KLIKPOSITIF – Edukasi terkait cara menyelamatkan diri dari tsunami tidak hanya untuk kalangan warga yang tinggal di pinggir pantai.
Namun edukasi tersebut sangat penting untuk semua orang, bahkan untuk orang yang tinggal di zona hijau sekalipun.
Ini karena aktivitas seseorang selalu tak menentu. Meski tinggal di daerah perbukitan, namun bisa saja seseorang pergi menikmati liburan ke pantai.
Jika tidak mengenal dan mengetahui cara menyelamatkan diri dari tsunami, bisa saja akan berdampak buruk bagi orang itu, ketika mendadak ada ancaman tsunami.
Lalu, seperti apa upaya atau cara menyelamatkan diri dari tsunami yang mengancam?
Cara Menyelamatkan Diri dari Tsunami
Merujuk dari tulisan Pengenalan Tsunami yang dibuat oleh Kementerian ESDM, ada beberapa poin upaya penyelamatan diri saat terjadi tsunami.
Jika berada di sekitar pantai, kemudian terasa ada guncangan gempa bumi dan air laut dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yang tinggi sambil memberitahukan teman-teman yang lain.
Maksud tempat tinggi di sini adalah perbukitan atau bangunan tinggi.
Selanjutnya, jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita dari pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai.
Arahkan perahu ke laut, karena akan berbahaya jika mendekat ke pantai.
Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah yang rendah.
Tetaplah berada di ketinggian, karena biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
Namun jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.
Kecepatan Tsunami
Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Semakin dalam, gelombangnya semakin cepat.
Begitu juga sebaliknya, semakin dangkal kedalaman lautnya, gelombangnya semakin lambat.
Di laut dengan kedalaman 7.000 meter misalnya, kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam.
Kecepatan ini hampir sama dengan kecepatan pesawat jet. Namun demikian tinggi gelombangnya di tengah laut tidak lebih dari 60 cm.
Akibatnya kapal-kapal yang sedang berlayar di atasnya jarang merasakan adanya tsunami.
Saat gelombang tsunami mencapai pantai yang dangkal, teluk atau muara sungai, kecepatannya menurun.
Meski kecepatannya menurun, namun di sisi lain ketinggian ombaknya meningkat.
Hal ini bisa berdampak besar dan bisa merusak bangunan yang tersapu gelombang tsunami ini.
Baca juga : Tsunami di Padang Pernah Terjadi Pada Tahun 1797 dan 1833, Seperti Ini Dahsyatnya