PADANG, KLIKPOSITIF- Pemimpin yang melek IT sangat dibutuhkan di era digital saat ini untuk mendorong perubahan dan proses transformasi agar lebih baik.
Menurut Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria SP MSi kepemimpinan yang dibutuhkan saat ini adalah orang yang memiliki growth mindset, artinya orang yang memiliki keyakinan akan berubah, bertumbuh. Selain itu, pemimpin juga harus memiliki kemampuan beradaptasi dan mengeksekusi dengan cepat, membangun kepercayaan dan kredibilitas, serta future practice.
Arif Satria mengatakan, kepemimpinan digital memiliki empat karakteristik. Pertama, keterampilan kognitif (komunikasi), kedua keterampilan bisnis meliputi operasi bisnis dan proses yang dijalani.
Sebab, dengan memahami keterampilan bisnis, maka dengan mudah dapat mencapai kinerja operasional organisasi yang sangat baik.
Ketiga, keterampilan intra personal, kecakapan negosiasi yang sangat dibutuhkan dalam era kolaborasi saat ini. Selanjutnya, keterampilan strategis. Visi menjadi komponen terpenting yang wajib ada dalam diri seorang pemimpin digital.
“Orang yang berhasil dimasa depan adalah mereka yang memiliki imajinasi dan visi yang kuat. Serta, strategi dan eksekusi,” ungkapnya saat menjadi narasumber secara virtual dalam Dialog Kedjajaan Bangsa “Memilih Pemimpin untuk Kejayaan Unand” di Convention Hall Unand, Jumat (1/9).
Menurutnya, antara visi dan strategi harus beriringan karena keduanya saling berkaitan satu sama lain. Ketika berbicara strategi dan eksekusi butuh kecerdasan, kedisiplinan, kerja keras, dan optimisme.
Dikatakan juga, kepemimpinan masa depan itu juga harus bisa memberdayakan sumber daya manusia dan menginspirasi. Arti inspirasi ini menggerakkan orang lain untuk berpikir dan bertindak.
Kepemimpinan digital menjadi sangat diperlukan di era serba digital saat ini. Seorang pemimpin yang melek IT, bisa melakukan perubahan dan mendorong proses transformasi organisasi agar lebih baik.
Jadi bukan hanya sekadar expert leader yang tahu digital tapi tidak bisa membawa perubahan. Atau change leader bisa membawa perubahan tapi literasi digital lemah. Atau conservative leader tidak tahu digital dan tidak bisa membawa perubahan.
Dialog yang dimoderatori Guru Besar FISIP Unand Prof Dr Asrinaldi MSI ini juga menghadirkan narasumber. Yakni Prof dr Fasli Jalal SpGK PhD (Rektor Universitas Yarsi Jakarta), Prof Dr Ir Musliar Kasim MS (Rektor Unand 2005-2011), Prof Dr Werry Darta Taifur SE MA (Rektor Unand 2011-2015). Kemudian Prof Dr Tafdil Husni SE MBA (Rektor Unand 2015-2019) dan Prof Dr Yuliandri SH MH (Rektor 2019-2023).
Rektor Unand Prof Dr Yuliandri SH MH menyampaikan dialog ini merupakan rangkaian dari proses Pemilihan Rektor Unand 2023-2028.
“Ini menjadi salah satu upaya kita menghimpun masukan apa yang mesti dilakukan dan bagaimana Unand ke depan agar lebih maju,” katanya.
Unand sebagai PTNBH yang fokus pada riset telah mampu mengukir prestasi. Salah satu pencapaian Unand adalah berhasil meraih peringkat 1 untuk universitas riset di dalam IKU V. Yakni hasil karya yang bermanfaat untuk masyarakat untuk sesama Liga PTNBH.
Menurutnya, pencapaian itu tentunya atas kontribusi dosen termasuk lima guru besar. Ia menyadari sebagai PTNBH dalam hal akademik, non akademik dan tata kelola UTK belum optimal dilakukan.
“Unand tata kelolanya diubah tapi penyesuaiannya membutuhkan waktu. Tapi kerangka semuanya sudah disiapkan untuk itu,” ungkapnya.
Ia menekankan siapa pun rektor terpilih nanti, mengisinya tidak bisa serta merta dan tidak bisa membalikkan telapak tangan. Termasuk juga kondisi saat ini implementasi transformasi dan persiapan merdeka belajar.
Dimulai Merdeka Belajar episode 2 yakni kampus merdeka. Kemudian Merdeka Belajar episode 21 yakni dana abadi PT. Merdeka Belajar episode 22 yakni Transformasi Seleksi Masuk PTN.
Tahun 2022 dan 2023 jalur masuk Unand yakni SNBP, SNBT, dan SIMA. Hal ini akan menjadi rekomendasi kita soal seleksi masuk Unand ke siapapun rektor terpilih nantinya.
Terkait soal skripsi yang sedang hangat diperbincangkan, dia menilai perubahan apapun nantinya soal skripsi, tiga hal kompetensi tidak boleh hilang. Yakni kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan.