Dosen dan Mahasiswa UFDK Bukittinggi Teliti Pengobatan Tradisional Bekam

Iklan -Klikpositif Program Februari Hayati

KLIKPOSITIF – Dosen dan mahasiswa Universitas Fort de Kock (UFDK) Bukittinggi lakukan penelitian terhadap terapi tradisional, bekam.

Penelitian yang diketuai oleh Ns. Lydia Mardison, S.Kep, M.Kes dengan anggota Sindi Rahmadani ini fokus pada ‘Derajat Penyembuhan Luka Pasca Terapi Bekam (descriptive) Di Universitas Fort De Kock Bukittinggi’.

“Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur derajat penyembuhan luka dari tindakan terapi bekam di Universitas Fort De Kock Bukittinggi,” ujar Lidya Mardison, Senin 24 Februari 2025.

Menurut Lidya, sebanyak 200 peserta yang terdiri mahasiswa dan dosen di UFDK menjadi objek penelitian.

Lokasi penelitiannya di Kampus Univesitas Fort De Kock Bukittinggi, dengan kriteria inklusi klien berusia 18-26 tahun.

Kemudian tidak memiliki haemofilia, gangguan kulit, konsumsi obat pengencer darah, penyakit keganasan, tidak menstruasi, tekanan darah kurang dari 100mmhg dan besar dari 180mmhg, kerusakan organ jantung, hati, ginjal.

Pada tahap ini klien di anamnesa dan dilakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan kriteria inklusi.

“Peneliti menggunakan hanscoen steril melakukan pengekopan 3 daerah titik bekam sunnah yaitu Al-Kahil (di punuk), dan Al-Katifain (kedua bahu),” ujar Lidya.

Terkait durasi, bekam berlangsung selama 5-7 menit untuk perempuan dan 7-10 menit untuk laki-laki, dengan besar tekanan -150 sampai dengan -420mmhg menggunakan pompa modifikasi.

Kemudian kop dibuka dengan satu tangan, dan tangan yang lain melakukan desinfeksi area yang akan ditusuk menggunakan alcohol swab, dan dilakukan penusukan menggunakan lancet 21G antara 10-15 tusukan.

Selanjutnya dilakukan pengekopan kedua selama 5-7 menit untuk perempuan dan 7-10 menit untuk laki-laki, stelah itu darah dibersihkan dan dilap menggunakan kassa steril yang telah diolesi olive oil.

Hasil Penelitian

Menurut Lidya, dari 200 responden yang terdiri dari 38 laki-laki dan 162 perempuan, tidak terdapat pemanjangan Derajat Penyembuhan luka bekas bekam tersebut setelah hari ke-3 dan ke-4. artinya luka sembuh dengan sempurna.

Hanya saja 24 orang responden mengalami rasa gatal sesaat setelah bekam sampai kubah bekas pengkopan hilang.

“Dilihat dari mekanisme fisiologisnya maka respon gatal-gatal yang dirasakan oleh klien sebenarnya adalah reaksi normal dari sebuah tindakan pengrusakan kulit dan jaringan dibawah kop bekam,” ujar Lidya.

Namun dilihat dari mekanismenya produksi histamine justru memiliki efek positif terhadap dilatasi pembuluh darah dan otot-otot di sekitarnya.

Menurutnya, bagi beberapa pasien yang sangat sensitive dengan zat histamine ini tentunya merasakan kurang nyaman atas proses yang terjadi.

“Reaksi gatal-gatal ini sangat tidak mungkin untuk dihindari karena semua bekam akan menimbulkan kerusakan ringan pada jaringan kulit, namun kita sebagai praktisi dan peneliti tentunya perlu memikirkan bagaimana respon radang yang terbentuk secara fisiologis tersebut dapat diterima oleh klien sebagai respon adapsi bila melakukan terapi bekam,” paparnya.

Sekiranya respon fisiologis ini akan selalu terjadi pada semua manusia, tentunya dapat melakukan edukasi dan gambaran efek sekunder yang bisa saja terjadi pada klien yang memiliki respon sensitif terhadap histamine, agar klien tidak cemas dan tidak menghindari tindakan bekam untuk selanjutnya.

Kejadaian berikutnya dari efek sekunder yang tidak terjadi pada penelitian kali ini adalah echimosis, hal ini bisa saja tidak terjadi karena pengkopan yang dilakukan kepada responden dilakukan di bawah pengukuran alat cupping modifikasi, sehingga tekanan negative yang diberikan tidak melebihi dari 140-430 mmhg.

“Penelitian ini menunjukkan bahwa setelah diobservasi setelah hari ke 3 dari tindakan-tindakan bekam yang dilakukan tidak ditemukan responden yang mengalami perlambatan penyembuhan luka sehingga tidak ada luka yang menjadi infeksi,” jelas Lidya.

Menurutnya, kondisi ini dikarenakan prosedur yang dilakukan secara steril, dan perawatan luka pasca bekam juga menggunakan anti septik yang menurut penelitian sebelumnya mengandung anti septik yaitu oil herbal yang selain mengandung anti inflamasi juga tinggi anti histamine yang dapat digunakan diawal step tindakan bekam.

Exit mobile version