PADANG, KLIKPOSITIF – UMKM menjadi salah satu hal penting dalam menunjang kemajuan wisata di suatu daerah. Perkembangan wisata tak bisa di lepaskan dari sarana penunjang lainnya, termasuk UMKM yang menyediakan banyak hal, seperti makanan, suvenir, oleh-oleh, dll.
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang menargetkan kunjungan wisatawan tahun ini kurang lebih 12 juta tentunya juga harus menyiapkan fasilitas, mengadakan iven-iven, baik lokal maupun internasional untuk mendukung hal tersebut, salah satunya iven Sumarak Ramadan yang di gelar Ramadan lalu.
Sumarak Ramadhan hadir dengan semangat membangkitkan perekonomian masyarakat melalui pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Selain itu, juga pintu pertumbuhan ekonomi di Sumbar, sekaligus menjadi sarana edukasi bagi pelaku usaha lokal untuk mempromosikan produk mereka.
Event yang dilaksanakan dari tanggal 22 – 31 Maret ini dimeriahkan oleh berbagai Sumarak, antara lain, Sumarak Kuliner, Sumarak Ekonomi Kreatif (Ekraf), Sumarak Fashion, Sumarak Produk Anak (Produk Fashion Anak, Produk Mainan Anak), Wahana Bermain Anak, Aneka Lomba (Lomba Tahfizh, Lomba Da’i Cilik), Panggung Kreasi Anak, Pojok Literasi, Financial Technology dan sebagainya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Republik Indonesia, Sandiaga Uno, dalam sambutannya menyebut bahwa bulan ramadan 2024 membawa berkah bagi produk-produk UMKM, dan Sumarak Ramadhan bisa merangkul atraksi budaya lokal.
Berdasarkan hasil data terakhir Indonesia berhasil menjadi destinasi wisata halal terbaik dunia versi Global Muslim Travel Indek (GMTI) 2023 dan salah satu yang menjadi daya tariknya adalah Masjid Raya Sumbar.
“Selain daya tarik wisatawan ke Sumbar seperti wisata religi, pojok literasi yang ada di Masjid Raya Sumbar ini, ternyata daya tarik wisatawan ke Sumbar yang paling utama adalah kuliner, 63 persen dari kunjungan wisata menyatakan bahwa daya tariknya adalah kuliner, dan inilah yang harus kita perkuat dengan langkah-langkah agar masuk menjadi ekosistem pariwisata halal kita, saya ingin mengajak bukan hanya 13 juta lebih tapi mudah-mudahan Sumbar bisa menarik lebih dari 25 juta kunjungan wisata ke Sumbar,” kata Menparekraf.
Disisi lain, UMKM yang bergerak di bidang kuliner yang berpartisipasi dalam kegiatan itu juga berasal dari UMKM binaan BRI, diantaranya Minang Kibowl, Jajanan Assysyfa, dan lainnya.
“Dalam kegiatan Semarak Ramadan tersebut, BRI berpartisipasi dengan menghadirkan UMKM binaan, mulai dari kuliner hingga produk lainnya sebagai bentuk kolaborasi dalam mewujudkan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan,” kata Regional CEO BRI Padang, Moh.Harsono.
Selain itu, BRI juga support UMKM dengan memberikan diskon Rp5000 kepada masyarakat yang membayar belanja dengan QRIS dan merchant BRI.
“Bentuk dukungan BRI seperti menyediakan tempat / booth untuk beberapa binaan UMKM BRI, menyediakan promo berupa cash back sebesar Rp5.000 setiap transaksi belanja menggunakan QRIS BRI dengan minimal transaksi Rp15.000,” kata Bagus Alma, RMFT BRI BO Khatib Sulaiman.
Selain itu, BRI juga memberikan dukungan dengan menyediakan hadiah selama iven berlangsung.
“Dukungan lainnya menyediakan hadiah untuk beberapa perlombaan di acara festival semarak Ramadan serta menyediakan souvenir setiap pembukaan rekening baru selama acara,” jelasnya.
Selama iven berlangsung, pihak BRI juga memberikan edukasi soal penggunaan uang secara nontunai kepada pengunjung.
“Rekening BRI seperti BRI punya BRIMO untuk mempermudah semua transaksi keuangan nasabah. Selain itu juga mengedukasi untuk bertransaksi secara cashless dengan kartu debit, kartu kredit BRI, dan QRIS BRI, mengedukasi tentang keamanan bertransaksi. Serta memberikan informasi tentang produk-produk BRI lainnya,” jelasnya.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi dari Universitas Negeri Padang (UNP), Prof Yasri mengatakan, edukasi pemakaian uang secara nontunai kepada masyarakat masih perlu di lakukan secara masif.
“Khusus di Sumatera Barat, penggunaan uang secara nontunai masih berada di kisaran 50 persen. Banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat masih belum mau menggunakan pembayaran secara nontunai, diantaranya faktor keamanan. Masyarakat kita masih belum percaya dengan hal itu karena belum terbiasa,” jelasnya.
Menurutnya, edukasi secara lebih luas harus terus dilakukan agar masyarakat semakin yakin dengan hal itu kedepannya.