Lonjakan Harga Gabah Jauh dari Harapan, HKTI Pessel Minta Pemkab Serius Cari Solusi

pola tanam organik

PESSEL, KLIKPOSITIF- Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Eri Nofriadi meminta Pemkab menyiapkan upaya dalam melindungi harga gabah.

Hal itu diungkap Eri Nofriadi menanggapi, lonjakan harga beras yang belum berdampak positif terhadap kesejahteraan petani, Kamis 7 September 2023.

“Harga pupuk subsidi misalnya yang jauh di atas HET. Sementara harga gabah di tingkat petani hanya naik tipis,” terangnya.

Ia menjelaskan, terkait hal ini Pemkab mesti menyiapkan upaya terpadu melindungi harga gabah, salah satunya dengan optimalisasi lumbung pangan masyarakat.

Ia mengatakan, alokasi Cadangan Beras Pemerintah hendaknya dipasok melalui gabah lokal yang dikelola dan disimpan pada lumbung pangan.

Sehingga, langkah tersebut bisa menjaga harga gabah petani, dan tidak anjlok saat panen raya.

“Panen raya justeru petaka bagi petani, karena tata kelola pangan sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar. Jadi, jika panen melimpah, otomatis harga murah. Nah, lagi-lagi yang korban petani,” jelasnya.

Sementara rangkiang atau lumbung padi merupakan lambang daerah Kabupaten Pesisir Selatan yang merupakan simbol ketahanan dan kemandirian pangan. Namun kenyataannya lumbung tidak berisi.

Alokasi anggaran penyediaan CBP hingga kini belum menjadi prioritas pembahasan dalam penyusunan APBD. Padahal pangan adalah kunci ketahanan negara.

“Tapi menjadi sebuah ironi, karena sebagian besar masyarakat miskinnya justeru petani dan rentan dengan gejolak harga komoditi produksinya sendiri. Memang, di dunia ini ada sejumlah penemu yang mati akibat temuannya,” terangnya.

Ia optimis jika pemerintah kabupaten memperbaiki tata kelola dan tata niaga pangan gejolak harga dapat dikendalikan dengan baik, mengingat Pesisir Selatan penghasil beras kedua tertinggi di Sumbar.

“Jadi, bukan soal PAD yang lebih utama. Bukan soal apa yang didapat daerah, tapi tentang bagaimana APBD mampu menjadi instrumen pengungkit kesejahteraan rakyat menuju kemandirian daerah,” tegasnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat indeks Nilai Tukar Usaha Pertanian (NUTP) untuk sub-sektor tanaman pangan periode Agustus hanya 97,11 atau terendah dari sub-sektor lainnya.

Sementara untuk sub-sektor hortikultura mencapai 106,81. Sub-sektor peternakan 113,57, sub-sektor perikanan 100,00 dan yang tinggi adalah sub-sektor tanaman perkebunan 124,35, sub-sektor.

Di Pesisir Selatan harga beras terus naik sejak Juni. Untuk varietas PB 42, anak daro dan bujang marantau dari Rp12.000 per Kilogram, kini menjadi Rp14.500 per Kilogram, naik di atas 10 persen.

Begitu juga untuk varietas beras Solok dan Cisokan Kubang (beras preslmium) yang kini sudah menyentuh Rp16.500 per Kilogram dari yang awalnya hanya Rp14.500 per Kilogram, naik sekitar tujuh persen.

Terpisah Kepala Dinas Pertanian Pesisir Selatan, Madrianto mengaku terus menyuarakan persoalan harga pupuk subsidi yang tidak sesuai HET dalam berbagai kesempatan.

Persoalan tidak disampaikan pada Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida Provinsi semata, tapi pihaknya juga sudah pernah menyampaikannya pada pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian.

“Ini sebenarnya adalah persoalan klasik yang tak kunjung usai. Meski begitu, kami dari pemerintah kabupaten akan mencari solusi,” ujarnya.

Exit mobile version