Gus Baha: Ada 2 Unsur dalam Shalawat, Penyelamat Pembacanya pada Hari Kiamat

membaca shalawat itu, di samping menunjukkan maabbah (cinta) kita kepada Rasulullah, dengan menyatakan beliau sebagai makhluk terbaik yang paling layak mendapat azkash shalawt dari Allah, juga menyatakan Allah sebagai (Tuhan) yang memberi

Gus Baha

Gus Baha (Net)

Klikpositif Supernova Honda (3000 x 1000 piksel)

KLIKPOSITIF – Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha menjelaskan bahwa membaca shalawat mampu menjadi penyelamat pembacanya pada hari kiamat karena ada unsur penjagaan akidah, yaitu mengakui Allah sebagai Tuhan, sekaligus meyakini Nabi Muhammad sebagai makhluk-Nya.

Dilansir dari laman nu.or.id, menurutnya, dalam redaksi shalawat yang biasa kita baca, yaitu Allhumma shalli 'al sayyidin muhammad, terdapat dua unsur pengakuan yang agung; pertama adalah mengakui bahwa Allah swt sebagai Dzat yang Maha Pemberi, dan kedua mengakui bahwa Nabi Muhammad saw sebagai kekasih Allah yang betatapun tingggi kedudukannya, tetap sebagai hamba Allah.

“Jadi, membaca shalawat itu, di samping menunjukkan maabbah (cinta) kita kepada Rasulullah, dengan menyatakan beliau sebagai makhluk terbaik yang paling layak mendapat azkash shalawt dari Allah, juga menyatakan Allah sebagai (Tuhan) yang memberi,” jelasnya saat mengisi acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw 1443 H dan Haul Masyayikh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah, pada Selasa (13/10/2021).

Gus Baha mendasari argumennya dengan penjelasan Sayyid Az-Zabidi (w. 1205 H) dalam kitab Itfus Sdtil Muttaqn yang berbunyi wannabiyyu shallhu 'alaihi wasallam wa in jalla qodruhu mutjun il rahmatih ta'l wa fadhlih. Betapapun tingginya kedudukan Nabi Muhammad saw, ia tetap membutuhkan kasih sayang dan kemurahan Allah swt.

Umat Nabi Muhammad saw, tetap menganggungkan Rasulullah dengan status sebagai hamba Allah, tidak sampai menuhankannya.

“Sehingga, umat ini (umat Nabi Muhammad) tidak akan mendudukkan Rasulullah setingkat dengan Allah,” tegasnya.

Penjelasan serupa, lanjut Gus Baha, juga disebutkan dalam salah satu bait Qashidah Burdah karya Imam Al-Bushiri (w. 696 H) yang berbunyi, da' madda'atshun nashra f nabiyyihimi, wakum bi m syi'ta madan fhi watakimi. Jauhilah kesalahan yang diperbuat umat Nasrani terhadap nabi mereka, dan sanjunglah Muhammad sesukamu.

“Silakan memuji Nabi Muhammad setinggi langit, tapi tinggalkan kesalahan yang (pernah) dilakuan oleh orang Nasrani,” tandas Gus Baha.

Exit mobile version