KLIKPOSITIF – Korea Utara mengatakan, pihaknya telah menguji rudal berbahan bakar padat baru yang dilengkapi dengan hulu ledak hipersonik sebagai upaya terus mengembangkan persenjataan yang lebih kuat dan sulit dideteksi.
Peluncuran tersebut dilakukan pada Minggu sore dan terjadi ketika Menteri Luar Negeri Choe Son Hui menuju ke Moskow di tengah kekhawatiran di Amerika Serikat dan negara lain bahwa Pyongyang menjual senjata ke Rusia untuk digunakan di Ukraina dengan imbalan keahlian teknologi Rusia.
Dilansir dari laman Aljazeera, hal tersebut terdeteksi oleh negara tetangga Jepang dan Korea Selatan, peluncuran tersebut dirancang untuk menguji keandalan mesin bahan bakar padat multi-tahap baru dengan daya dorong tinggi dan hulu ledak bermanuver hipersonik jarak menengah, menurut Korean Central News Agency (KCNA) yang dikelola pemerintah, Senin (15/1).
KCNA menambahkan bahwa uji coba penembakan tersebut tidak pernah mempengaruhi keamanan negara tetangga mana pun dan tidak ada hubungannya dengan situasi regional. Rudal tersebut terbang menuju Laut Timur, menempuh jarak sekitar 1.000 km (621 mil). Kepala Staf Gabungan Seoul mengatakan, pihak berwenang di Seoul, Washington, DC dan Tokyo sedang menganalisis spesifikasinya. Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan ketinggian maksimumnya setidaknya 50 km (30 mil).
Uji coba rudal terakhir Korea Utara adalah rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat (ICBM) Hwasong-18, yang ditembakkan ke Laut Timur pada 18 Desember 2023 lalu. Sebelumnya mereka menguji mesin bahan bakar padat baru untuk rudal balistik menengah pada 11 November dan 14 November.
Pemimpin Kim Jong Un pekan lalu mencap Seoul sebagai “musuh utama” dan memperingatkan bahwa ia tidak akan ragu untuk memusnahkan Korea Selatan. “Waktu bersejarah akhirnya tiba ketika kita harus mendefinisikan entitas yang disebut Republik Korea [Korea Selatan] sebagai negara yang paling memusuhi Republik Demokratik Rakyat Korea,” kata Kim seperti dilaporkan oleh KCNA.
Para analis mengatakan waktu pengujian terbaru ini menimbulkan kekhawatiran. “Peluncuran ini lebih dari sekedar ujian karena terjadi segera setelah rezim Kim meningkatkan retorika perang terhadap Korea Selatan dan tepat sebelum menteri luar negeri Korea Utara melakukan perjalanan ke Rusia,” kata Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul.
“Pameran kekuatan Pyongyang harus menjadi perhatian selain Seoul, karena kerja sama militernya dengan Moskow menambah kekerasan di Ukraina, dan karena Pyongyang mungkin lebih bersedia untuk menantang AS dan sekutunya sementara perhatian global tertuju pada Timur Tengah,” jelasnya.
Dalam komentar terpisah KCNA, Senin (15/1), Korea Utara menuduh Seoul meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut dengan latihan militer dan seruan untuk menambah persenjataan oleh pejabat Korea Selatan. “Bahkan percikan kecil pun dapat menjadi katalisator konflik fisik yang sangat besar antara dua negara yang paling bermusuhan,” kata komentar tersebut.
Para analis mengatakan langkah Kim yang menunjuk Korea Selatan sebagai negara musuh yang terpisah, berpotensi membantu membenarkan penggunaan senjata nuklir terhadap Seoul dalam perang di masa depan.
Terlepas dari situasi ekonomi yang sulit, Pyongyang melakukan serangkaian uji coba senjata yang memecahkan rekor pada tahun 2023, termasuk rudal balistik berbahan bakar padat pertamanya, yang oleh para ahli disebut sebagai terobosan teknologi besar.
Ia juga menempatkan satelit mata-mata pertamanya ke orbit, setelah dua kali gagal. Para analis mengatakan mereka mendapat manfaat dari keahlian Rusia setelah Kim melakukan perjalanan ke Kosmodrom Vostochny Rusia untuk bertemu Presiden Vladimir Putin.
Kim merinci daftar keinginan peralatan militer canggih, termasuk senjata hipersonik, rudal multi-hulu ledak, satelit mata-mata, rudal jarak jauh berbahan bakar padat, dan rudal nuklir yang diluncurkan kapal selam pada tahun 2021.