Kapan Antibodi Terbentuk Setelah Vaksinasi? Begini Penjelasannya

Sejumlah orang melaporkan terinfeksi Covid-19 tidak lama setelah melakukan vaksinasi Covid-19 dosis pertama. Tentunya hal ini menjadi pertanyaan bagi masyarakat terkait dengan efektivitas vaksin yang diberikan.

Ilustrasi vaksinasi

Ilustrasi vaksinasi (KLIKPOSITIF)

KLIKPOSITIF – Sejumlah orang melaporkan terinfeksi Covid-19 tidak lama setelah melakukanvaksinasi Covid-19dosis pertama. Tentunya hal ini menjadi pertanyaan bagi masyarakat terkait dengan efektivitasvaksinyang diberikan.

Menurut Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Prof. Dr. dr. Hindra Irawan Satari, Spa(K), MtropPaed, orang yang telah melakukan vaksinasi itu sesungguhnya tidak menjamin dirinya terbebas dari Covid-19.

Ia mengatakan, setelah melakukan vaksinasi seseorang harus tetap menjaga diri. Hal ini karena proses pembentukan antibodi di dalam tubuh membutuhkan waktu. Oleh karena itu, setelah melakukan vaksinasi seseorang masih bisa terpapar Covid-19.

“Antibodi terbentuk minimal 14 hari setelah vaksinasi. Jadi kalau sudah vaksinasi rentang waktu menunju imunisasi yang kedua masih rawan. Setelah melakukan vaksinasi fase kedua juga membutuhkan waktu, optimalnya 28 hari. Jadi setelah imunisasi harus tetap taap protoko kesehatan, ” ucap Prof. Dr. dr. Hindra Irawan Satari, Spa(K), MtropPaed, dalam Temu Media “Penjelasan Mengenai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi COVID-19, Senin (22/02/2021).

Menurut Hindra, masyarakat masih banyak yang salah pengertian. Ia mengatakan, jika masyarakat menganggap setelah dilakukan vaksinasi besoknya tubuhnya langsung kebal.

Padahal, semua itu butuh waktu untuk membentuk antibodi. Oleh karena itu, tenaga kesehatan yang telah vaksinasi, juga masih rentan. Hal ini yang menyebabnya timbulnya kasus positif setelah dilakukannya vaksinasi.

Hindra juga menjelaskan, biasanya seseorang yang positif setelah melakukan vaksinasi hanya menimbulkan gejala ringan seperti, mual, sulit napas, lemas, berdebar, dan kesemutan.

Ia menambahkan, gejala tersebut dapat sembuh tanpa harus pengobatan. Jika menunjukkan gejala berat, sejauh ini setelah mendapat pertolongan medis, sembuh semua.

Selain itu, menurutnya, yang menyebabkan ramainya pemberitaan vaksin ini adalah orang yang mengalami kecemasan setelah melakukan vaksinasi. Biasanya, kondisi cemas muncul setelah adanya efek samping karena vaksin yang diberikan.

Padahal, efek samping dari vaksinasi sama dengan imunisasi lainnya seperti pegal-pegal, merah, dan gatal-gatal. Hanya saja orang-orang ini memiliki rasa cemas berlebih.

Orang-orang dengan rasa cemas yang berlebih biasanya langsung mengecek kondisinya ke rumah sakit. Padahal, kondisi fisik orang tersebut baik-baik saja. Namun, karena rasa cemas yang berlebih, membuatnya merasakan gejala-gejala seperti seseorang yang positif Covid-19.

“Sebenarnya banyak yang ramai bukan karena vaksinnya. Banyak orang yang mengalami gangguan kecemasan sehingga dirinya merasa seperti berdebar, lemas, dan lain-lain. Gejala ini sering dialami orang dewasa,” ucapnya.

Sumber: suara.com

Exit mobile version