KLIKPOSITIF – Perselisihan geopolitik dan kondisi pendanaan yang ketat akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global, sementara kecerdasan buatan (AI) akan meningkatkan kesenjangan, menurut para ekonom terkemuka.
Survei yang dirilis oleh Forum Ekonomi Dunia (WEF), Senin (15/1) sebelum pertemuan tahunannya di resor Davos, Swiss, mempertimbangkan analisis yang dilakukan oleh lebih dari 60 kepala ekonom baik dari sektor swasta maupun publik.
Lebih dari separuh ekonom yang disurvei (56 persen) memperkirakan kondisi perekonomian global akan melemah namun berbeda antar kawasan. Mayoritas memperkirakan pertumbuhan moderat atau kuat di Tiongkok dan Amerika Serikat, pertumbuhan lemah atau sangat lemah di Eropa, dan setidaknya pertumbuhan moderat di Asia Selatan, Asia Timur, dan Pasifik.
“Meskipun kemajuan teknologi dapat memberikan dorongan baru terhadap produktivitas global, kebijakan yang meningkatkan pertumbuhan berkualitas diperlukan untuk menghidupkan kembali momentum global dan menyeimbangkan dampaknya pada kelompok pendapatan,” kata survei tersebut.
Dilansir dari laman Aljazeera, selain itu, 70 persen dari mereka yang disurvei memperkirakan kondisi keuangan akan melemah seiring dengan surutnya inflasi dan berkurangnya pengetatan pasar tenaga kerja saat ini, meskipun bank sentral terkemuka di dunia mengatakan bahwa suku bunga telah mencapai puncaknya.
AI diperkirakan akan memberikan dampak yang tidak merata terhadap perekonomian dunia. Secara keseluruhan, 94 persen ekonom yang disurvei memperkirakan AI akan meningkatkan produktivitas secara signifikan di negara-negara berpendapatan tinggi selama lima tahun ke depan, namun hanya 53 persen yang memperkirakan dampak serupa akan terjadi di negara-negara berpendapatan rendah.
Bersamaan dengan perkembangan geopolitik, dampak AI diperkirakan akan memicu volatilitas dalam perekonomian global, demikian prediksi 87 persen ekonom. Enam dari 10 (57 persen) juga memperkirakan kondisi ini akan meningkatkan kesenjangan dan memperlebar kesenjangan Utara-Selatan dalam tiga tahun ke depan.
Secara terpisah, WEF merilis studi mengenai “kualitas” pertumbuhan ekonomi di 107 negara, dan menyimpulkan bahwa sebagian besar negara tumbuh dengan cara yang tidak ramah lingkungan dan tidak inklusif secara sosial. “Menghidupkan kembali pertumbuhan global sangatlah penting untuk mengatasi tantangan-tantangan utama, namun pertumbuhan saja tidak cukup,” kata Saadia Zahidi, direktur pelaksana WEF,” paparnya.
Teknologi akan mengambil bagian besar dalam agenda Davos tahun ini, dengan tema AI “sebagai kekuatan pendorong bagi perekonomian dan masyarakat” yang akan diselenggarakan dalam 30 sesi terpisah.