KLIKPOSITIF –Tanggal 30 September tahun 2009, atau tepat 12 tahun lalu, Sumbar digundang gempa berkekuatan 7.9 SR dengan kedalaman 71 km dan pusat gempa pada 0.84 LS — 99.65 BT ini kurang lebih sekitar 57 Km Barat Daya Pariaman, Sumatera Barat, gempa ini telah memporak-porandakan hampir seluruh wilayah Sumatera Barat khususnya wilayah pantai Barat Sumbar.
Gempa menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatera Barat seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang, Kabupaten Agam, Kota Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat.
Bahkan guncangan tersebut terasa sampai ke Singapura, Malaysia, Thailand dan juga di Jakarta dengan intensitas III MMI.
Gempabumi tersebut telah menyebabkan sedikitnya 1.100 orang meninggal, 2.180 orang luka-luka dan 2.650 bangunan rumah rusak berat/ringan termasuk gedung-gedung kantor, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, pasar, jalan, jembatan dengan kerusakan paling parah sepanjang pantai Barat Sumatera Barat juga telah menyebabkan jaringan listrik dan komunikasi terputus.
Sebagian besar korban disebabkan karena tertimpa reruntuhan bangunan dikarenakan kontruksi bangunan yang tidak aman,akibat gempa juga terjadi eksodus besar-besaran warga yang tinggal disekitar pantai ke tempat lain karena adanya isu akan datangnya gelombang tsunami.
Banyak cerita yang dapat dituliskan dalam catatan buku kenangan buruk. Sangat banyak. Beberapa korban yang selamat bahkan masih ingat betapa suramnya kejadian yang berlangsung hanya dalam waktu dua menit saja.
Ismael, S. AP. Merupakan salah satu korban yang banyak mendapatkan kenangan buruk atas kejadian ini. Banyak cerita yang dapat kita dengar dari beliau. Diary kesedihan berwarna muram seakan penuh dengan air mata lara.
“Pada saat gempa berguncang hebat, saya pikir itu cuman gempa saja. Ternyata ada longsor dan saya berlari ke belakang rumah. Pada saat saya berada di pintu dapur, rumah saya sudah tertimbun longsor begitupun dengan saya. Badan saya tertimbun sedalam leher bahkan kaki saya terjepit puing-puing bangunan. Saya berteriak untuk mencari pertolongan dalam ketakutan dan berharap ada yang menolong” kata Ismael, dilansir dari laman padangpariamankab.go.id.
Meski gempa tersebut telah 12 tahun berlalu, namun ingatan warga akan bencana tersebut masih melekat.
Tentu, sebagai masyarakat yang bermukim di Kota Padang yang potensi terjadi bencananya cukup tinggi, perlu refleksi ke belakang.
Sebagai pengingat bencana alam yang merenggut banyak korban tersbebut, di Kota Padang tepat 1 tahun usai bencana tersebut diresmikan monumen gempa bersamaan dengan peresmian Museum Gempa 30 September 2009 pada tahun 2010.
Sumber: Berbagai Sumber