KLIKPOSITIF – Ilmuwan di Australia sedang mengembangkan kecerdasan buatan dan drone dalam rangka konservasi hewan laut, termasuk Penyu dan Dugong di barat laut Australia.
Kecerdasan buatan itu digunakan untuk mengetahui ukuran populasi di wilayah geografis tertentu sangat penting bagi para konservasionis untuk dapat memantau fluktuasi dan melacak kesehatan spesies secara keseluruhan.
Kecerdasan buatan itu digunakan untuk menghitung jejak penyu betina bersarang di tempat-tempat seperti Exmouth selama beberapa bulan.
Namun ilmuwan peneliti senior CSIRO, Mat Vanderklift, mengatakan metode tersebut menimbulkan sejumlah masalah. “Kamu benar-benar hanya menemukan penyu betina dewasa. Jadi penyu betina yang berusia 30 tahun atau lebih,” terangnya.
Melihat hal itu, ia dan timnya memutuskan melakukan sesuatu yang berbeda dan mencoba mengambil gambar di dalam air sehingga mereka tidak hanya mendapatkan penyu betina.
“Penyu memiliki paru-paru, mereka menghirup udara, mereka perlu muncul ke permukaan. Jika kita menerbangkan drone, kita pasti dapat melihat mereka dan itulah yang telah kami lakukan. Dan aspirasinya adalah kita tidak perlu melihat semua foto ini, kita bisa menggunakan teknologi AI untuk melakukannya,” kata Dr Vanderklift.
Melatih AI untuk menemukan dugong
Amanda Hodgson dari Edith Cowan University di Perth telah menyelidiki penggunaan drone untuk survei hewan sejak 2007. Ia telah mengumpulkan data selama lebih dari 10 tahun untuk melatih program yang bisa menemukan hewan laut besar seperti dugong di Exmouth dan Shark Bay.
Survei dugong reguler membutuhkan tim yang terdiri dari sekitar lima orang yang membutuhkan pelatihan khusus sebagai pelapor di pesawat kecil. Survei semacam itu mahal sehingga di negara bagian Australia Barat, Departemen Keanekaragaman Hayati dan Konservasi hanya melakukannya setiap lima tahun.
Dr Hodgson telah mengerjakan alat yang tidak membutuhkan banyak orang atau keahlian untuk mendapatkan hasil yang sama. “Kemudian kami memberi lebih banyak contoh ke dalam model untuk terus melatihnya sehingga menjadi lebih baik dan lebih baik dalam menemukan hewan,” jelasnya.
“Kami mulai mengerjakan model AI ini lebih dari satu dekade yang lalu dan masih memiliki banyak data yang masuk. Jadi, kami harus meningkatkan AI dengan cukup cepat selama beberapa tahun ke depan. Nantikan saja perkembangannya,” terangnya.
Dilansir dari laman abcaustralia, memiliki AI yang secara otomatis mendeteksi dari citra udara dapat membantu upaya survei konservasi di negara-negara dengan sumber daya yang lebih sedikit.
Dr Hodgson mengatakan alat ini baru bisa diluncurkan ke belahan dunia yang lain tanpa pendampingan ahli ketika AI bekerja hingga titik di mana ia tidak membutuhkan manusia lagi untuk memverifikasi dan mendeteksi dugong.
“Kemampuan untuk melakukan survei semacam ini di seluruh jangkauan mereka akan benar-benar meningkatkan pemahaman kita tentang status konservasi dugong,” katanya.