PARIAMAN, KLIKPOSITIF- Tak pernah terpikirkan oleh Arif Syaputra, pria 30 tahun yang menyandang gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) bahwa ia akan menjadi pengusaha di bidang peternakan ayam.
Arif, begitu panggilan akrabnya. Dia telah melakoni usaha yang bernama Labuang Jaya semenjak 2017. Saat ini dari usaha tersebut dia bisa meraup untuk sekitar 2,5 juta rupiah per minggu.
Pertemuan dengan Arif berawal pada Rabu (30/9/2020) di tempat usahanya pada kawasan Dusun Padang Kunyik, Desa Sikapak Timur, Kota Pariaman. Dia menuturkan pada KLIKPOSITIF, bagaimana upayanya merintis usaha yang dilakoninya saat ini.
“Pada saat itu sekitar tahun 2015 saya tamat kuliah di UIN Imam Bonjol Padang dengan Jurusan Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah atau Ilmu Sosial. Sebagai seorang muda saya berfikir untuk bekerja selepas tamat kuliah,” ungkap Arif Syaputra, sembari menghidangkan “teh talua” yang diambil dari hasil usahanya pada KLIKPOSITIF.
Pada 2015 itu Arif tertarik untuk mengadu untung di rantau orang. Rantau yang pertama kali dijajalnya adalah Kota Batam.
“Tak lama sesudah mendapat gelar Sarjana saya melangkah untuk mencari untung di Batam,” sebut Arif, tampak seperti mengingat sebuah perjalanannya.
Bermodal ijazah dan tekat, Arif mencoba keberuntungannya di kota kepulauan Riau itu. Upaya mendapatkan kerja telah dicoba, pun menyodorkan ijazahnya pada perusahaan telah dilalui.
“Namun tak mudah mendapatkan kerja di sana. Sampai pada suatu ketika saya mencari peluang ditempat lain yaitu ke Pulau Jawa atau Jakarta,” ungkap Arif yang mempunyai istri bernama Yani.
Bak semangat perantau muda Minangkabau, bila belum beruntung di perantauan maka langkah diperjauh. Pada 2016 Arif menapakan kaki di Jakarta.
“Sampai di Jakarta hal serupa juga saya lakukan. Mencari kerja ke sana ke sini, namun bulan demi bulan yang dilalui tak menuai hasil. Saya masih seorang sarjana yang menganggur,” kata dia.
Hampir setahun Arif mencoba keberuntungan di tanah Jawa, sampai ia memutuskan untuk pulang ke kampung halaman.
“Lantaran susah mendapatkan kerja di rantau saya memutuskan pulang kampung. Sampai di rumah sekitar awal 2017 saya mencari cara untuk memulai usaha,” jelas Arif.
Pada suatu ketika, kata Arif, dia melihat kotak untuk menetaskan telor ayam milik temannya namun dalam keadaan rusak. Dia pun bertanya perihal kotak tersebut dan bagaimana cara mefungsikannya.
“Dari melihat kotak penetas yang rusak itu saya melihat peluang untuk usaha. Kebetulan kawan saya itu bersedia memberikan kotak rusak itu pada saya,” jelas Arif.
Kotak penetas yang rusak tersebut dibawanya ke rumah. Keras hati-nya untuk memperbaiki kotak tersebut.
“Saya perbaiki kotak itu dengan cara belajar dari video youtube, bagaimana tentang lampu, aliran listrik dan pengetahuan lainnya terkait kotak penetas telor,” jelas Arif.
Sampai pada saat kotak penetas berhasil diperbaikinya dan Arif memulai langkah awal usaha penetasan telor.
“Nah kotak penetas sudah selesai. Saya keliling kampung untuk membeli telor ayam tetangga.
Percobaan awal saya mendapat 100 butir telor ayam dan menetaskan dengan mesin penetas. Dari 100 itu berhasil menetas sekitar 70 ekor. Hal ini membuat saya tambah bersemangat,” tutur Arif.
Lantas melihat peluang seperti itu, Arif memberanikan diri untuk melakukan penetasan sebanyak 250 telor.
“Langkah ke dua bisa dikatakan gagal, dari 250 butir telor cuma belasan saja yang menetas. Ternyata ini pelajaran berharga bagi saya bahwa telor yang akan ditetaskan jangan sampai berusia lima hari sebab tidak akan bisa menetas,” sebut Arif.
Dari pelajaran awal itu, Arif lebih bersemangat menggali ilmu perihal menetaskan telor ayam dan ilmu terkait lainnya.
“Di mana saya tau ada peternak ayam, saya belajar ke sana. Hari demi hari pengetahuan terus bertambah hingga saat ini terkait langkah-langkah cara penetasan hingga pemeliharaan anak ayam yang baru menetas sudah saya pahami,” jelas Arif.
Ada beberapa langkah untuk penetasan telor yang dikatakan Arif. Mulai dari pemilihan telor, membersihkan telor, memasukan ke kotak penetas, mengatur suhu kotak penetas serta membolak balikan telor.
Terlepas langkah teknis itu semua yang jelas saat ini Arif telah meraup untung yang bisa dikatakan lumayan dari usahanya itu.
“Alhamdulillah, rata-rata per minggunya ada sekitar dua setengah juta rupiah untung dari penjualan anak ayam. Satu ekor ayam dijual seharga enam ribu rupiah. Selain menjual anak ayam saya juga jual ayam dengan bermacam ukuran namun fokus pada bibit ayam,” ungkap Arif.
Diketahui dari Arif, di kawasan itu cuma dia yang melakoni pekerjaan tersebut. Hal itu berdampak pada pasar atau pembeli yang menjadikan usaha Arif sebagai sentral pembibitan ayam.
Terlepas itu semua, Arif bermaksud untuk berbagi ilmu serta menilik peluang usaha untuk generasi muda lainnya yang tertarik.
“Jadi bagi kawan-kawan atau anak muda lainnya yang ingin belajar silakan datang ke sini. Atau bagi yang membutuhkan bibit ayam bisa beli ke sini,” kata Arif.
Mendengar perjalanan usaha seorang sarjana tersebut menjadi sebuah teori yang menyatakan bahwa peluang usaha tidak ditentukan oleh gelar atau jalur cabang ilmu yang dituntut. Dia (Arif) yang merupakan sarjana sosial bisa berlabuh pada usaha peternakan yang terbilang sukses.