Jelang Pemilu 2024, IKAL Ajak Masyarakat Dewasa Menyikapi Perbedaan dalam Berdemokrasi

Klikpositif Supernova Honda (3000 x 1000 piksel)

PADANG, KLIKPOSITIF- Menurut Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI (IKAL) Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar perlu kedewasaan menyikapi perbedaan dalam demokrasi agar tidak timbul perpecahan dalam berbangsa dan bernegara.

“Dibutuhkan kedewasaan dalam menyikapi perbedaan, apalagi menjelang pemilu 2024. Jika tidak maka akan rawan, dan berpotensi terjadi perpecahan,” ungkapnya saat Dialog Kebangsaan Peran Strategis Sumbar dalam Penguatan Demokrasi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional di Padang, Jumat (25/11).

Untuk itu, ia berharap semua pihak termasuk alumni Lemhanas berkewajiban untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang sikap yang benar dalam berdemokrasi.

Menurutnya, tidak persoalan jika berbeda pilihan saat Pemilu namun setelah terpilihnya pemimpin maka perbedaan juga selesai dan kembali bersatu.

Dikatakan Agum, jika salah memahami dan salah cara berdemokrasi maka akan muncul radikalisme, intoleransi dan isu-isu perpecahan.

Deputi Pengkajian Lemhanas Reni Mayerni menilai masyarakat Sumbar sudah cerdas dan paham betul tentang keberagaman. Sebab, pada awal kemerdekaan Sumbar adalah tempat belajar tentang keberagaman karena tokoh bangsa yang muncul dari daerah itu memiliki paham yang beragam. Ada nasionalis, paham kanan, paham kiri juga ada.

“Tidak ada pertentangan yang sangat runcing terjadi di Sumbar karena keberagaman itu. Hal ini harus dipelihara ke depan,” katanya.

Ia menilai Pemilu 2024 yang prosesnya sudah dimulai pada 2023 adalah ujian berat. Karena itu ia mengajak semua pihak untuk cerdas menyampaikan narasi termasuk di media agar bisa bisa memberikan pendidikan kepada masyarakat supaya lebih cerdas dalam bernegara dan berpolitik.

Kepala Kesbangpolinmas Sumbar, Jefrinal Arifin mengatakan masyarakat Sumbar sejatinya telah mengenal sistem demokrasi sejak berabad-abad lalu. Masyarakat sebenarnya sudah cerdas, namun ternyata isu memecah belah seperti intoleransi, radikalisme tetap diarahkan pada daerah ini.

“Kami mendorong pemangku adat, orang berilmu dan ulama yang disebut tigo tungku sajarangan bisa meningkatkan perannya kembali karena sistem adat di Sumbar memiliki pengaruh besar dalam tatanan kehidupan dan sosial,” katanya.

Sementara itu anggota DPRD Sumbar yang juga alumni Lemhanas angkatan 60, Zulkenedi Said menegaskan pihaknya menginisiasi dialog kebangsaan itu dengan mengundang seluruh alumni angkatan 60 Lemhanas ke Padang untuk memperlihatkan kondisi di lapangan.

“Bisa dilihat bahwa isu negatif tentang intoleransi atau radikalisme di Sumbar itu tidak benar. Itu hanya isu untuk memecah belah,” katanya.

Exit mobile version