Lahir Prematur dengan Berat 700 Gram, Begini Kondisi Bayi di Padang Pariaman

Bayi ini lahir di usia 23 minggu kehamilan ibunya

Almaira sedang menjalani perawatan di tabung inkubator

Almaira sedang menjalani perawatan di tabung inkubator (KLIKPOSITIF/Rehasa)

Klikpositif Supernova Honda (3000 x 1000 piksel)

PARIAMAN, KLIKPOSITIF — Seorang bayi bernama Nasida Almaira, lahir secara prematur di RSUD Kota Pariaman pada 9 Desember 2019 yang lalu, dengan berat badan 700 gram. Meski saat ini sudah berusia lebih satu bulan, namun berat badan bayi ini belum juga mencapai satu kilogram.

Saat ditemui pada Senin 13 Januari 2020, Almaira, panggilan bayi prematur itu, sedang berada di dalam tabung inkubator RSUD Pariaman. Matanya tampak bening. Kata perawat, Almaira baru saja diberi ASI yang dicampur dengan susu khusus.

Diketahui, Almaira sudah 35 hari menjalani perawatan di tabung inkubator. Selama itu juga orang tuanya bernama Nur Leli (33) setia menemani.

“Sudah 35 hari anak saya di rawat di sini. Alhamdulilah perkembangannya lebih baik dari pada hari-hari sebelumnya,” kata Leli di ruang Perinatologi RSUD Pariaman, Senin 13 Januari 2020.

Lebih lanjut Leli menjelaskan, anak perempuan nya lahir secara prematur di usia 23 minggu kehamilan.

“Ketika itu, usia kehamilan saya 23 minggu. Perut terasa ingin melahirkan jadi di bawa ke RSUD ini dan langsung melahirkan,” jelas Leli.

Dikatakannya, saat itu, Almaira tampak kecil sekali dibandingkan bayi lainnya. Namun bentuk fisik Almaira tampak normal tidak ada satupun yang cacat.

“Dia (Almaira) harus ditangani setiap hari oleh perawat, sebab setiap hari anak saya itu harus diperiksa perkembangannya,” kata Leli.

Sementara itu, Rizda Zailinda, Kepala Ruangan Perinatologi atau ruang bayi mengatakan, bayi prematur tersebut lahir dengan keadaan bentuk fisik luar normal.

“Hanya saja semenjak awal dia harus kami perhatikan khusus. Secara intensif kami periksa pernafasannya, buang anus dan lainnya yang menyangkut organ dalam,” sebut Rizda Zailinda.

Lebih lanjut dikatakannya, pada mula, Almaira lahir dengan berat 700 gram. Namun sebelum mendapatkan perawatan lebih lanjut bayi itu menjalani Distensi Abdomen.

“Distensi Abdomen itu, bayi menjalani puasa selama satu minggu. Dengan itu berat badannya menurun hingga 500 gram. Setelah menjalani puasa, baru kami lakukan perawatan untuk memulihkannya,” ungkap Rizda.

Sekarang ini, kata Rizda lagi, Almaira berat badannya telah bertambah hari ke hari dan saat ini mencapai 780 gram.

“Angka itu menunjukan perkembangaan membaik mengenai pertumbuhan bayi itu. Namun bayi itu harus dibantu dengan asupan luar selain air susu ibunya,” jelas dia.

Selain ASI, Almaira juga diberi susu khusus untuk memacu berat badannya. Perawat di tempat Almaira dirawat mengatakan, setiap hari 6 saset susu HMF yang dicampur ASI diberikan untuk Almaira.

Mengenai itu Leli orang tua bayi prematur tersebut mengatakan, dia harus membeli susu tersebut ke Kota Padang dengan harga 20 ribu rupiah per saset dengan berat 0,7 gram.

“Saya hanya bisa beli per saset, untuk satu kotak uang tidak ada, harganya jutaan. Dari mana cari uang sebanyak itu, suami cuma kerja sebagai jual kerupuk,” sebut Leli.

Untuk sekarang, orangtua Almaira bergantung untuk perkembangan anaknya pada susu HMF tersebut selain perawatan pihak rumah sakit.

Setiap hari Almaira menghabiskan susu HMF dengan ukuran 10 CC. “Besok pada Selasa (14/1) susu HMF itu sudah habis, saya harus beli lagi ke Padang. Itu tidak ditanggung BPJS,” sebut orang tua Almaira.

Begitulah lembaran hidup bayi mungil itu, baru lahir secara prematur dan mengalami BBLASR (Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah). Almaira merupakan anak ke empat dari pasangan Leli dan Ali Nurdin (39).

“Harapan saya, dapat bantuan untuk beli kebutuhan Almaira, kedepannya sangat butuh biaya untuk perkembangan Almaira,” harap Leli. (*)

Exit mobile version