Mengapa Sunnah Merayakan Maulid Nabi? Ini 5 Alasan Menurut Sayyid Muhammad al-Maliki

ada sebagian kecil kelompok masyarakat yang menolak perayaan Maulid Nabi. Mereka menganggap perayaan Maulid Nabi sebagai bid'ah yang tidak layak dilakukan.

.

. (Net)

Hayati - launching PCX 160

KLIKPOSITIF – Maulid Nabi adalah bagian dari tradisi umat Islam yang tidak bisa dipisahkan dari budaya Nusantara. Setiap daerah di Indonesia memiliki adat dan cirik has tersendiri dalam merayakan Maulid Nabi, mulai dari acara sederhana di surau-surau kecil hingga acara megah nan meriah seperti Grebeg Maulud di Yogyakarta yang dihadirkan untuk memperingati kelahiran Baginda Nabi Muhammad saw.

Memang, ada sebagian kecil kelompok masyarakat yang menolak perayaan Maulid Nabi. Mereka menganggap perayaan Maulid Nabi sebagai bid'ah yang tidak layak dilakukan. Tapi hal itu mudah sekali dipatahkan oleh ulama-ulama Ahlussunnah wal Jama'ah, salah satunya Sayyid Muhammad al-Maliki.

Sayyid Muhammad al-Maliki dalam kitab Syarh Maulid ad-Diba'i menyimpulkan, setidaknya ada lima alasan mengapa kita harus merayakan Maulid Nabi, yaitu:

Pertama, merayakan Maulid Nabi sebagai wujud rasa bahagia dan gembira atas kelahiran Baginda Nabi Muhammad saw pasti bermanfaat di dunia dan akhirat. Bagaimana tidak? Abu Lahab, seorang yang membenci dakwah Nabi, saja diringankan siksanya di neraka setiap hari Senin. Hal ini dikarenakan Abu Lahab bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad. Bahkan, Abu Lahab memerdekakan budaknya yang bernama Tsuwaibah sebagai wujud rasa bahagianya.

“Urwah mengatakan, 'Tsuwaibah adalah budak perempuan milik Abu Lahab. (Ketika Nabi Muhammad lahir) Abu Lahab memerdekakan Tsuwaibah kemudian Tsuwaibah menyusui Nabi Muhammad (yang baru lahir). Maka, ketika Abu Lahab wafat, sebagian keluarganya bermimpi bertemu Abu Lahab. Sayangnya, Abu Lahab terlihat sangat memprihatinkan keadaanya. Keluarganya bertanya, 'Apa yang telah terjadi denganmu?' Abu Lahab menjawab 'Tidak ada kenikmatan bagiku setelah berpisah dengan kalian kecuali aku diberikan minum di tempat ini (alam akhirat) karena aku telah memerdekakan Tsuwaibah” (HR al-Bukhari).

Lantas, bagaimana pendapatmu dengan seorang yang sepanjang umurnya gembira dengan kelahiran Nabi dan ia wafat dalam keadaan beriman?

Kedua, Nabi Muhammad saja banyak bepuasa di hari Senin sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahirannya. Karena dengan kelahiran Baginda Nabi Muhammad-lah manusia menemukan cahaya agama Islam. Tentu, kita sebagai umat Nabi harus merasa sangat bersyukur dengan kelahiran Baginda Nabi.

“Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari bahwa suatu ketika Rasulullah ditanyai mengenai kebiasaannya berpuasa di hari Senin. Rasulullah pun bersabda 'Di hari Senin-lah aku dilahirkan dan di hari Senin-lah diturunkan (Al-Qur'an) kepadaku” (HR Muslim).

Ketiga, Allah memerintahkan kita untuk berbahagia dengan sebab rahmat dan pertolongan yang Allah berikan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

“Katakanlah (Muhammad), 'Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira” (QS Yunus: 58).

Dan rahmat terbesar yang Allah berikan bagi kita adalah lahirnya Baginda Nabi Muhammad saw. Al-Qur'an menegaskan bahwa diutusnya Baginda Nabi Muhammad adalah sebagai bentuk kasih sayang Allah bagi alam semesta

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam semesta” (QS Al-Anbiya': 107).

Keempat, perayaan Maulid Nabi diwarnai dengan pembacaan sejarah kehidupan nabi. Mulai dari kelahiran, budi pekerti, ciri-ciri fisik, kemuliaan serta mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi. Tentu hal ini akan menambah rasa kecintaan kita kepada Nabi Muhammad serta memantapkan keimanan kita. Selain itu, perayaan Maulid Nabi juga sebagai wadah untuk mengajak umat Islam membaca shalawat kepada Nabi. Allah telah berfirman dalam Al-Qur'an agar umat Islam banyak membaca shalawat:

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya” (QS Al-Ahzab: 56).

Kelima, perayaan Maulid Nabi adalah bid'ah hasanah (baik) yang telah diajarkan turun-temurun oleh umat Islam. Belum lagi, perayaan Maulid Nabi umumnya diiringi dengan ceramah agama dan nasihat yang bermanfaat serta suguhan makanan yang diberikan kepada para hadirin. Para ulama mengambil dalil bid'ah hasanah dari nasihat Sahabat Abdullah bin Mas'ud:

Abdullah bin Mas'ud mengatakan, “Perkara yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang baik maka perkara tersebut baik di sisi Allah, dan perkara yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang buruk maka perkara tersebut buruk disisi Allah” (HR Ahmad).

Di sisi yang lain, para ulama fiqh menetapkan kaedah,

“Setiap wasilah perbuatan dihukumi sesuai dengan tujuannya”

Perayaan Maulid Nabi dihukumi sunnah karena tujuannya adalah meneladani Baginda Nabi serta bershalawat kepadanya.

Sumber: Nu.or.id

Exit mobile version