menangis meratapi kejadian yang telah menelan segala harap di kampungnya tersebut.
Semuanya hilang tak bersisa, selain debu-debu yang bertebangan di udara sisa reruntuhan bangunan.
Ia tak bisa berbuat banyak, selain menunggu pertolongan dari masyarakat yang selamat atau SAR.
Diselamatkan Warga
Selang dua jam setelah gempa, warga lantas berdatangan. Warga mengetahui keberadaan Ismael berkat teriakannya minta tolong.
Teriakannya tersebut terdengar oleh warga dari kampung lain yang sedang berjaga.
“Mereka beramai-ramai berusaha membongkar dan menggali tanah-tanah untuk mengeluarkan saya dari timbunan longsor.”
“Penggalian tanah itu cukup sulit dikarenakan banyak material bangunan yang menghalangi.”
“Bahkan kaki saya terjepit dengan keras. Setelah penggalian itu sudah sampai pinggang saya, saya jadi bisa bernafas dengan leluasa,” paparnya.
“Tetapi hanya bisa sampai disitu dikarenakan sulitnya akses penggalian kebagian kaki karena terjepit puing-puing bangunan,” imbuh dia.
Ismael mengaku, total ada 18 jam ia terjebak di dalam timbunan longsor tersebut.
“Barulah jam 11.00 WIB warga berhasil mengeluarkan saya dari tumpukan tanah secara total.”
“Dengan kondisi yang memilukan, saya langsung dibawa ke Rumah Sakit Pariaman,” kenangnya.
Sesampai di rumah sakit, ia langsung menjalani perawatan. Namun malang, puing bangunan yang menahan kakinya di dalam longsoran itu membuat dia lumpuh.
Luka akibat timbunan longsor dan puing bangunan itu membuat dia tak bisa beraktifitas lancar selama 1 tahun.
Begitulah kisah Ismael, warga Nagari Lubuak Laweh yang hilang ditelan longsor akibat gempa 30 September 2009 lalu.
Menurut catatan, gempa itu menelan 3 desa, tak cuma Lubuak Laweh, tapi juga Cumanak dan Kapalo Koto.(*)